Bincangperempuan.com- “Hidup ramah lingkungan adalah bentuk kesyukuran terhadap Allah,” Kalimat tersebut menjadi prinsif Tri Wahyuningsih, saat membentuk Komunitas Omah Teduh.
Omah Teduh, komunitas pilah sampah yang didirikan Tri sebagai bentuk kesadaran yang muncul dari dirinya, serta dorongan dari beberapa temannya, karena keresahan dalam menangani sampah rumah tangga.
“Saya seorang ibu rumah tangga dan merasa harus bertanggungjawab atas limbah rumah tangga yang saya hasilkan sendiri, jadi semua kegiatan di Omah Teduh, Insya Allah merupakan bentuk tanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan,” ungkap Tri.
Ibu dari 3 orang anak perempuan ini menuturkan, keresahannya bermula saat sampah yang ia hasilkan biasanya diangkut oleh petugas sampah harian. Namun miris ketika melihat akhirnya sampah hanya terus menumpuk di tempat pembuangan akhir, hingga menggunung. Alhasil, Tri memutuskan membuat bank sampah. Sebagai tempat untuk menampung sampah-sampah yang telah dipilah dari rumah.
Tak hanya bank sampah yang melayani di sekitar tempat tinggalnya, di kawasan Kelurahan Bentiring Permai, Kota Bengkulu. Di tahun 2023, Tri bekerja sama dengan Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (PERBANUSA) Bengkulu kemudian membentuk Omah Teduh sebagai bank sampah dan komunitas.
Selain lewat komunitas Omah Teduh, Tri juga berbagi caranya hidup ramah lingkungan dengan menulis buku ‘Meraup Berkah Dari Rumah Minim Sampah’, Buku kolaborasi tersebut ditulis bersama beberapa pegiat hidup minim sampah dari beberapa daerah lain.
Dalam buku tersebut Tri berkontribusi untuk menceritakan tentang bank sampah miliknya dan pemanfaatan eco enzyme.
Baca juga: Misha Atika, Pelestari Padi Kuning dan Tradisi Perempuan Memanen Secara Bergotong-royong
Membuat Berbagai Olahan dari Eco Enzyme
Tak berhenti hanya dengan memilah sampah dari rumah, perempuan yang akrab disapa Bunda Tri ini juga mempelajari lebih banyak hal untuk hidup ramah lingkungan.
Ia mengikuti kelas-kelas pelatihan, kemudian menyalurkan ilmu yang telah didapatkan kepada anggota komunitas Omah Teduh. Diantaranya yaitu pembuatan sabun cuci cair dan sabun batang berbahan dasar eco enzyme yang ramah lingkungan.
Menurut Tri, dengan banyaknya sampah organik yang dihasilkan dalam rumah tangga, pembuatan eco enzyme merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan agar sampah organik dapat dimanfaatkan kembali.
Saat ini, Tri bahkan sudah rutin memakai sabun batang yang diproduksi sendiri untuk kegiatan sehari-harinya.
“Saya sudah tidak pernah beli sabun lagi sekarang, jadi selain ramah lingkungan ini juga hemat,” ujarnya
Bagi Tri, hidup ramah lingkungan butuh kesadaran dari masing-masing individu. Hingga saat ini,Tri bersama Omah Teduh-nya rutin menggelar kelas-kelas kecil tiap bulannya.
“Insya Allah kegiatan bermanfaat pasti akan terus dilakukan di Omah Teduh, misal nanti akan buat lilin dari minyak jelantah, atau sesuai permintaan dan diskusi dari para anggota juga bisa,” paparnya.
Tri berharap, hadirnya Omah Teduh dapat menjadi sarana bagi ibu-ibu dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya agar bisa memulai hidup ramah lingkungan melalui hal yang paling dasar yaitu memilah sampah dari rumah. Memanfaatkan kembali sampah organik sebagai kompos atau eco enzyme dan mengirim sampah anorganik ke bank sampah agar dapat diolah kembali.