Home » News » “Needy”, Ketergantungan Emosional yang Katanya Menguji Cinta 

“Needy”, Ketergantungan Emosional yang Katanya Menguji Cinta 

Siti Nurmasyitah

News

Bincangperempuan.com-  Fenomena “needy” dalam hubungan romantis semakin sering menjadi topik diskusi, terutama di era modern yang serba cepat dan serba digital. Needy menggambarkan seseorang yang merasa tidak aman jika tidak mendapatkan perhatian atau validasi dari pasangan. 

Dilansir dari psychcentral.com, needy  adalah gambaran perilaku yang suka mencari perhatian dan sering dicap clingy, serta ketergantungan kepada pasangan secara berlebihan. Misalnya, mereka akan merasa cemas saat pasangan tidak segera merespons pesan atau telepon, atau terus-menerus meminta kepastian tentang perasaan pasangan. 

Perilaku seperti ini sering kali disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri, pengalaman trauma di masa lalu atau ketakutan akan ditinggalkan. Seseorang yang memiliki perasaan tidak aman, cenderung mencari kepastian terus-menerus untuk meredakan rasa cemasnya. Ada pula akibat gaya ketertarikan atau attachment style yang tidak sehat, seperti anxious-preoccupied atau fearful-avoidant, sering kali mendorong perilaku needy.

Meskipun kebutuhan emosional adalah hal yang wajar dalam hubungan, perilaku needy yang berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan dan bahkan konflik. Sifat needy dapat membuat pasangan merasa terbebani, sehingga hubungan menjadi tidak sehat.

Di tahap awal hubungan, needy juga bisa terlihat dalam bentuk flirting yang terlalu mendesak. Bagi sebagian orang, hal ini terlihat sebagai sikap yang clingy alias ‘terlalu nempel’ atau bahkan memaksa. Akibatnya, pasangan bisa saja merasa terbebani hingga terganggu dengan kebutuhan berlebihan tersebut.

Baca juga: Menghalau Perubahan Iklim di Pesisir Bengkulu

Teori keterikatan atau attachment theory

Istilah needy mulai dikenal luas pada tahun 1980-an, seiring berkembangnya kajian dalam psikologi tentang teori keterikatan atau attachment theory. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh John Bowlby, seorang psikoanalis yang menjelaskan bahwa hubungan emosional dengan pengasuh di masa kecil memengaruhi cara seseorang membentuk hubungan di masa dewasa. 

Orang yang memiliki keterikatan tidak aman (insecure attachment) cenderung menunjukkan perilaku needy. Istilah ini kemudian mendapatkan perhatian lebih besar pada era 2000-an, ketika teknologi komunikasi seperti pesan instan dan media sosial mulai mendominasi kehidupan sehari-hari. 

Di era ini, kebutuhan untuk selalu terhubung dengan pasangan menjadi lebih menonjol, sehingga perilaku needy semakin sering diamati.

Contoh kasus yang sering terjadi ketika salah satu pihak dapat dilihat dalam hubungan sehari-hari. Sosok A,  sering merasa cemas jika B tidak segera merespons pesannya. Sementara B tengah menghadiri rapat panjang tanpa sempat membalas pesan, dan si A seketika merasa diabaikan. Ia mengirimkan pesan-pesan yang panjang dan penuh emosi, bahkan mempertanyakan keseriusan B dalam hubungan mereka. Situasi ini membuat B merasa tertekan dan kewalahan dengan tuntutan emosional A. Akhirnya, hubungan mereka menjadi tidak harmonis hingga mereka memutuskan untuk berkonsultasi dengan terapis. 

Kapan seseorang bisa dikatakan needy?

Seseorang punya perilaku ini dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Meminta kepastian cinta yang berlebihan

Orang yang needy kemungkinan akan terus-menerus bertanyakan kepada pasangannya, apakah mereka mencintainya atau tidak. Mereka juga akan merasa khawatir terhadap hubungan mereka sehingga mencari validasi secara berulang.

  • Mengharapkan penghabisan waktu bersama

Perilaku needy bisa membuat seseorang cenderung selalu ingin bersama pasangannya. Akibatnya, mereka akan merasa tidak nyaman ketika harus berpisah.

  • Kesulitan membuat keputusan sendiri

Seseorang yang punya perilaku ini mungkin akan merasa ragu untuk memutuskan sesuatu tanpa persetujuan pasangan. Mereka cenderung mengandalkan pasangannya meski dalam kecil sekalipun.

  • Sensitivitas atas kritikan

Needy akan membuat seseorang sering kali merasa tersinggung atau bahkan terluka dengan kritikan yang disampaikan, walaupun secara halus.

  • Ketergantungan emosional 

Orang yang needy kerap merasa sedih atau kesal ketika pasangannya melakukan aktivitas tanpa mereka. Mereka juga akan marah ketika melihat partnernya menghabiskan waktu dengan orang lain.

Baca juga: Perbedaan Bau Ketek Perempuan dan Laki-Laki: Fakta atau Mitos?

Dampak dan cara mengatasi needy 

Fenomena needy dalam hubungan memiliki dampak yang signifikan, baik bagi individu maupun pasangan. Bagi hubungan, perilaku ini dapat menciptakan ketidakseimbangan emosional, di mana satu pihak merasa harus terus-menerus memenuhi kebutuhan pasangan yang needy. Hal ini sering memicu konflik dan membuat hubungan terasa tidak sehat. 

Di sisi lain, individu yang needy sering kali merasa kehilangan identitas diri karena terlalu bergantung pada pasangan untuk merasa bahagia. Ketergantungan ini juga dapat memicu stres dan kecemasan yang berkepanjangan.

Kemunculan era digital turut memperparah fenomena ini. Media sosial dan aplikasi pesan instan memungkinkan komunikasi yang lebih cepat, tetapi juga meningkatkan ekspektasi untuk selalu tersedia. Seseorang yang terbiasa mendapatkan respons instan mungkin merasa cemas atau marah jika pasangan tidak segera merespons. Selain itu, media sosial sering kali memunculkan rasa tidak percaya diri karena membandingkan hubungan sendiri dengan hubungan orang lain yang tampak sempurna. Hal ini semakin memperburuk rasa ketergantungan emosional pada pasangan.

Untuk mengatasi perilaku needy, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali akar masalah. Seseorang perlu memahami apakah perilaku tersebut berasal dari pengalaman masa lalu, trauma emosional, atau ketidakpercayaan diri. Langkah berikutnya adalah membangun kepercayaan diri dengan fokus pada pengembangan diri dan kebahagiaan pribadi. 

Memiliki kehidupan yang seimbang di luar hubungan, individu dapat mengurangi ketergantungan pada pasangan. Selain itu, komunikasi yang jujur dengan pasangan juga sangat penting. Membicarakan kebutuhan emosional secara terbuka dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih sehat dan saling memahami.

Jika perilaku needy sulit diatasi sendiri, berkonsultasi dengan psikolog atau terapis dapat menjadi solusi yang efektif. Terapis dapat membantu individu memahami pola pikir dan emosi yang mendasari perilaku mereka, serta memberikan strategi untuk membangun hubungan yang lebih sehat.

Fenomena needy dalam hubungan adalah isu yang kompleks, tetapi dapat diatasi dengan kesadaran dan upaya yang konsisten. Penting bagi setiap individu untuk menyadari bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri, bukan dari pasangan semata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Pergeseran Representasi Perempuan dalam Disney Princess

Keperawanan Mitos yang Menghantui Perempuan

Selaput Dara, Mitos Keperawanan yang Menghantui Perempuan

FLP dan JMS :  Jangan Tunggu Lama Pengesahan RUU TPKS

Leave a Comment