Home » Lolos Mentor Match 2024, Yuni Camelia Goes to Singapore

Lolos Mentor Match 2024, Yuni Camelia Goes to Singapore

Yuni Camelia Putri

News

Bincangperempuan.com-  Yuni Camelia Putri, jurnalis Bincang Perempuan asal Sumatera Selatan berhasil lolos dalam program Mentor Match 2024 yang digelar Asian American Journalist Association (AAJA) chapter Asia. Mahasiswi Universitas Sriwijaya ini berhasil menjadi satu dari 23 jurnalis dari 12 negara, mulai dari Pakistan dan Nepal hingga Korea Selatan dan Singapura, yang terpilih dari 129 pendaftar untuk mengikuti program ini

Selama dua bulan, Elia (sapaan akrabnya, red) mendapatkan bimbingan one on one untuk mengembangkan kemampuan reportase di bawah bimbingan para profesional di bidangnya, yakni Akshi sharma dari The Times Group India. Hasil tulisan reportasenya tentang hak pilih perempuan ODGJ menjadi salah satu tulisan yang berhak tayang di website N3CON 2024, sebagai salah satu cerita industri jurnalisme dan komunitas yang kurang terwakili di kawasan Asia Pasifik.

“Pastinya sangat senang, karena tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan belajar seperti ini. Menjadi jurnalis sudah menjadi impian masa kecil, saya berharap dapat mendorong perubahan di masyakat lewat tulisan-tulisan saya,” ungkap Elia.

Program Mentor Match 2024 mencocokkan peserta terpilih dengan anggota AAJA berdasarkan pengalaman dan keahlian. Mentor dan mentee yang dipilih didorong untuk mengembangkan hubungan profesional dan menjaga kontak yang konsisten selama program berlangsung.

Selama program ini, mentor diharapkan untuk membantu mentee meningkatkan keahlian mereka dan mencapai pengalaman profesional serta peluang kerja yang lebih baik. Program ini mengeksplorasi tanggung jawab dan tantangan yang dihadapi oleh jurnalis dalam pemberitaan lokal dan nasional, analisis data dan web, kepemimpinan media dalam lanskap yang berubah, serta penguatan keterampilan bagi jurnalis independen.

Asian American Journalist Association (AAJA)

Diundang N3CON

Setelah memenuhi syarat liputan dalam program Mentor Match 2024, Elia menjadi salah satu jurnalis yang mendapatkan undangan untuk mengikuti New, Now, Next Conference (N3CON) yang diadakan oleh Asian American Journalist Association (AAJA) chapter Asia, Kamis (23/05/2024) hingga Sabtu (25/05/2024) di Singapura.

N3CON merupakan ajang pertemuan para jurnalis di seluruh dunia untuk saling berhubungan dan membagikan pengalamannya selama berkarir. Selain itu, N3CON menyediakan sesi konseling, kelas untuk berdiskusi, workshop, hingga tur ke media-media besar seperti CNBC, Wall Street Journal, dll.

Event ini dimulai dengan sesi tur redaksi ke media besar seperti Thompson Reuters, The Straits Times, CNBC, dan Wall Street Journal pada 23 Mei 2024. Tur ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada para jurnalis yang hadir tentang pengelolaan pemberitaan yang ada di kawasan Asia. Salah satu hal menarik yang ditawarkan dalam tur ini adalah presentasi dari tim The Straits Times tentang bagaimana mereka menjadikan sosial media sebagai kanal berita yang diminati oleh penggunanya. Selain itu, terdapat materi tentang meningkatkan jumlah penonton dari video yang ditayangkan di media sosial dan interaksi yang dilakukan dengan pengikutnya.

Baca juga: Google menyambut dua jurnalis asal Indonesia ke dalam program AAJA Executive Leadership Program

Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan penayangan video dokumenter ‘The Zero Wate Documentary Screening’ oleh Danny Kim. Dokumenter ditujukkan untuk memberikan gambaran tentang kondisi sampah di Pulau Jeju yang sebagian besar berasal dari negara lain seperti Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah Korea Selatan dan komunitas setempat menghadapi banyak kendala dalam mengelola sampah di Pulau Jeju karena terus bertambahnya sampah dari negara lain.

Asian American Journalist Association (AAJA)

Mendukung pemberitaan berkualitas

Setelah mengadakan tur dan pemberian materi tentang pembuatan konten berita di media sosial. N3CON turut mengadakan workshop dan konseling di Singapore Management University (SMU) dengan menghadirkan para narasumber yang berpengalaman di bidang masing-masing. Workshop awal tentang ‘Generative AI-Powered Newsrooms in Practice: New Tools, New Products, New Strategies’ menghadirkan pemateri seperti Ernest Kung (AI Product Manager The Associated Press), Gina Chua (Executive Editor Semafor), Jason Subler (Global General Manager Reuters), Shibani Mahtani (Investigative Correspondent The Washington Post) untuk membahas lebih lanjut tentang peran AI dalam pemberitaan.

Ernest Kung  menilai jika Artificial intelligence (AI) dapat menjadi tools yang penting untuk menghasilkan sebuah berita yang berkualitas dan terstruktur. Kehadiran AI dinilai telah mempermudah jurnalis untuk menghasilkan berita tanpa menghabiskan waktu yang lama.

“AI hadir untuk membantu jurnalis dalam menganalisis dan verifikasi data dan informasi yang ada. Tentu saja, hal ini dapat mengurangi aktivitas yang menghabiskan banyak waktu tanpa hasil yang berkualitas,” ujar Ernest.

Gina Chua (Executive Editor Semafor) turut menambahkan bahwa AI dapat menjadi strategi untuk merancang sebuah berita agar lebih terstruktur dan akurat. Ia turut memberikan tips untuk mengoptimasi penggunaan AI dalam menghasilkan sebuah berita.

“Salah satu hal yang mengerikan dalam penggunaan AI sebagai tools pemberitaan adalah strategi pemberitaan yang tidak jelas. Untuk itu, pastikan memberikan instruksi yang berfokus pada fakta, mudah dipahami, dan fokus,” ucap Gina.

Baca juga: Hak Pilih Perempuan ODGJ ‘Mengalah’ pada Stigma

Sesi ini dilanjutkan dengan workshop ‘Strengthening Cross-border Climate Investigative Journalism in Asia’ yang diisi oleh Lou Albano (Managing Editor GMA News Online), Wai Mun Ng (Deputy editor and writer Eco-Business), Regina Lay (Anchor and Business News Editor One News), dan Audrey Tan (Assistant News Editor The Straits Times). 

Dalam sesi ini, pemateri memaparkan bagaimana organisasi pemerintah dan non-pemerintah di seluruh dunia yang mulai menyadari tentang urgensi perubahan iklim sehingga mendorong mereka untuk mengambil peran penting untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan mengedukasi masyarakat. Ironinya, banyaknya pendanaan yang diberikan untuk mendukung edukasi terkait iklim melalui pemberitaan yang berkualitas justru menjadi tantangan karena kompleksitas isu dan banyaknya kepentingan yang harus dipertaruhkan terutama di kawasan Asia.

Menanggapi permasalahan ini, Audrey Tan (Assistant News Editor The Straits Times) mengatakan bahwa diperlukan kolaborasi antara pemerintah, media, dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan lingkungan.

“Semua yang terjadi (isu kerusakan lingkungan) membutuhkan kolaborasi yang membentuk sebuah kelompok yang berfokus pada isu ini. Jurnalis, editor, dan news room juga harus mencoba berkolaborasi dengan berbagai kalangan,” ucap Audrey.

Sementara itu, isu yang tidak kalah penting adalah workshop liputan berspektif gender yang dibawakan oleh Tan Hui Yee (Bureau Chief The Straits Times dan Co-founder The Gender Beat) dan Eliza Anyangwe (Editor CNN As Equals) dengan tema ‘A Gender Storytelling Workshop: From Finding Stories to Engaging Communities’.

Asian American Journalist Association (AAJA)

Workshop ini diadakan untuk membantu jurnalis yang berfokus dengan isu kesetaraan gender dapat mengidentifikasi kasus, mendapatkan narasumber yang tepat, melakukan pitching, produksi, hingga memikirkan dampak dan keterlibatan dalam berbagai topik seperti politik, iklim, hingga ekonomi.

“Isu kesetaraan gender menjadi topik yang paling rumit untuk dibahas hingga saat ini. Ketika membahas isu gender di Afrika, itu akan berbeda dengan kondisi di Amsterdam. Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa isu gender menjadi hal yang sangat penting karena berkaitan dengan seluruh topik di dunia ini,” ujar Eliza.

Untuk mendukung pemberitaan yang berspektif gender, Eliza Anyangwe dan Tan Hui Yee turut menyediakan grup telegram untuk menjadi ruang diskusi bagi para jurnalis global. Grup ini turut memberikan tips untuk melakukan liputan berbasis gender yang aman.

Setelah mengikuti konferensi secara luring, seluruh jurnalis diharapkan dapat saling terkoneksi untuk menciptakan ruang berita yang aman dan sehat secara global. Hal ini diharapkan dapat membantu mereka ketika menghadapi permasalahan yang rumit ketika melakukan liputan yang beresiko tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Ancaman krisis iklim

Ancaman Krisis Iklim, Bagaimana Nasib Perempuan Adat?

Menilik Untung Rugi RUU KIA

Menilik Untung Rugi RUU KIA

Pergeseran Representasi Perempuan dalam Disney Princess

Leave a Comment