Home » Tokoh » Narges Mohammadi, Jurnalis Perempuan Peraih Penghargaan Nobel Perdamaian

Narges Mohammadi, Jurnalis Perempuan Peraih Penghargaan Nobel Perdamaian

Yuni Camelia Putri

Tokoh

Narges Mohammadi, Jurnalis Perempuan Peraih Penghargaan Nobel Perdamaian

Bincangperempuan.com- Narges Mohammadi, aktivis perempuan yang mengkampanyekan hak asasi manusia di Iran. Ia menyelesaikan pendidikan fisika pada tahun 1990-an dan bekerja sebagai insinyur serta jurnalis di surat kabar reformis. Pada tahun 2003, ia bergabung dengan Pusat Pembela Hak Asasi Manusia di Teheran.

Sejak dulu, Narges mendedikasikan karirnya untuk melawan pemerintah yang menindas hak-hak perempuan di Iran. Selama 30 tahun, ia membantu perempuan Iran untuk mendapatkan pendidikan, kekebasan, kesehatan, perceraian, dan advokasi yang layak. 

Ia juga menjadi pemimpin dalam aksi pemberontakan terhadap kebijakan pemerintah Iran yang menindas hak perempuan dan tidak tegas terhadap kekerasan seksual. Selain itu, Narges kerap mengadakan lokakarya mingguan untuk narapidana perempuan tentang hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan.

Baca juga: Pelaksanaan UU TPKS di Perguruan Tinggi Perlu Dukungan Banyak Pihak

Saat ini, ia menjalani hukuman 10 tahun penjara karena menyebarkan propaganda anti-negara dan melanggar keamanan nasional. Dia juga dijatuhi hukuman 154 cambukan, larangan bepergian, dan beberapa larangan lainnya yang dianggap tidak masuk akal oleh kelompok hak asasi manusia.

Keras menentang patriarki

Semenjak lulus dari Universitas, Narges secara aktif menulis tentang hak-hak perempuan dan hak asasi manusia di surat kabar Iran. Surat kabar ini kemudian diboikot oleh pemerintah Iran pada tahun 2000 karena dianggap menentang dan menyebarkan kebencian terhadap pemerintah. Ia kemudian tergabung dalam Pusat Pembela Hak Asasi Manusia yang didirikan oleh pengacara terkemuka di Iran. Lewat lembaga ini, ia melanjutkan perjuangannya untuk membela hak-hak perempuan dan hak asasi manusia ditengah tanah patriarki.

Narges berfokus pada isu kesetaraan dan kebebasan para perempuan untuk berekspresi dan menentukan jalan hidupnya. Sayangnya, hal ini masih sulit didapatkan oleh perempuan Iran hingga saat ini. Narges secara rutin menulis esai yang mengulas tentang perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender dan hak-hak warga Iran tanpa terikat aturan politik dan agama.

Selama perjuangannya, ia secara terang-terangan mempertanyakan tradisi sunat pada perempuan dan kewajiban perempuan dalam mengenakan hijab. Aksinya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan hak asasi manusia telah mengantarkannya pada posisi presiden komite eksekutif Dewan Perdamaian Nasional di Iran. Koalisi ini bergerak untuk memperjuangkan hak asasi manusia dan melawan perang yang dilakukan oleh teroris dan kelompok bersenjata di Iran. Salah satu aksi ikoniknya adalah gerakan protes massal atas kematian Mahsa Amini.

Koalisi ini semakin membangkitkan semangat Narges untuk menghapus tindakan kekerasan seksual dan berkomitmen untuk membangun keamanan, kesetaraan, dan perdamaian di Iran. Keberanian Narges dalam menentang pemerintah Iran membuatnya diadili oleh pengadilan Iran pada tahun 2009. Ia dibebaskan setelah membayar uang jaminan. Sayangnya, ia kembali ditangkap setelah beberapa hari bebas.

Berjuang dibalik penjara

Hukuman penjara tidak menghalangi Narges untuk memperjuangkan demokrasi, kesetaraan, dan kebebasan bagi masyarakat Iran. Didalam penjara, ia membantu para tahanan di penjara Iran untuk mendapatkan kelayakan hidupnya. Secara keseluruhan, ia telah ditangkap sebanyak 13 kali dengan total hukuman mencapai 31 tahun penjara.

Narges pertama kali ditangkap pada tahun 2011 karena membantu keluarga para tahanan di Iran. Ia kemudian kembali ditangkap pada tahun 2015 karena dianggap melakukan tindakan yang mengancam keamanan nasional melalui propaganda untuk menghentikan hukuman mati di Iran. Penangkapan Narges terakhir kali disebabkan oleh tindakannya yang dianggap menyebarkan propaganda untuk melawan pemerintah Iran.

Selama di penjara, Narges mengalami kelumpuhan otot yang disebabkan oleh stress berat di penjara. Meskipun demikian, ia tetap menyuarakan hak-hak perempuan dan hak asasi manusia melalui kritik yang disampai di berbagai media. Ia berhasil menyeludupkan tulisannya tentang kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan berkedok agama yang dilakukan oleh pemerintah Iran. Tulisannya ini diterbitkan oleh New York Times dan CNN di tahun 2023.

Narges Mohammadi menganggap bahwa kondisi di Iran saat ini masih kental dengan budaya patriarki yang mendiskriminasi perempuan. Pemerintah Iran membuat berbagai aturan yang mengekang perempuan. Narges mengatakan bahwa pemerintah Iran memaksa perempuan untuk menggunakan hijab dan mengenakan pakai gelap tetapi membebaskan laki-laki untuk tidak mengenakan abaya dan sorban. Kebijakan ini dinilai sangat menjijikan karena terus membawa unsur agama.

Baca juga: Local Media Summit dan Dukungan Untuk Media Perempuan 

Menurut Narges, aturan wajib berhijab menunjukkan dominasi pemerintah untuk mengontrol perempuan tanpa memperhatikan haknya. Pemerintah Iran terus memaksa perempuan untuk tunduk terhadap aturan yang berujung pada penindasan di masyarakat. Selama di penjara, Narges juga menyuarakan keprihatinannya terhadap perlakuan petugas terhadap tahanan dan fasilitas penjara yang dinilai tidak manusiawi.

Dianugerahi Nobel Perdamaian

Narges Mohammadi menjadi wanita Iran kedua yang dianugrahi penghargaan Nobel Perdamaian setelah Shirin Ebadi. Penghargaan Nobel Perdamaian ini diberikan kepada Nerges atas upayanya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan hak asasi manusia di Iran. Dalam perjuangannya, Narges telah bekerja sama dengan Shirin untuk mendirikan lembaga hak asasi manusia di Iran.

Narges menderita kelumpuhan otot dan penyakit paru-paru setelah sekian lama berjuang. Sejak di penjara, ia tidak dapat bertemu dengan suami dan kedua anaknya. Berit Reiss-Andersen selaku ketua komite Nobel Norwegia menilai jika Narges berhak diberikan penghargaan nobel perdamaian atas upaya selama ini.

Penghargaan nobel perdamaian yang diberikan ke Narges merupakan hadiah untuk seluruh perempuan Iran untuk mendapatkan kebebasan dan kehidupan yang layak. Diakhir pidatonya, Reiss-Andersin mengatakan bahwa pemilihan Narges Mohammadi sebagai penerima nobel perdamaian merupakan langkah untuk menentang rezim iran yang menolak kesetaraan hak atas nama agama.(**)

Sumber:

  • Andesta Herli Wijaya, 2023. “Narges Mohammadi, Melawan Represi Dari Balik Jeruji”, dalam ValidNews.id
  • Armeni Syed, 2023. “Jailed Iranian Activist Narges Mohammadi Wins the Nobel Peace Prize. Here’s What to Know”, dalam TIME
  • Associated Press, 2023. “Jailed Iranian activist Narges Mohammadi wins the Nobel Peace Prize for fighting women’s oppression”, dalam Boston.com
  • Farnaz Fassihi, 2023. “Who is Narges Mohammadi?”, dalam The New York Times

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Kolima Aktif Lestarikan Budaya Berejong di Bengkulu

Kolima, Aktif Lestarikan Budaya Berejong

Melawan Stigma, Menjadi Perempuan Berdaya

Putri Aulia Menyulam Impian sebagai Novelis Muda di Sela-sela Kuliah

Putri Aulia: Menyulam Impian sebagai Novelis Muda di Sela-sela Kuliah

Leave a Comment