Home » News » Mencintai Diri dengan Memberi: Perjalanan Self-Love Talia Bara

Mencintai Diri dengan Memberi: Perjalanan Self-Love Talia Bara

Ais Fahira

News

Mencintai Diri dengan Memberi Perjalanan Self-Love Talia Bara

Bincangperempuan.com– “Ambisiku mungkin nggak masuk akal bagi banyak orang, tapi ini sudah jadi salah satu alasanku hidup,” ujar Talia Bara, seorang perempuan berusia 25 tahun. Baginya, mendonorkan sesuatu dari tubuhnya untuk orang lain bukan sekadar tindakan kebaikan, melainkan juga bentuk selflove yang ia jalani dengan penuh kesadaran.

Melalui donor darah, Talia belajar mencintai dirinya sendiri dengan cara yang berbeda. Ia merasa bahwa tubuhnya memiliki manfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi mereka yang membutuhkan.

Sebagai perempuan, dirinya menyadari bahwa standar kecantikan yang ada sering membatasi kebebasan seseorang untuk mencintai dirinya sendiri. 

“Kalau soal mencintai diri, perempuan itu serba salah. Terlalu kurus salah, berisi salah, terlalu tertutup pun juga salah,” katanya. Namun, dirinya justru memilih untuk mengabaikan pandangan negatif dan tetap menjalani hidup sesuai dengan keyakinannya.

Baca juga: Self Love: I Choose Myself

Menolak Tuntutan Sosial Demi Self-Love

Perempuan yang juga akrab disapa Tata ini, aktif membagikan momen-momen kesehariannya di sosial media. Mulai dari berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, hingga mendonorkan darah. Namun, lebih dari sekadar gaya hidup, bagi Talia, self-love adalah tentang membebaskan diri dari ekspektasi dan tuntutan sosial.

“Aku nggak akan cukup kalau terus memenuhi pendapat orang. Lagian, mereka kan nggak menjalani apa yang aku jalani,” ucapnya. 

Baginya, mempertahankan berat badan yang dianggap tak sesuai standar kecantikan oleh sebagian orang, justru merupakan bentuk mencintai diri sendiri. Ia memiliki alasan kuat untuk itu.

“Aku kan mau donor apheresis, jadi itu donor darah, tapi yang diambil cuma komponen tertentu aja, misalnya trombosit atau sel darah. Berat minimalnya 60 kg, makanya aku nggak mau beratku turun di bawah itu. Kalau bisa sih lebih,” jelasnya.

Berbeda dengan donor darah biasa yang mengambil seluruh darah, donor apheresis hanya menyaring dan mengambil komponen tertentu, seperti plasma darah, sel darah putih, sel darah merah, atau trombosit, menggunakan alat khusus. Setelah komponen yang dibutuhkan diambil, sisa darah dikembalikan ke dalam tubuh pendonor.

Ada beberapa jenis donor apheresis, di antaranya:

  • Trombaferesis, yaitu proses pengambilan trombosit.
  • Eritraferesis, yaitu proses pengambilan sel darah merah.
  • Leukaferesis, yaitu proses pengambilan sel darah putih.
  • Plasmaferesis, yaitu proses pengambilan plasma darah.

Baginy, donor apheresis bukan sekadar kegiatan sosial, melainkan bagian dari hidupnya. Oleh karena itu Talia memastikan tubuhnya siap untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan.

Ambisi yang Dijalani dengan Tanggung Jawab

Dedikasi Talia terhadap donor darah bahkan membuatnya berani mengambil risiko. Ia bercerita bahwa seharusnya setelah menjalani operasi mayor, seseorang baru boleh mendonorkan darahnya setelah empat bulan. Namun, hanya dalam dua minggu setelah mengonsumsi antibiotik, Talia nekat mendonor.

“Bagi orang, mungkin ambisiku nggak masuk akal. Tapi aku merasa mampu. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar,” katanya.

Bagi Talia, donor darah bukan sekadar kebiasaan, melainkan bagian dari jati dirinya. Bahkan, kini ia tengah memanjangkan rambutnya untuk didonorkan kepada penderita kanker. Tidak hanya itu, ia juga telah berkomitmen menjadi donor kornea mata di masa depan.

Baca juga: Kamu Tidak Egois, Hanya Karena Mengatakan Tidak!

Momen yang Mengubah Hidup

Talia masih mengingat beberapa peristiwa yang menguatkan tekadnya untuk terus berbagi. “Sekitar tahun 2021 atau 2022,” katanya, mencoba mengingat. Saat itu, ia bertemu dengan seorang ibu di rumah sakit yang tampak kebingungan mencari pendonor darah. Kebetulan, golongan darah mereka sama, dan tanpa ragu, Talia memutuskan untuk membantu.

“Ibu itu menangis terharu, memegang tanganku sambil mendoakan hal-hal baik,” kenangnya. Momen itu membekas di hatinya dan semakin meyakinkan bahwa apa yang telah ia lakukan bukanlah hal sepele.

Bukan hanya dari penerima donor, inspirasi juga datang dari sesama pendonor. Salah satunya adalah seorang pengemudi ojek online yang pernah mengantarnya. 

“Dia cerita kalau istrinya dulu butuh darah sehabis melahirkan, dan karena kebetulan golongan darahnya sama, dia mendonorkan darahnya. Sejak saat itu, dia jadi pendonor aktif. Karena menurutnya masih banyak orang seperti istrinya yang membutuhkan di luar sana,” tutur Talia. Cerita itu membuatnya teringat kembali pada masa-masa sulit dalam hidupnya.

Melewati Masa Sulit dan Menemukan Kekuatan

Dirinya pernah mengalami gangguan siklus menstruasi yang membuatnya harus rutin mengonsumsi pil KB. Pada masa-masa itu, ada ketakutan besar yang terus menghantuinya.

“Aku terus dihantui pikiran suram: bagaimana kalau nanti aku nggak bisa hamil nanti?” ujarnya dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.

Namun, melalui gaya hidup sehat agar terus bisa berbagi, Talia menemukan kekuatan untuk tetap bertahan dan berjuang.

“Saat darahku mengalir ke orang lain yang bahkan tak mengenalku, rasanya seperti memberi kehidupan. Saudara sedarah lah, meskipun tak saling tahu,” katanya dengan mata berbinar.

Pesan untuk Perempuan: Cintai Dirimu Sendiri

Talia percaya bahwa perempuan harus memiliki keberanian untuk mencintai diri mereka sendiri, terlepas dari standar sosial yang ada.

 “Nggak apa-apa terlalu pede, kita harus percaya diri di tengah dunia yang sering mengkerdilkan perempuan,” tegasnya.

Baginya, selflove bukan hanya soal menerima diri apa adanya, tetapi juga tentang bagaimana seseorang bisa melampaui batasan yang ada dan tetap merasa berharga. Ia menegaskan bahwa perempuan berhak mencintai diri mereka tanpa harus memenuhi ekspektasi sosial yang sering kali memberatkan.

“Hidup itu seperti daily mission. Sesederhana menyusun jadwal tidur yang lebih sehat, belajar hal baru, menjajal berbagai kafe di kotamu, beribadah tepat waktu, atau bahkan mencoba tembakau lokal, atau jalan-jalan sendiri. Apapun itu, selama membuatmu bahagia dan tidak mengganggu hak orang lain, lakukanlah,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Cahaya Perempuan Women Crisis Centre

Dampingi 23 Desa dan 9 Kecamatan, Upaya CP WCC Turunkan Angka KDRT di Bengkulu 

Memaknai Keterwakilan Perempuan 30%, Mendorong Putusan MA Berkeadilan Gender

Melukis dengan Hati

Leave a Comment