Home » Tokoh » Putri Aulia: Menyulam Impian sebagai Novelis Muda di Sela-sela Kuliah

Putri Aulia: Menyulam Impian sebagai Novelis Muda di Sela-sela Kuliah

Fadly Surya Ramadan

Tokoh

Putri Aulia Menyulam Impian sebagai Novelis Muda di Sela-sela Kuliah

Bincangperempuan.com-  Dunia yang semakin dipenuhi karya-karya sastra kreatif ikut diramaikan dengan hadirnya Putri Aulia Rahmawati, seorang novelis perempuan muda berbakat. Lahir pada 21 Juli 2002, Putri berasal dari Bengkulu dan saat ini mengejar gelar sarjana di Universitas Negeri Padang. 

Apa yang memotivasi Putri untuk menulis dan bagaimana kisahnya bermula? 

Kecintaannya pada sastra, khususnya tulisan bermula dari penulis ternama Tere Liye, telah membakar semangatnya untuk mengejar mimpinya sebagai seorang penulis novel. Saat masih menginjak kelas 2 SMA, putri sulung dari dua bersaudara ini iseng-iseng salah satu karya Tere Leye, tentang “Bumi”.  

Putri mengagumi tulisan Tere Liye, menurutnya ada banyak pesan mendalam yang tersembunyi dalam tulisan Tere Liye yang memberinya inspirasi besar untuk mengeksplorasi dunia tulisan. 

“Kok enak baca novel”. Tapi, waktu itu belum berani untuk mulai nulis, Kak. Baru baca aja,” kata Putri. 

Baca juga: Fair Play: Potret Patriarki dan Misogini yang Dihadapi Perempuan

Berlanjut masuk ke masa-masa kuliah, Putri masuk ke Unit Kegiatan Kesenian di universitas tempatnya bernaung dengan konsentrasi sastra. Di sana ia mulai berlatih menulis secara mandiri dengan dukungan senior dan lingkungan organisasi yang progresif  mendukungnya hingga melahirkan karya pertamanya  di sela-sela jadwal kuliahnya yang padat. 

“Dulu nyoba puisi dulu, lalu belajar buat cerpen, terus ke novel, deh,” terangnya. 

Menghabiskan waktu selama enam bulan pengerjaan, Putri berhasil menyelesaikan novel pertamanya yang berjudul “Sahabat Till Jannah”. Novel ini mengangkat tema romansa dan persahabatan yang kuat, dan Putri berharap pesannya akan menyentuh hati banyak pembaca.

Bagi Putri, proses kreatif  dalam menulis novelnya juga memiliki daya tarik tersendiri. Dia menggambarkan bahwa saat menulis, dia merasa tenggelam dalam dunianya sendiri, menciptakan karakter-karakter dan cerita yang hidup. Ini adalah pelarian yang sempurna dari rutinitas akademiknya, dan dia menikmati setiap saatnya.

Dia berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keseimbangan antara kuliah dan kegiatan menulisnya. Ini adalah tantangan yang tidak mudah, tetapi dia percaya bahwa kegigihannya akan membawanya lebih jauh dalam mengejar mimpinya sebagai seorang novelis.

“Waktu itu kukerjakan selama semester 5, karena mata kuliah lagi senggang, banyak waktu luang. Setiap hari minimal selembar. Aku harus punya progress, sih,” ujarnya.  

Lembar demi lembar Putri selesaikan, hingga akhirnya menjadi sebuah karya yang bisa dilepas di ke khalayak luas. Saat itu kebetulan temannya satu organisasi ada yang bekerja di salah satu penerbitan di Kota Padang. 

Singkat cerita, naskah yang sudah dikirimkannya itu kini berhasil terbit, dengan judul “Sahabat Till Jannah”. Novel yang bertema persahabatan, romansa, dan motivasi hidup itu juga kini sudah menambah koleksi perpustakaan di SMA  Negeri 8 Rejang Lebong. 

Putri mengaku,  perjalanannya tidak hanya sebatas ini saja. Justru, jauh sebelum novelnya tersebar kemana-mana, mahasiswi Sendratasik ini sudah banyak menulis puisi dan naskah pementasan drama. 

“Saat ini baru dua naskah yang ditampilkan, itu kugarap sendiri. Sisanya kolaborasi dengan penulis lain, teman sesama organisasi,” terang Putri. 

Tak hanya itu, Putri juga sempat mengikuti lomba penulisan naskah drama sebagai bagian dari seleksi Pekan Seni Mahasiswa Kampus (Peksimika) di kampusnya. Awalnya Ia ragu untuk ikut, tapi karena menimbang peluang juara lebih besar daripada lomba cerita pendek ataupun puisi, akhirnya Ia putuskan mencoba dulu. 

“Cerpen sama puisi tuh peminatnya banyak. Otomatis peluang juara juga lebih kecil, walaupun waktu itu gak ngincer juara juga, sih.”

Syukur, karya Putri akhirnya mendapatkan juara kedua di Peksimika Kota Padang dan diperlombakan lagi di Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) Sumatera Barat. Meskipun perjalanannya terhenti di Peksimida, tapi semangat menulisnya, Ia berjanji tak akan berhenti. Sampai kapanpun.

Setelah satu karyanya terbit, Putri masih merasa belum puas hati. Putri akan tetap meneruskan cita-citanya sebagai seorang guru. Tetapi hobi menulisnya itu akan selalu digelutinya, karena menurutnya dengan suka menulislah Ia bisa dengan penuh semangat menjalani perkuliahan. 

“Untuk saat ini, karena semester akhir, aku mau fokus skripsi dulu. Semoga saja setelah kuliah, bisa menerbitkan karya lain” lanjutnya.

Baca juga : Perempuan dalam Bingkai Media Massa yang Seksis dan Misoginis

Saat ini sembari menjalani praktik mengajar di SMA Negeri 8 Rejang Lebong, Putri  masih melakukan riset kira-kira tema apa yang nanti akan diangkat lewat karya terbarunya. Tak hanya itu, ia juga ingin menularkan hobi dan semangat menulisnya pada siswa-siswanya.

“Karena menurutku, usia SMA itu paling enak buat melatih kepekaan dalam menulis. Karena belum terbebani saat belajar tapi juga banyak kegiatan yang bisa menunjang proses pembelajaran. Khususnya menulis, baik berupa workshop atau lomba-lomba,” imbuhnya. 

Ia berharap di masa mendatang banyak putri-putri Bengkulu yang berani ambil bagian dalam dunia karya tulis baik daerah maupun nasional. 

“Mereka ada banyak sekali di luar sana, tapi mungkin saja belum punya wadah. Aku harap kedepannya mereka enggak cuma hobi, tapi juga tahu mau mengarahkan tulisannya kemana. Semoga penulis muda Bengkulu tidak patah semangat,” tutupnya dengan senyum lebar di wajah. 

Seiring dengan semangatnya untuk menulis, Putri berharap bahwa karyanya dapat menginspirasi orang lain, terutama generasi muda, untuk mengejar hasrat dan impian mereka. Dia ingin mengajarkan kepada mereka bahwa usia bukanlah halangan untuk mencapai tujuan dan bahwa dedikasi dan ketekunan adalah kunci kesuksesan.

Dunia yang terus berkembang, memiliki bakat sastra seperti Putri Aulia adalah aset berharga. Putri Aulia adalah bukti bahwa impian adalah sesuatu yang mungkin, asalkan kita memiliki tekad dan semangat untuk mewujudkannya. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Irna Riza Yuliastuty, Berjuang untuk Kesetaraan Disabilitas

Linda: Gerakan Literasi Masyarakat

Wahyu Widiastuti, Pentingnya Penguatan Pendidikan Politik Perspektif Gender

Leave a Comment