Berdasarkan data STATISTIK, Provinsi Bengkulu memiliki 116 media terdiri dari cetak, siber, dan elektronik. Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada media online.
Hasil wawancara awal dengan sejumlah responden yang terlibat dalam survey sample ini, menunjukan pertambahan media tidak berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah jurnalis perempuan. Secara kasat mata dapat dilihat ada newsroom yang hanya menyisakan satu jurnalis perempuan diantara 12 jurnalis laki-laki. Bahkan ada pula newsroom yang sama sekali tidak ada jurnalis perempuannya.
Ini sebagai akibat adanya diskriminasi dalam proses perekrutan. Meskipun dipotret sejajar, namun jurnalis perempuan menjadi kelompok marginal. Baik dari segi jumlah, kompetensi, jabatan termasuk rentan dalam keamanan. Jurnalis perempuan kerap dianggap tidak produktif ketika menghadapi masa menstruasi dan kehamilan.
Survey dengan sample ini melibatkan 29 responden, yang tersebar di Provinsi Bengkulu. Tujuannya untuk melihat kondisi jurnalis perempuan yang ada di Provinsi Bengkulu. Mulai dari tingkat kompetensi, serta kondisi kerja jurnalis perempuan. Apakah pernah mendapatkan ancaman dan mengalami kekerasan baik secara verbal maupun non verbal selama menjalankan tugas jurnalistik.
Untuk mendapatkan data berapa jumlah jurnalis perempuan yang ada di Bengkulu diawali dengan menyebarkan google form. Caranya, cukup masuk ke akun gmail kita sendiri, kemudian KLIK ikon aplikasi google disebelah kanan atas. Scroll ke bawah hingga kita mendapatkan formulir. Kemudian pilih memulai formulir baru, kosong. Berikut tampilannya.
Setelahnya kita tinggal memberikan judul Pemetaan Jurnalis Perempuan di Bengkulu, mengisi diskripsi survey serta pertanyaan yang ingin kita tanyakan pada responden. Berikut tampilannya.
Ada 14 pertanyaan yang diajukan dalam survey ini, 5 isian menggunakan jawaban singkat dan 9 pertanyaan pilihan ganda. Empat pertanyaan awal terkait identitas responden yang menggunakan jawaban singkat. Berikut daftar pertanyaan yang diajukan dalam survey sample ini, yakni (1) Nama Lengkap, (2) Tempat & Tanggal Lahir. (3) Alamat email. (4) No Telepon/Handphone,
Kemudian, pertanyaan 4 pernyataan selanjutnya pilihan berganda, tentang jenis media, pendidikan terakhir, lama bekerja, serta posisi jabatan di media saat ini. Berikut rinciannya pertanyaannya, (5) Jenis Media : – Cetak/Koran/Majalah, – Penyiaran/Televisi, – Siber/Online, – Kantor berita, – Lainnya (6) Pendidikan :- SMA, -Diploma, – S1, – S2, – Lainnya, (7). Berapa lama anda bekerja di Industri media : – <5 tahun, -5-10 tahun, ->10 tahun, (8)Apa posisi anda di media tempat anda bekerja : -Wartawan/Reporter/Presenter, -Redaktur/editor, -Koordinator Liputan, -Manager Iklan/Manager Program, -Lainnya…. (silakan diisi)
Kemudian selanjutnya pertanyaan terkait tingkat kompetensi, kesempatan untuk peningkatan kapasitas serta organisasi profesi yang diikuti. Berikut rinciannya pertanyaannya, (9) Apa kompetensi anda : – Wartawan Muda, – Wartawan Madya, – Wartawan Utama, – Belum mengikuti uji kompetensi (10) Apakah anda pernah mendapatkan kesempatan pelatihan atau workshop yang sifatnya dapat meningkatkan kemampuan jurnalistik anda : – Pernah, – Tidak pernah, – Tidak tertarik, -Belum Tahu, (11) Apa organisasi jurnalis yang anda ikuti (jika anda memilih lainnya, silakan disebutkan apa organisasinya) : – AJI, -PWI, -IJTI, -SMSI, -JMSI, -Lainnya.
Untuk 3 pertanyaan terakhir, dikhususkan untuk melihat kondisi kerja jurnalis perempuan yang ada di Bengkulu, 2 pertanyaan pilihan ganda, dan 1 pertanyaan berisi isian singkat. Berikut rinciannya pertanyaannya, (12) Selama menjalankan tugas anda sebagai jurnalis apakah anda pernah merasa terancam atau diancam atas pemberitaan yang anda buat : -Pernah, -Tidak Pernah, -Belum Tahun, (13) Selama menjalankan tugas anda sebagai jurnalis apakah anda pernah dilecehkan baik secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) : -Pernah, -Tidak pernah, -Belum tahu, (14) Tuliskan sedikit kesan dan hambatan anda selama menjadi seorang jurnalis/wartawan perempuan di Bengkulu.
Form yang sudah berisikan pertanyaan dapat langsung disebar dengan mengklik KIRIM dibagian atas form. Jika ingin melakukan olah data secara kolaborasi dapat menambahkan kolaborator dengan mengklik ikon di bagian kanan atas. Berikut tampilannya.
Dalam riset ini, form yang sudah berisikan pertanyaan disebarkan secara berantai melalui pesan singkat Whatsapp, selama 2 minggu. Hasilnya ada 29 responden yang bersedia mengisi google form. Jawaban yang sudah terekam dapat langsung kita unduh ke dalam format spreadsheet. Cukup dengan mengklik LOGO SPREADSHEET kita langsung akan diarahkan ke laman spreadsheet baru yang sudah tertaut dengan akun gmail kita. Berikut tampilannya.
Jawaban responden yang sudah terkumpul dalam spreadsheet, sudah berupa data terstruktur dengan memiliki baris dan kolom. Namun data tersebut belum dapat kita olah. Terlebih dahulu kita harus melakukan proses cleaning.
Seperti, mengubah nama responden dari nama asli menjadi responden 1, 2, 3 dan seterusnya. Ini perlu dilakukan untuk menjaga kerahasiaan responden kita. Caranya kita cukup mengubah nama responden pertama menjadi responden 1, kemudian kita drag garis biru pada kolom responden 1 diujung bertanda (+) hingga ke kolom paling akhir. Maka semua nama asli responden akan berubah sesuai secara berurutan dengan nomor yang berbeda.
Berikut tampilannya.
Kemudian dilanjutkan dengan proses cleaning merapikan penulis kota tempat lahir, dari yang masih menggunakan huruf kecil dapat diseragamkan dengan menggunakan huruf besar. Memastikan tidak ada responden yang mengisi data ganda. Memastikan setiap kolom hanya punya satu tipe data, tidak ada salah ketik termasuk tidak ada kelebihan spasi dan simbol-simbol yang tidak diperlukan.
Kemudian kita dapat membuang kolom yang tidak dibutuhkan, seperti timestamp, yakni waktu pengisian form yang dilakukan responden. Serta memisahkan Tempat dan Tanggal Lahir, dari satu kolom menjadi dua kolom.
Caranya kita bisa insert satu kolom baru di sebelahnya, kemudian kolom Tempat dan Tanggal Lahir, kita klik dan blok sampai ke bawah. Kemudian kita klik data di bagian atas, dan pilih PISAHKAN TEKS MENJADI KOLOM. Kalimat instruksi tergantung dengan jenis laptop masing-masing ya, untuk di laptop saya instruksinya seperti diatas, disebagian lain dapat juga instruksinya tertulis Teks to Column.
PISAHKAN TEKS MENJADI KOLOM berfungsi memecah satu kolom menjadi beberapa kolom yang diinginkan. Kemudian ada pilihan pemisahan otomatis, berdasarkan karakter koma, titik, spasi, atau costum. Nah dalam riset ini kita pilih koma. Berikut tampilannya.
Setelah proses cleaning selesai, kita dapat melanjutkan dengan pengolahan data. Kita akan mengkategorisasikan data berdasarkan pertanyaan survey yang sudah kita buat dengan menggunakan Tabel Pivot.
Pertama kita akan melihat responden berasal dari jenis media apa saja. Karena jawaban pertanyaannya ada di kolom F, maka silahkan blok seluruh kolom jenis media, kemudian pilih sisipkan, dan klik Tabel Pivot, pilih sheet baru. Untuk di laptop yang lain biasanya opsi pilihan Tabel Pivot ada di data. Setelah di klik, kita akan diarahkan ke halaman spreadsheet yang baru.
Pada halaman ini di bagian table pivot maka akan terlihat kolom editor yang bisa diisi dengan daftar nama sesuai dengan kebutuhan atau informasi apa ingin ketahui dari data tersebut. Misalnya ketika kita ingin mengetahui jumlah jurnalis perempuan yang bekerja di media sesuai dengan jenisnya. Untuk diketahui dalam form google, saya sudah memberikan 5 opsi pilihan, yakni pertama Cetak/Koran/Majalah, kedua, Kantor Berita, ketiga lainnya, keempat Penyiaran/Televisi dan terakhir Siber/Online.
Pilihan jenis media yang ada muncul di EDITOR TABEL PIVOT dapat kita drag ke opsi baris, sehingga pada kolom A di spreadsheet akan terisi jenis media. Untuk mengetahui jumlahnya per media cukup dengan drag jenis media seperti sebelumnya ke opsi nilai. Maka akan muncul nilainya sebagai berikut.
Dari perhitungan Tabel Pivot diketahui grand total 28, artinya ada 1 responden yang tidak menjawab bagian form tersebut. Kemudian diketahui, 9 jurnalis perempuan bekerja di jenis media Cetak/Koran/Majalah, ada 2 jurnalis perempuan bekerja di jenis media Kantor Berita, ada 1 jurnalis perempuan bekerja di jenis media lainnya, ada 9 jurnalis perempuan bekerja di jenis media Penyiaran/Televisi dan 7 jurnalis perempuan bekerja di jenis media Siber/Online.
Hal yang sama, menggunakan Tabel Pivot kita juga dapat melihat jenjang pendidikan terakhir dari jurnalis perempuan yang ada di Bengkulu. Hasilnya sebagai berikut.
Perhitungan Tabel Pivot diketahui grand total 28, artinya ada 1 responden yang tidak menjawab bagian form tersebut. Kemudian diketahui, 4 orang lulusan Diploma, 17 orang lulusan S1, 3 orang lulusan S2 dan ada 4 orang lulusan SMA.
Serupa untuk melihat tingkat kompetensi dari jurnalis perempuan yang ada di Bengkulu. Ada 4 opsi jawaban yang ditawarkan dalam google form, yakni belum mengikuti, wartawan muda, wartawan madya dan wartawan utama. Menggunakan Tabel Pivot kita akan mendapatkan hasilnya sebagai berikut.
Dari 29 responden, ada 9 jurnalis perempuan yang belum mengikuti uji kompetensi, kemudian ada 2 jurnalis perempuan dengan kompetensi madya, ada 13 jurnalis perempuan dengan kompetensi muda serta 5 jurnalis perempuan dengan kompetensi utama.
Berikutnya dengan menggunakan Tabel Pivot, kita akan melihat, berapa banyak dari jurnalis perempuan yang mendapatkan kesempatan pelatihan atau workshop yang sifatnya dapat meningkatkan kemampuan jurnalistik. Hasilnya akan muncul seperti dalam gambar berikut.
Dimana 25 responden pernah mendapatkan kesempatan pelatihan atau workshop yang sifatnya dapat meningkatkan kemampuan jurnalistik, sedangkan 4 jurnalis perempuan mengaku tidak pernah mendapatkan kesempatan.
Kemudian kita juga akan melihat diorgansasi apa saja jurnalis perempuan di Bengkulu bernaung. Hasilnya sebagai berikut.
Ada 7 jurnalis perempuan di Bengkulu yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bengkulu, kemudian 6 responden memilih lainnya, ada 14 responden yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bengkulu serta 2 responden bergabung di Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Bengkulu.
Hal yang sama juga kita lakukan untuk mengetahui berapa banyak jurnalis perempuan yang merasa terancam atau diancam atas pemberitaan yang dibuat, dengan menggunakan Pivot Table. Hasilnya sebagai berikut.
Dari 29 responden ternyata ada 1 yang menjawab belum tahu, kemudian 9 menjawab tidak pernah dan 19 jurnalis perempuan menjawab pernah merasa terancam atau diancam atas pemberitaan yang dibuat.
Selanjutnya kita akan menghitung berapa banyak jurnalis perempuan yang pernah dilecehkan baik secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) selama menjalankan tugas jurnalistik, tetap dengan menggunakan pivot tabel.
Dari 29 responden ternyata ada 2 yang menjawab tidak tahu apakah pernah dilecehkan baik secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) selama menjalankan tugas jurnalistik, kemudian ada 15 yang mengaku pernah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik), serta ada 12 yang mengaku tidak pernah.
Selanjutnya,kita akan masuk pada tahap visualisasi. Ada empat visualisasi yang akan saya buat, yakni tentang pendidikan terakhir, kompetensi jurnalis, dan apakah jurnalis perempuan di Bengkulu pernah merasa terancam atau diancam atas pemberitaan yang dibuat, serta pernah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas jurnalistik.
Langkah pertama yang perlu dilakukan yakni dengan membuat akun flourish. Selanjutnya masuk ke akun yang telah dibuat lalu pilih NEW VISUALIZATION di kiri atas. Sehingga muncul tampilan sebagai berikut.
Untuk visualisasi pendidikan akhir, saya memilih pie chart, karena saya ingin menunjukan komposisi data yang diperoleh dari 4 kategori pendidikan (SMA, Diploma, S1 dan S2) dalam google form. Kemudian data yang sudah terkumpul tadi, kita upload ke dalam flourish. Ada dua kolom yang akan digunakan, yakni kategori A untuk label yakni jenjang pendidikan, dan kategori B untuk jumlah. Jangan lupa memberi judul pie chart di bagian kiri atas. Judul yang saya buat kali ini yakni “Komposisi Jenjang Pendidikan Jurnalis Perempuan di Bengkulu”. Berikut tampilan data yang sudah terupload.
Setelahnya, kita tinggal mengklik PREVIEW untuk mengubah untuk mengubah color, labels, plot background, layout serta memberi header dan footer dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada di sebelah kanan. Termasuk menampilkan dari mana sumber data ini didapatkan. Berikut tampilan pie chart yang sudah saya edit.
Dari visualisasi yang ada, jurnalis perempuan dengan pendidikan terakhir S1 terlihat mendominasi dengan jumlah 17 orang atau 58 %, sedangkan lulusan Diploma dan SMA masing-masing berjumlah 4 orang setara dengan 13,79% dan lulusan S2 berjumlah 3 orang 10,3%.
Langkah berikutnya, diagram tersebut kita ekspor dan siap dipublikasikan. Caranya yakni dengan klik di bagian ekspor dan publikasikan. Pada tampilan layar akan muncul pilihan link embed your website, download HTML atau download image. Jika akan dipublikasikan melalui media online, maka pilih link EMBED YOUR WEBSITE dan bisa ditempelkan di body text berita seperti berikut:
Untuk mengakses diagram tersebut silakan klik link berikut ini, https://public.flourish.studio/visualisation/7784338/
Selanjutnya, dengan cara yang sama kita akan memvisualisasikan tingkat kompetensi dari jurnalis perempuan yang ada di Bengkulu. Saya memilih pie chart, karena saya ingin menunjukan komposisi data yang diperoleh dari 4 kategori kompetensi, yakni belum mengikuti, wartawan muda, wartawan madya dan wartawan utama.
Ada dua kolom yang akan digunakan, yakni kategori A untuk label yakni kompetensi, dan kategori B untuk jumlah. Jangan lupa memberi judul pie chart di bagian kiri atas. Judul yang saya buat kali ini yakni “Komposisi Kompetensi Jurnalis Perempuan di Bengkulu”. Berikut tampilan data yang sudah terupload.
Setelahnya, kita tinggal mengklik PREVIEW untuk mengubah untuk mengubah color, labels, plot background, layout serta memberi header dan footer dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada di sebelah kanan. Termasuk menampilkan dari mana sumber data ini didapatkan. Berikut tampilan pie chart yang sudah saya edit.
Dari visualisasi yang ada, jurnalis perempuan dengan kompetensi wartawan madya mendominasi yakni sebanyak 13 orang atau 44,82%. Kompetensi madya umumnya dimiliki jurnalis untuk level redaktur ataupun editor, dengan masa kerja diatas 5 tahun. Menyusul jurnalis perempuan yang sama sekali belum mendapatkan kesempatan mengikuti uji kompetensi, yakni 9 orang atau 31,03 persen. Kemudian ada 5 jurnalis perempuan yang sudah berada di level wartawan utama, 17,24 %, kompetensi ini umumnya dimiliki untuk posisi pemimpin redaksi (pemred). Namun berdasarkan hasil survey dari 5 responden tersebut tidak ada yang berada di posisi pemimpin redaksi. Hanya ada satu responden yang menempati posisi general manager. Menyusul, ada 2 jurnalis perempuan atau 6,89 % yang sudah mengantongi kompetensi wartawan muda.
Langkah berikutnya, diagram tersebut kita ekspor dan siap dipublikasikan. Caranya yakni dengan klik di bagian ekspor dan publikasikan. Pada tampilan layar akan muncul pilihan link embed your website, download HTML atau download image. Jika akan dipublikasikan melalui media online, maka pilih link EMBED YOUR WEBSITE dan bisa ditempelkan di body text berita seperti berikut:
Untuk mengakses diagram tersebut silakan klik link berikut ini, https://public.flourish.studio/visualisation/7795378/
Selanjutnya, kita akan memvisualisasikan jumlah jurnalis perempuan di Bengkulu yang merasa terancam atau diancam atas pemberitaan yang dibuat. Tahapan prosesnya sama dengan sebelumnya. Berikut tampilan pie chart berdasarkan data yang sudah diupload.
Dari 29 responden, diketahui sebanyak 19 orang atau 65,51% mengaku pernah merasa terancam atau diancam atas pemberitaan yang dibuat selama menjalankan tugas jurnalistik. Jumlah ini menarik, karena menunjukan profesi jurnalis belum sepenuhnya aman di Bengkulu khususnya dan di Indonesia umumnya, meskipun sudah dilindungi Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999.
Untuk mendapatkan pie chart dapat diakses dilink berikut : https://public.flourish.studio/visualisation/7795677/
Kemudian kita akan memvisualisasikan jumlah jurnalis perempuan yang pernah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas jurnalistik. Tahapan prosesnya sama dengan sebelumnya. Berikut tampilan pie chart berdasarkan data yang sudah diupload.
Untuk mendapatkan pie chart dapat diakses dilink berikut : https://public.flourish.studio/visualisation/7796161/
Dari visualisasi tersebut, diketahui 15 orang responden, jurnalis perempuan 51,72 persen pernah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas jurnalistik. Jumlah ini lebih dari separuh responden. Ini menunjukan selain tidak aman, jurnalis perempuan juga merupakan kelompok yang paling rentan.
Kemudian, ada 12 responden atau 41,37 % mengaku tidak pernah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas jurnalistik. Cukup menarik ada 2 orang responden yakni 6,89 % yang mengaku belum tahu apakah sudah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun nonverbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas jurnalistik.
Meskipun jumlahnya tidak banyak, namun ketidaktahuan ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Dimana jurnalis perempuan sendiri tidak menyadari apakah selama ini ia sudah mendapatkan pelecehan secara verbal maupun non verbal (sentuhan fisik) saat menjalankan tugas jurnalistik. Ketidaktahuan dapat berakibat fatal dikemudian hari, sehingga penting bagi semua jurnalis perempuan yang ada untuk mendapatkan pengetahuan tentang bentuk-bentuk pelecehan verbal dan nonverbal yang mengancam jurnalis perempuan.
Riset ini juga mengungkapkan sejumlah fakta-fakta bahwa menjadi jurnalis perempuan tidaklah mudah. Perusahaan media dalam mempekerjakan jurnalis perempuan perlu memastikan memberikan ruang aman dan nyaman bagi jurnalis perempuan. Salah satunya dengan memberikan pelatihan tentang standar keamanan, serta peningkatan kapasitas. Karena keberadaan jurnalis perempuan di newsroom menjadi penting artinya untuk menghasilkan pemberitaan yang ramah gender.
Hasil riset ini juga dapat menjadi pemantik riset selanjutnya, seperti seberapa aman newsroom bagi jurnalis perempuan, SOP seperti apa yang harus diterapkan perusahaan media dalam menjaga keamanan dan kenyamanan bagi jurnalis perempuan, termasuk bentuk mitigasinya serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat karir bagi jurnalis perempuan di Bengkulu. (betty herlina)