Bincangperempuan.com– Melepas posisi sebagai jurnalis di salah satu media cetak terbesar di Kota Bengkulu, mengantarkan Santy Mery Melinda (43), menjadi Manager Trading dan Shipment Operations di salah satu perusahaan tambang Bengkulu. Ibu dari tiga orang anak ini sempat mencicipi karier sebagai fasilitator Pemberdayaan Masyarakat pula.
“Sebenarnya tidak sengaja ya dipertemukan dengan dunia pertambangan. Waktu itu aku di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) pedesaan tugasnya di Manna. Anak-anakku tinggal di Argamakmur, lumayan jauhkan. Suatu hari ada teman yang menawarkan pekerjaan butuh translator untuk perusahaan batu bara, jadi aku cobalah,” kenang alumni Agronomi Unib tahun 2002 ini.
Siapa sangka rupanya tawaran pekerjaan tersebut bukan untuk jangka pendek, melainkan menjadi pekerja tetap. Kemahirannya berbahasa Inggris membuat Santy akhirnya memutuskan untuk serius bekerja di dunia yang masih di dominasi maskulinitas ini.
Baca juga: Karina Audia Pitaloka, Perempuan dengan Profesi Kameramen
Melewati proses yang cukup panjang, Santy tidak memungkiri ada banyak suka duka. Baginya hal tersebut akan terjadi di mana pun tempat kerja yang akan dijalani. Bahkan saat ia sedang berbadan dua, Santy tak sungkan melakukan pemantauan di lapangan, seperti saat loading batu bara di pelabuhan.
“Suka dukanya pasti ada, tidak mungkin 100 persen kita suka dan mereka suka kita. Tetapi dinikmati dan jalani saja, karena tidak mungkin semua sempurna. Semua itu merupakan bagian pembelajaran, alhamdulillah di lingkungan saya tidak pernah memandang gender sebagai sebuah pembeda,” imbuh Santy yang pernah menjadi perwakilan Indonesia di Uni Eropa, untuk misi pemantauan pemilu.
Ia menambahkan, penting bagi perempuan untuk meng-upgrade diri. Sehingga orang memandang perempuan bukan karena gender namun karena memiliki kemampuan. Menjadi perempuan yang percaya diri, terus belajar, mau membuka diri untuk kesempatan apa pun adalah hal terbaik yang harus dilakukan perempuan.
“Jadi jangan berpikir oh itu dunia laki-laki, sehingga membentengi diri kita dengan ketakutan-ketakutan itu. Gagal merupakan hal biasa, coba dulu jika ada peluang. Maksimalkan dan bagaimana penerimaan orang di tempat kerja kita. Kalau mereka ok kita ok lanjutkan, tapi jangan lupa upgrade diri,” tuturnya.
Santy berharap perempuan-perempuan di Bengkulu dapat memegang peran besar di setiap lini sebagai pengambil kebijakan, atau pendorong pembuat kebijakan dengan perspektif gender.
“Kita (perempuan) punya peran besar dan penting di rumah, apalagi di luar ya. Pasti ada yang tidak dimiliki laki-laki namun perempuan memilikinya. Begitu sebaliknya. Tinggal kita maksimalkan saja apa yang ada. Aku berharap perempuan yang punya kesempatan untuk berkiprah dan berkarir di sektor yang di dominasi laki-laki. Aku berharap makin banyak perempuan yang mengambil langkah itu. Agar makin banyak perempuan yang percaya diri dan independen,” demikian Santy. (Cindy Hiong)
*) Tulisan ini diproduksi kerjasama Bincang Perempuan dan Bengkulu News sebagai program peningkatan kapasitas jurnalis perempuan menulis berita berperspektif gender “Perempuan dalam Ruang Publik