Home » News » Redefinisi Keintiman : Mengapa Hubungan Asmara Era Masa Kini Mudah Rapuh?

Redefinisi Keintiman : Mengapa Hubungan Asmara Era Masa Kini Mudah Rapuh?

Bincangperempuan.com- BPer’s #CeritaSabtu kali ini, tertarik untuk merespon komentar cerita sabtu minggu lalu,

Dalam banyak komentar maka yang tersalah terlebih dahulu pasti perempuan. Meskipun mayoritas mereka tdk mengerti persolan sebenarnya. Yang mesti ditelaah kebih jauh, kenapa ikatan rumah tangga saat trendnya agak rapuh dan ikatan rumah tangga seakan terbiar mudah lepas dengam ragam persoalan, keinginan untuk menata dan mendirikan bangunan kokoh kelihatan juga makin sulit. Cari solusi asal jadi, sehingga selingkuh jadi pelarian???. Padahal itu menambah masalah baru.

Singkatnya pembaca memberikan ulasan kritis mengenai: “Sejak dahulu kita sudah belajar mengenai definisi dan konsep-konsep mengenai perselingkuhan, gunanya adalah mencegah agar relasi pernikahan yang dimiliki tetap utuh, jauh dari perselingkuhan. Lalu kenapa di masa ini, perselingkuhan menjadi semacam “tren pelarian” padahal faktanya selingkuh justru menimbulkan masalah baru, kira-kira kenapa ya, BPer’s? hmm…..

Selingkuh adalah warisan patriarki tertua yang tetap berlangsung hingga saat ini, hal ini diteliti oleh Yuval Noah Harari dalam tulisannya Homo Deus, bagaimana ini kemudian seperti “penyakit warisan” yang mewabah dalam peradaban umat manusia. Dikatakan demikian, karena perselingkuhan tidak mengenal jenis kelamin, dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.

Namun, budaya patriarki sejak dahulu melegitimasi bahwa kuasa dimiliki oleh laki-laki sehingga laki- laki “dinormalisasi” untuk melakukan perselingkuhan dengan pihak ketiga lainnya, sebaliknya secara sosial, masyarakat “menghipnotis” perempuan untuk menormalisasi perselingkuhan yang dilakukan oleh laki-laki dan cenderung mempersalahkan perempuan yang menjadi selingkuhan (pada hakikatnya juga merupakan korban lain dalam perselingkuhan).

Bahkan hingga saat ini, perselingkuhan seringkali dianggap sebuah “validasi laten” terhadap laki- laki sehingga dalam masyarakat perselingkuhan yang dilakukan oleh laki-laki menunjukkan bahwa dia “laki-laki sejati”, aneh kan? Ya begitulah, cara kerja dunia dan budaya patriarki.

Judul “Redefinisi Keintiman” diadopsi dari hasil penelitian Ibu Dian Arymami, dosen Ilmu Komunikasi UGM yang berdedikasi untuk melakukan kajian mengenai relasi asmara. Buku ini baru launching pada akhir bulan April 2023 lalu, yang dengan tegas mendiseminasikan kajian akademik mengenai pendefinisian ulang keintiman di era kini. Salah satu temuan menariknya adalah bahwa dalam relasi sekarang “mimpi dan delusi bisa jadi merupakan faktor utama dalam dinamika relasi cinta”.

Temuan ini mungkin saja bila dibuktikan pada kasus-kasus perselingkuhan yang marak terjadi dimana, dalam sistem masyarakat tradisional, menjadi variabel inti pasangan yang akan membina rumah tangga. Namun dalam sistem masyarakat modern di masa kini, cinta menjadi sesuatu yang fluid/ lentur, dan mengalami pergeseran makna, menjadi sesuatu yang berkurang nilai kesakralannya.

Sedangkan pada perempuan pada dasarnya, perempuan menginginkan sosok yang mengaguminya, sehingga dia merasa dihargai dan diperhatikan oleh pasangan. Namun, jika ia diabaikan oleh pasangannya, perselingkuhan menjadi cara bagi perempuan untuk mendapat perhatian yang mereka inginkan dari laki-laki lain.

Meski demikian, alasan mengapa seseorang berselingkuh juga bisa lebih kompleks dari penjelasan di atas. Masih ada banyak faktor lain yang bisa membuat seseorang lebih rentan untuk selingkuh, mulai dari gangguan kepribadian, hubungan jarak jauh, bosan dengan hubungan yang dijalani, hingga kurangnya komitmen. Namun apakah bosan dalam relasi pernikahan, dibenarkan bagi pasangan untuk melakukan perilaku selingkuh? TENTU TIDAK.

Banyak macam perselingkuhan yang mungkin terjadi di sekitarmu, salah satunya adalah selingkuh hati. Meski tidak selalu melibatkan kontak fisik, bukan berarti selingkuh hati tidak salah. Justru banyak hubungan perselingkuhan yang awalnya hanya berdasarkan kedekatan emosional akhirnya berujung pada hubungan seksual.

Lebih jauh, selingkuh hati bahkan lebih berbahaya dibandingkan perselingkuhan fisik. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak selalu memiliki kedekatan dan kasih sayang. Namun, sebaliknya. Selingkuh hati melibatkan sisi emosional, yaitu keterhubungan, kedekatan, saling menyukai, dan pada akhirnya mencintai.

Sebagian orang sulit mengetahui apakah mereka sedang mengalami selingkuh hati atau tidak. Namun, di bawah ini ada beberapa tanda yang dapat dikenali bila kamu (merasa) sedang selingkuh hati, yakni :

  • Kamu lebih sering menghabiskan waktu untuk berbicara dengannya daripada pasanganmu, baik itu secara tatap muka atau melalui pesan singkat.
  • Kamu selalu merahasiakan pertemuan dan obrolanmu dengannya dari pasanganmu, termasuk pesan singkat dan surat elektronik (email). Kamu berani menceritakan masalah rumah tanggamu kepadanya tanpa diketahui oleh pasanganmu.
  • Kamu merasa mendapat perhatian penuh dari orang tersebut dibandingkan pasanganmu.
  • Kamu menganggapnya penting dan sering meluangkan waktu untuk bisa bersamanya.
  • Kamu sering menyebut namanya dan mulai membanding-bandingkan sikapnya di hadapan pasanganmu.

Perselingkuhan adalah ancaman dalam sebuah kehidupan asmara atau rumah tangga. Tidak sedikit pernikahan yang berujung perpisahan atau perceraian karena faktor perselingkuhan ini. Meski begitu, tidak perselingkuhan akan berakhir dengan perceraian. Ada banyak cara yang bisa dilakukan demi memperbaiki hubungan setelah mengetahui pasangan berselingkuh. Namun, diperlukan peran dari kedua pihak untuk mengevaluasi diri, memaafkan, memberi waktu bagi satu sama lain, dan memperbarui komitmen untuk menjalin hubungan kembali.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan demi memperbaiki hubungan setelah mengetahui pasangan berselingkuh. Namun, diperlukan peran dari kedua pihak untuk mengevaluasi diri, memaafkan, memberi waktu bagi satu sama lain, dan memperbarui komitmen untuk menjalin hubungan kembali.

Oleh karena itu, dalam memperbaiki hubungan dengan pasangan yang renggang karena perselingkuhan, cobalah jalani konseling pernikahan atau berkonsultasilah ke psikolog, sehingga mendapat jalan keluar untuk mempererat kembali kasih sayang dalam hubungan rumah tangga.

Selain itu, semoga kita mampu menjaga diri untuk setia pada komitmen yang telah diikrarkan, dan tidak tergoda untuk terlibat dalam hubungan orang lain yang sudah berada dalam komitmen legal. Semangat, Girls! Jodoh pasti bertemu, melalui cara dan waktu yang tepat. Tetaplah mendukung dan menghormati perempuan lainnya. bukan malah menikungnya. Karena selingkuh bukan kekhilafan, tetapi perilaku sadar yang jahat.

Di Sumatera Selatan sendiri, istilah yang dilabeli untuk menandai orang yang berselingkuh, tetapi pelakunya usia tua, yakni menyebutnya dengan Serikat Kanji Tue (Perkumpulan orang tua yang genit). Realitanya masyarakat kemudian memberikan dukungan moril kepada istri sebagai korban agar sabar dan ikhlas untuk menghadapi “ujian pernikahannya”, hmm, ada banyak bentuk ujian tetapi kenapa perselingkuhan yang dipilih sebagai tantangan adrenalin ya, Girls?

Itu tadi, sensasi backstreet yang tidak dialami di masa puber pertama kemudian ingin dicoba di masa puber kedua dengan alasan “iseng” hingga lama-lama menjadi skandal serius.

Jadi, bagaimana mengurai redefinisi keintiman? Harus dimulai darimana kah?

  1. Kenali diri sedalam-dalamnya
  2. Edukasi diri sendiri
  3. Penuhi diri dengan cinta dan kasih sayang
  4. Pahami segala risiko terburuk dari pernikahan dan berani menghadapinya
  5. Kuasai kemampuan berdialog dengan pasangan
  6. Pahami love language agar tidak banyak menuntut
  7. Beri kepercayaan penuh dan jangan overthinking
  8. Saling mendoakan, mengapresiasi ,dan respek
  9. Jangan bergantung 100%
  10. Pentingnya berlibur bersama dan berbagi peran dalam rumah tangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Centil artinya

“Centil Era”, Memberdayakan Perempuan dengan Cara Positif

McDonald’s Indonesia Hadirkan Empat Pahlawan Wanita Indonesia

Konstruksi Sosial dan Tantangan Kebijakan Pekerjaan Perawatan di Indonesia

Leave a Comment