Home » Kesehatan » Luka Tak Kasat Mata: Stigma Negatif Melahirkan Caesar

Luka Tak Kasat Mata: Stigma Negatif Melahirkan Caesar

Cindy Hiong

Kesehatan, News

Stigma melahirkan sesar

Bincangperempuan.com- Di balik momen bahagia menyambut sang buah hati, terselip pil pahit bagi para ibu yang melahirkan secara caesar. Tak hanya rasa sakit fisik, mereka juga dihadapkan dengan stigma negatif yang melekat pada proses persalinan ini.

Stigma ini sering kali muncul dalam bentuk komentar miring, pertanyaan tak sensitif, hingga perundungan online. Perempuan yang melahirkan caesar dianggap “tidak kuat”, “tidak tahan sakit”, bahkan “gagal” menjadi ibu sejati.

Anggapan keliru ini tak hanya menyakitkan, tetapi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental para ibu. Rasa malu, cemas, dan depresi bisa menghantui mereka, memperlambat proses pemulihan pasca operasi, dan mengganggu bonding dengan bayi.

Baca juga: Mendobrak Stigma Negatif Masyarakat Terhadap Aborsi 

Akar Stigma dan dampaknya

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi stigma negatif terhadap persalinan caesar berakar dari berbagai faktor, seperti pemahaman keliru tentang proses persalinan, tekanan budaya dan kurangnya edukasi tentang  hak-hak reproduksi.

  • Pemahaman keliru tentang proses persalinan

Banyak orang menganggap bahwa melahirkan normal adalah satu-satunya cara “alami” dan “heroik” untuk menjadi ibu. Kelahiran normal sering dirayakan sebagai ujian kekuatan dan keberanian perempuan. Sehingga kelahiran dengan operasi caesar sering kali tidak mendapatkan penghargaan yang sama seperti kelahiran normal, mengabaikan kenyataan bahwa keduanya memiliki tantangan masing-masing. Pandang-pandangan ini cenderung melupakan dan mengabaikan fakta bahwa caesar sering kali dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, atau karena kondisi medis tertentu.

  • Tekanan budaya

Di beberapa budaya patriarki ekspektasi gender mengharapkan perempuan untuk menunjukan kekuatan fisik dan  mental mereka melalui proses kelahiran normal. Sehingga perempuan yang melahirkan caesar dipandang sebagai “lemah” dan “tidak mampu”. Belum lagi  tekanan dari keluarga, terutama orang tua dan mertua, bisa memberikan tekanan pada perempuan untuk melahirkan secara normal, dengan alasan tradisi atau pengalaman pribadi mereka.

Tradisi yang kuat mengenai peran perempuan dalam melahirkan dan membesarkan anak bisa membuat kelahiran caesar dianggap sebagai penyimpangan dari norma. Sehingga tidak sedikit di kalangan masyarakat kita (sesama perempuan,red) kerap mencibir perempuan-perempuan yang memilih melahirkan anak dengan caesar. Komentar-komentar negatif dari teman, tetangga, atau masyarakat umum mengenai pilihan melahirkan dengan caesar semakin menambah tekanan pada ibu hamil. Hal ini dapat memperparah rasa malu dan bersalah yang dialami para ibu.

  • Kurangnya edukasi

Kurangnya informasi yang akurat tentang persalinan caesar dapat memicu stereotip dan kesalahpahaman. Media juga sering kali menggambarkan kelahiran caesar secara negatif, menyoroti komplikasi dan masalah pemulihan tanpa memberikan gambaran yang seimbang tentang manfaat dan kebutuhan medisnya. Narasi-narasi yang dilempar ke publik ini yang memuja kelahiran alami tanpa mempertimbangkan kondisi medis yang berbeda-beda dapat memperkuat stigma terhadap operasi caesar.

Dampak stigma ini tak hanya dirasakan secara individu, tetapi juga berakibat pada sistem kesehatan secara keseluruhan. Perempuan yang takut dihakimi mungkin menunda atau bahkan menolak perawatan medis yang mereka butuhkan, membahayakan kesehatan diri mereka sendiri dan bayi mereka.

Baca juga: RUU Penyiaran: Mengkriminalisasi Hak Perempuan 

Melawan stigma

Melawan stigma terhadap melahirkan dengan operasi caesar memerlukan pendekatan multi-dimensi yang melibatkan edukasi, dukungan sosial, dan perubahan budaya. Dibutuhkan usaha bersama dari berbagai pihak sehingga publik bisa lebih berempati terhadap perempuan yang menghadapi stigma karena memilih atau harus melahirkan dengan operasi caesar. Beberapa hal yang dapat dilakukan di antaranya

  • Para ibu yang melahirkan caesar perlu berani menyuarakan pengalaman mereka dan saling mendukung. Berbagi cerita dan pengalaman dapat membantu membangun rasa percaya diri dan melawan rasa malu.
  • Tenaga medis mulai daridokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya perlu memberikan edukasi yang komprehensif tentang persalinan caesar, termasuk manfaat dan risikonya. Serta menjelaskan bahwa keputusan untuk menjalani operasi caesar sering kali didasarkan pada pertimbangan kesehatan ibu dan bayi, memberikan penjelasan yang jelas dan mendukung keputusan ibu hamil, serta menghindari sikap yang menghakimi.
  • Mendorong media massa untuk pro aktif mempromosikan informasi yang akurat dan berimbang tentang persalinan dengan menyajikan cerita positif tentang operasi caesar dan menghilangkan stereotip negatif. Bisa juga dengan mengajak figur publik atau influencer yang memiliki pengalaman melahirkan dengan caesar untuk berbicara terbuka tentang pengalaman mereka dan mempromosikan pandangan positif. Serta secara aktif melawan mitos dan informasi yang salah tentang operasi caesar melalui platform online dan offline. Serta menggunakan data dan penelitian untuk mengedukasi masyarakat tentang operasi caesar dan dampaknya.
  • Membentuk kelompok dukungan untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar, di mana mereka bisa berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional. Bisa dengan mengajak ibu yang telah menjalani operasi caesar untuk berbagi cerita positif mereka melalui blog, media sosial, atau forum diskusi.

Kita semua perlu mengubah pola pikir dan menghormati semua pilihan persalinan yang diambil oleh perempuan. Dukungan dan pengertian dari keluarga, teman, dan komunitas sangatlah penting dalam proses pemulihan dan bonding ibu dan bayi.

Mari saling menghormati dan mendukung keputusan ibu mengenai cara melahirkan tanpa menghakimi, apakah itu melalui persalinan normal atau operasi caesar. Melahirkan caesar adalah sebuah pengalaman yang unik dan personal bagi setiap perempuan. Kita harus menghargai setiap proses persalinan dan memberikan dukungan kepada semua ibu, regardless of their birthing choices.

Sumber:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Premenstrual Syndrome, Gejala dan Cara Mengatasinya

CP WCC, 23 Tahun Berkiprah untuk Perempuan Korban Kekerasan

Tumbuh Bersama “Inner Circle” di Bincang Perempuan Circle

Leave a Comment