Bincangperempuan.com– Gulung tukar adalah salah satu komunitas yang lahir sekaligus berkembang di kota kecil, Tulungagung. Fokus komunitas gulung tukar adalah pada pelestarian kesenian daerah dengan cara merangkul para seniman dalam satu wadah dan membantu menghidupkannya kembali melalui performance di warung kopi, event lokal, dan lain sejenisnya.
Keputusan gulung tukar untuk menjadi wadah pemberdayaan seni berangkat dari keresahan mereka pada perkembangan kesenian daerah yang mulai surut di masyarakat, khususnya Tulungagung. Kesenian yang masuk dalam gulung tukar misalnya adalah seni rupa, tari, musik, teater, jaranan, wayang, dan masih banyak lagi sejenisnya. Pendanaan komunitas selain dari kolektif anggota, diambil dari donor yang memang peduli terhadap komunitas seni.
Komunitas gulung tukar beranggotakan orang muda pegiat seni dan literasi yang berhasil tumbuh bersama melahirkan peradaban seni yang cantik bagi banyak orang di Tulungagung. Peradaban seni cantik yang dimaksud adalah bagaimana perempuan dalam kesenian yang cenderung dilihat sebagai objek, tidak lagi di eksploitasi melalui sebuah karya. Gulung tukar berhasil menunjukkan bahwa perempuan juga seorang pelaku kesenian, bukan objek yang bisa dilecehkan.
Bagaimana cara gulung tukar mengundang kesadaran tersebut di tengah masyarakat yang masih relatif mengeksploitasi pelaku seni? Gulung tukar seringkali menyelipkan diskusi yang relevan di tengah-tengah acara/pagelaran teman-teman pelaku kesenian. Rentannya objektivikasi perempuan pelaku kesenian telah disadari sepenuhnya oleh gulung tukar.
Untuk ikut serta dalam mewujudkan ruang aman bagi perempuan sekaligus mendukung kesetaraan gender, gulung tukar pernah melakukan kolaborasi seni dengan beberapa pelaku kesenian perempuan. Upaya yang dilakukan gulung tukar di lingkup studi literasi dan geraknya membuat nama gulung tukar sebagai salah satu komunitas besar dan membawa hasil signifikan.
Kepedulian pada seni tidak mengurangi kemanusiaan yang biasanya dilupakan oleh penikmat seni. Pasalnya dalam satu karya seni seperti tari atau teater, perempuan selalu mendapatkan ruang kedua. Stigmatisasi perempuan yang bergerak di bidang seni juga belum sepenuhnya selesai. Masyarakat secara langsung cenderung merendahkan karya yang diusung oleh perempuan karena perempuan dianggap sebagai gender kedua.
Tinta Hijau itu Wajah Perempuan
Dalam kolaborasi gulung tukar dengan seorang perempuan bernama Yessi yang menyuguhkan mahakarya tari bernama “tinta hijau”, ada selingan diskusi tentang tubuh dan ruang. Tentu saja karya tersebut menarik perhatian banyak orang, bahkan orang awam yang tidak mengerti seni sekalipun. Tinta hijau adalah tarian yang menggambarkan tradisi nyethe di Tulungagung.
Tradisi ini berupa mengoleskan ampas kopi ijo ke rokok (tembakau) untuk memadukan cita rasa kopi dengan tembakau. Masyarakat Tulungagung ramah dengan tradisi nyethe tapi belum biasa dengan tradisi yang dikemas sebagai seni. Hal ini membuktikan bahwa perempuan kontemporer yang mencintai seni juga bisa melahirkan mahakarya.
Kenyataan dari lahirnya karya seni ini secara otomatis membantah stigma masyarakat bahwa “cah enom saiki ndak ngerti seni” (artinya: anak muda sekarang tidak mengerti seni). Pada dasarnya, seni harus tetap lestari dan didistribusikan secara teratur pada orang muda agar tidak tenggelam oleh zaman. Karya yang lahir dari kreativitas dan inovasi orang muda juga terbukti menghasilkan sebuah mahakarya, hampir tidak ada alasan untuk tidak masuk dalam ruang seni.
Literasi dan diskusi yang diusung oleh gulung tukar menjadi salah satu bukti bahwa masih ada ruang seni yang bebas dari diskriminasi, eksploitasi, dan bias gender. Diskusi tubuh dan ruang yang diusung gulung tukar fokus pada perspektif pemberdayaan perempuan bahwa perempuan adalah pelaku kesenian, bukan bahan objektivikasi.
Partisipasi Gulung Tukar Untuk Perempuan
Sekalipun gulung tukar mendukung penuh kerja-kerja kesetaraan gender, anggota gulung tukar tidak hanya dari perempuan lho! Gulung tukar juga terdiri dari anggota laki-laki. Menariknya lagi, salah satu anggota gulung tukar merupakan anggota dari Beri Ruang Aman. Oleh karenanya, ketika gulung tukar membutuhkan pemantik diskusi yang fokus pada perempuan, ada jaringan dari internal gulung tukar yang bisa diandalkan. Spesifikasi anggota gulung tukar sangat tidak terbatas pada orang muda saja, melainkan dari berbagai kalangan yang ingin bergabung di bagian gulung tukar akan dengan senang hati diterima. Karena pekerja seni mayoritas lintas usia, keanggotaan gulung tukar juga tidak kalah ramah usia. Proges gulung tukar untuk menghidupkan berbagai generasi adalah hasil dari usaha besar yang tidak sia-sia.
Dalam sebuah wawancara untuk penelitian, gulung tukar turut menyampaikan perspektif pelaku kesenian yang berada di usia tua turut memberikan apresiasi tentang gulung tukar, diskusi, literasi, dan kerja kolektif yang dilakukan adalah hal baik. Bahkan mengenai pemberdayaan perempuan seni yang di stigma oleh masyarakat berhasil mencapai apresiasi dari sesepuh seni. Usaha gulung tukar saat ini tidak berhenti di semangat diskusi saja, ada usaha tambahan berupa pembukaan warung kopi yang tampilannya sangat kaya dengan ciri khas gulung tukar.
Dibuktikan dengan beberapa panjangan lukisan yang menghiasi dinding-dinding ruang kopi yang diberi nama gutuhaus. Sahabat Bincang Perempuan yang ingin mampir untuk melihat karya-karya para seniman yang sudah berkolaborasi dengan gulung tukar bisa langsung berkunjung ke laman instagram @gulung.tukar, ya! (estu farida lestari)