Home » News » Local Media Summit dan Dukungan Untuk Media Perempuan 

Local Media Summit dan Dukungan Untuk Media Perempuan 

Anisa Sopiah

News

Local Media Summit dan Dukungan Untuk Media Perempuan

Bincang perempuan.com-  Hingga akhir tahun 2022, Dewan Pers mencatat ada 1.732 media di Indonesia. Namun industri media yang besar ini belum diiringi kemampuan atau kapasitas bisnis mumpuni dari manajemen medianya.

Local Media Summit (LMS) merupakan pertemuan tahunan pengelola media lokal terbesar di Indonesia yang diselenggarakan oleh Suara.com dan International Media Support (IMS). Selama 2 hari, para pengelola media mengikuti workshop yang membedah bisnis model, pendapatan, distribusi, monetisasi, konten, hingga peluang kolaborasi media lokal di masa sekarang. 

Menurut Suwarjono, CEO/Pemimpin Redaksi Suara.com, LMS tahun ini fokus memberikan pengetahuan dan keterampilan terkini seputar perkembangan digital kepada industri media agar dapat berkembang menghadapi tantangan yang ada. 

“Kami ingin mendekatkan kesenjangan antara teknologi dan bisnis media digital lokal dengan nasional. Selain itu, peserta juga akan mendapatkan wawasan tentang situasi bisnis media global, serta kesempatan berjejaring dengan sesama media, stakeholder, dan platform global,” jelasnya. 

Baca juga: Siti Syawaliyah, Wasit Perempuan Pertama di Aceh

Dari setiap konferensi, learning sessions, dan networking sessions di arena Local Media Summit 2023, Suwarjono mengatakan muncul beberapa rekomendasi mulai dari persoalan pemilu 2024 hingga perkembangan Artificial Technology (AI). 

AI lanjutnya, saat ini  telah merambah berbagai aspek, termasuk media. Kerja-kerja media dalam pembuatan konten dapat dilakukan secara mudah dan cepat dengan AI. Namun demikian butuh dukungan dari para entitas penyedia teknologi AI untuk memberikan edukasi dan support khusus kepada media lokal dan segmented sehingga mereka dapat menggunakan teknologi AI secara optimal.  

“Kami mendorong penyelenggara dan peserta Pemilu untuk menggunakan media digital dalam sosialisasinya dengan konten yang baik tanpa hoax dan berkolaborasi dengan media lokal,” imbuhnya. 

Selain itu, lanjut Suwarjono, dari sekian banyak media di Indonesia, masih sangat sedikit sekali yang fokus pada isu perempuan. Apalagi perempuan yang menjadi pemimpin di media-media lokal. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas media perempuan agar isu perempuan bisa mewarnai konten digital Indonesia.

Media lokal dan segmented secara sadar memiliki keterbatasan sumberdaya dalam menghadapi tantangan konten, bisnis, teknologi, distribusi, hingga keberlangsungannya. Untuk itu diharapkan pemerintah, platform, agency iklan, dan Perusahaan dapat mendukung peningkatan kapasitas media lokal dengan berbagai programmnya.  

“Mendorong kolaborasi media lokal dengan influencer untuk tumbuh bersama-sama dan membangun ekosistem digital di daerah lebih baik. Serta mendorong berbagai alternatif pembiayaan untuk keberlangsungan media lokal. 

Women Media Startup in Developing Their Audience

Salah satu topik penting yang dibahas dalam workshop tersebut adalah pertumbuhan media perempuan dan kehadiran perempuan dalam industri media yang semakin meningkat akhir-akhir ini. Eva Danayanti, Program Manager IMS Indonesia, selaku moderator dalam sesi tersebut mengatakan kehadiran media berbasis isu perempuan memiliki peluang besar untuk memperkaya berita dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak. 

Dalam sesi tersebut, Anisa, Content Manager Bincang Perempuan menyampaikan alasan hadirnya Bincang Perempuan yang saat ini menjadi rujukan pemberitaan banyak perempuan di Indonesia. Bincang Perempuan hadir untuk membahas kebutuhan dan potensi setengah populasi masyarakat di Indonesia, yakni perempuan. Oleh karena itu, keberadaan Bincang Perempuan menjadi penting melengkapi sumber informasi masyarakat saat ini. 

“Perempuan memiliki perbedaan biologis dengan laki-laki dimana artinya mereka memiliki kebutuhan dan pengalaman yang berbeda. Perempuan juga menjalankan sejumlah peran seperti menjadi anak, istri, dan Ibu. Itu artinya perempuan dan laki-laki sebagai partnernya, membutuhkan informasi untuk menjalankan perannya di masyarakat,” tuturnya. 

Baca juga: Petani Perempuan Karisma, Bangun Gerakkan Pertanian Berkelanjutan

Selain itu, Anisa juga membeberkan sejumlah strategi yang dilakukan Bincang Perempuan untuk menjangkau audience melalui upaya peningkatan kualitas konten berita, pemanfaatan media sosial, hingga membangun komunitas untuk meningkatkan keterlibatan audiens mereka. 

“Bincang Perempuan juga membangun Bincang Perempuan Community untuk memperluas jangkauan dampak dari karya yang dihasilkan. Bulan Oktober ini, kita akan menjalankan proyek sosial yang didukung oleh Indika Foundation dan Indorelawan,” terang Anisa. 

Selain itu, hadir pula Editor in Chief DigitalMama, Catur Ratna, yang menceritakan perjalanan medianya hadir untuk menjawab keresahan ibu-ibu yang hidup di era digital. 

“DigitalMama terbentuk karena ibu-ibu saat ini merasakan pengalaman yang berbeda dalam membesarkan anak dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu kita hadir untuk menjadi sahabat ibu-ibu digital agar dapat mengikuti zaman, menemani anaknya bertumbuh di era digital,” ujarnya. 

Ririn Indriyani, Managing Editor Dewiku juga turut menceritakan peluang besar pertumbuhan media perempuan ke depan. Menurutnya, dengan segmen pembaca yang fokus pada perempuan itu menjadi nilai tambah bagi media itu sendiri. 

“Banyak pihak yang bisa kita ajak kerjasama, media kita yang segmented ke perempuan membuat pihak yang memang bekerja untuk itu bisa berkolaborasi dengan kita,” tuturnya. 

Dalam sesi tersebut, Principal Tailings Merdeka Copper Gold Henny Dwi Purnamasari, sebagai seorang pemimpin di manly industry turut menceritakan pengalamannya. Ia menceritakan bagaimana latar belakangnya yang hidup dari orang tua bekerja membuat dia lebih mudah percaya diri bekerja di industri yang banyak digeluti laki-laki. 

“Ayah dan Ibu saya bekerja, jadi saya melihat perempuan bekerja itu hal yang biasa. Itu juga membuat saya lebih percaya diri bekerja di industri ini,” ujarnya. 

Kendati demikian, Henny menyadari bahwa ada banyak perempuan yang tidak memiliki privilege tersebut sehingga saat ini ia melakukan pendampingan bagi banyak perempuan muda untuk meningkatkan kapasitasnya di dunia kerja. 

“Intinya menjadi perempuan itu harus berani mengambil keputusan, benar salah itu wajar. Tapi yang jelas kita harus bisa menentukan pilihan,” pesannya. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Media dan Gender

Artikel Lainnya

Perempuan Sungai Lemau Berjuang Melawan Krisis Iklim

Kamus Bahasa Gen Z: Very Demure, Very Mindful, Very Cutesy

Negara Anggota dan Mitra ASEAN Tegaskan Komitmen Implementasi Rencana Aksi Regional : Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan

Leave a Comment