Home » Gaya Hidup » Hubungan » Stalking Gebetan, Bentuk Cinta atau Obsesif

Stalking Gebetan, Bentuk Cinta atau Obsesif

Bincangperempuan.com- BPer’s pasti tahu dong ya dengan cerita Nimas, perempuan muda asal Surabaya yang curhat di platform media sosial X. Nimas merasa sudah 10 tahun distalking lawan jenis yang merupakan temannya semasa SMP.

Belakangan Nimas, sudah merasa terganggu, apalagi saat pelaku mulai mengirimkan foto tidak senonoh kepadanya. Akhirnya Nimas melapor ke Polda Surabaya.

Ketika mendengar kata “stalking”, apa yang terlintas di pikiranmu BPer’s? Mungkin sebagian dari BPer’s membayangkan seseorang yang diam-diam mengikuti BPer’s, mengamati setiap gerak-gerik BPer’s, atau terus-menerus mengirim pesan tanpa henti.

Namun, ada juga yang menganggap stalking sebagai tanda cinta atau ketertarikan yang mendalam. Tapi, benarkah demikian? Apakah stalking benar-benar merupakan bentuk cinta, atau justru merupakan tindakan yang obsesif dan berbahaya? Mari kita bahas lebih lanjut.

Baca juga: Lolos Mentor Match 2024, Yuni Camelia Goes to Singapore

Definisi stalking

Stalking, dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai “menguntit”, adalah perilaku mengawasi atau mengikuti seseorang secara berlebihan dengan cara yang mengganggu atau menakutkan. Perilaku ini bisa berupa mengirim pesan atau email berulang kali, mengintai, atau bahkan muncul di tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh korban tanpa sepengetahuan atau izin mereka.

Bagi sebagian remaja, stalking mungkin terdengar romantis. Mereka mungkin berpikir bahwa seseorang yang terus-menerus memperhatikan dan berusaha mendekati mereka adalah bentuk perhatian dan kasih sayang. Namun, penting untuk dipahami bahwa ada batasan antara perhatian yang sehat dan perilaku yang sudah masuk kategori obsesif dan tidak sehat.

Dalam konteks romantis, ada perbedaan besar antara menunjukkan ketertarikan dan stalking. Ketertarikan adalah ketika seseorang menunjukkan perhatian dan kasih sayang secara wajar, seperti mengajak ngobrol, mengirim pesan sesekali, atau mengundang ke acara tertentu. Sementara itu, stalking adalah ketika seseorang melampaui batas-batas privasi dan membuat orang yang diincar merasa tidak nyaman atau bahkan takut.

Ciri dan dampak distalking

Ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa seseorang mungkin sedang melakukan stalking, di antaranya mengirim pesan atau menelepon berulang kali tanpa henti, bahkan ketika sudah tidak direspon. Kemudian terus-menerus memantau dan memberikan komentar pada setiap unggahan di media sosial. Ada pula yang tiba-tiba muncul di tempat-tempat yang sering dikunjungi korban tanpa pemberitahuan atau izin. Termasuk mencari tahu informasi pribadi korban melalui teman, keluarga, atau internet tanpa izin.

Stalking bisa memberikan dampak negatif yang serius bagi korban. Mereka bisa merasa cemas, takut, dan terganggu dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang, korban stalking mengalami masalah kesehatan mental seperti stres, depresi, dan gangguan kecemasan. Seperti yang dialami Nimas, dalam pengantar tulisan ini.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan stalking. Salah satunya adalah rasa obsesif yang muncul akibat ketertarikan yang berlebihan. Seseorang mungkin merasa sangat tertarik atau terobsesi dengan orang lain sehingga merasa perlu untuk selalu mengetahui apa yang dilakukan oleh orang tersebut.

Selain itu, rasa cemburu atau tidak bisa menerima penolakan juga bisa menjadi pemicu stalking. Ketika seseorang merasa cemburu atau tidak bisa menerima bahwa hubungan mereka dengan korban tidak seperti yang diharapkan, mereka mungkin mulai melakukan stalking sebagai cara untuk mengendalikan atau memantau korban.

Baca juga: Hak Pilih Perempuan ODGJ ‘Mengalah’ pada Stigma

Lantas bagaimana menghadapinya?

Jika BPer’s atau seseorang yang kamu kenal menjadi korban stalking, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menghadapinya:

  • Beri tahu orang terdekat, jangan sungkan untuk menceritakan kepada teman, keluarga, atau orang terdekat tentang apa yang sedang terjadi. Mereka bisa memberikan dukungan dan membantu mencari solusi.
  • Batasi interaksi, mulai hindari berkomunikasi dengan pelaku stalking dan batasi akses mereka terhadap informasi pribadi kamu. Mulai dari sosial media, serta akses-akses lainnya.
  • Simpan bukti, jangan lupa simpan bukti-bukti seperti pesan, email, atau catatan yang bisa digunakan jika perlu melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib.
  • Laporkan ke pihak berwajib, jika stalking sudah sangat mengganggu dan mengancam keselamatan, jangan ragu untuk melaporkannya ke pihak berwajib.

Ingat ya BPer’s stalking bukanlah bentuk cinta. Sebaliknya, stalking adalah tindakan obsesif yang bisa berbahaya dan mengganggu kehidupan seseorang. Penting untuk bisa membedakan antara perhatian yang sehat dan perilaku yang sudah melewati batas privasi. Jika kamu merasa bahwa seseorang sedang melakukan stalking terhadapmu, jangan ragu untuk mencari bantuan dan melindungi diri.

Saat ini BPer’s hidup di dunia yang semakin terhubung secara digital, menjaga privasi dan keselamatan diri adalah hal yang sangat penting. Ingatlah bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang memberikan rasa aman dan nyaman, bukan yang membuat BPer’s merasa cemas dan takut. Jadi, mari waspada dan bijak dalam menyikapi perhatian yang kita terima dari orang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Catcalling

Mengenal Fenomena Catcalling di Ruang Publik 

Apa itu femisida?

Femisida: Memahami Kekerasan Berbasis Gender dan Tindakan Pencegahannya

Budaya Pemerkosaan dan Upaya Penanggulangannya

Leave a Comment