Home » News » Apa Itu Butterfly Era? Fase Manis Sebelum Cinta Jadi Serius

Apa Itu Butterfly Era? Fase Manis Sebelum Cinta Jadi Serius

Ais Fahira

News

Butterfly Era

Bincangperempuan.com- B-Pers pernahkah kamu merasa dadamu berdebar tanpa alasan yang jelas saat mendengar notifikasi masuk dari seseorang? Atau mendadak senyum-senyum sendiri saat mengingat obrolan random dengan dia yang tak sengaja hadir dalam hidupmu? Kalau iya, bisa jadi kamu sedang berada dalam Butterfly Era.

Istilah Butterfly Era bukan berasal dari kajian ilmiah yang formal, melainkan lahir dari bahasa populer yang berkembang di media sosial, terutama TikTok dan X. Istilah ini menangkap fase yang sangat manusiawi—masa awal ketika kita menyukai seseorang, namun belum tahu arahnya akan ke mana. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perut, campuran antara deg-degan, bahagia, dan gugup.

Asal Usul Istilah Butterfly Era

Kita mungkin sudah lama kenal dengan istilah butterflies in the stomach (kupu-kupu di dalam perut) dalam Bahasa Inggris sebagai metafora untuk rasa gugup atau jatuh cinta. Bermula dari istilah tersebut Butterfly Era lebih merujuk pada fase spesifik yaitu masa awal ketertarikan yang belum tentu berakhir dalam hubungan. 

Di Indonesia, istilah ini populer karena digunakan oleh para content creator yang mencoba menggambarkan perasaan awal saat jatuh cinta yang ringan, tak karuan, tapi tetap berkesan. Biasanya mereka menggunakan hashtag atau captionin my butterfly era” dan semacamnya untuk menunjukkan perasaan mereka.

Baca juga: Plat Jambi, Logo Tesla dan Roti: Mengapa Tubuh Perempuan Ditabukan?

Ciri-ciri Seseorang yang Berada di Butterfly Era

Ketika seseorang sedang mengalami Butterfly Era—fase ketika perasaan hangat dan deg-degan muncul karena kehadiran sosok yang menggugah hati—ada beberapa tanda yang bisa dikenali. Tanda-tanda ini sering kali muncul tanpa disadari, tapi cukup khas dan mudah dikenali jika diperhatikan lebih saksama:

  • Overthinking tapi senang
    Kamu sering mengulang-ulang memori  kecil yang sebenarnya biasa saja. Entah caranya menatapmu, cara dia tertawa, atau kata-kata singkat yang ia tulis. Hal-hal kecil jadi terasa sangat berarti.
  • Emosi naik-turun
    Kadang senyum-senyum sendiri, kadang merasa mellow. Tapi semua terasa ringan—ada gejolak, tapi tidak menyiksa.
  • Merasa lebih hidup
    Seolah dunia jadi lebih berwarna. Playlist jadi lebih menyentuh, dan hari-hari terasa lebih penuh harap.
  • Ada dorongan untuk tampil lebih baik
    Bukan karena ingin mengubah diri sepenuhnya, tapi karena kamu ingin jadi versi terbaikmu saat berinteraksi dengannya—entah secara langsung atau lewat pesan singkat.

Nah, salah satu reaksi tubuh yang paling khas dari Butterfly Era ini adalah sensasi geli di perut yang seolah-olah ada kupu-kupu beterbangan di dalamnya. Ini bukan cuma ungkapan puitis, tetapi ada penjelasan ilmiahnya juga!

Kenapa Perut Kita Berasa  Ada Kupu-Kupu?

Perasaan geli di perut yang sering disebut butterflies in the stomach ternyata bukan cuma muncul saat jatuh cinta. Sensasi ini juga bisa muncul saat kita grogi—misalnya menjelang wawancara kerja, atau sebelum tampil di depan umum. Tapi, kenapa tubuh kita bisa bereaksi seperti itu?

Dr. Trisha Pasricha, seorang ahli gastroenterologi menjelaskannya dalam The New York Times. Menurutnya otak dan perut kita saling terhubung melalui jalur saraf khusus bernama saraf vagus. Jalur ini seperti “jalan tol” yang memungkinkan otak dan perut saling bertukar sinyal dengan cepat.

Menariknya, bakteri yang ada di dalam usus kita juga berperan dalam mengirim sinyal ke otak, yang bisa memengaruhi suasana hati—bisa membuat kita merasa cemas, sedih, bahkan lebih semangat. Jadi, ternyata hubungan otak dan perut itu lebih kuat dari yang kita kira!

Baca juga: Sedikit Baju Tapi Tetap Stylish? Coba Capsule Wardrobe!

Kalau Jatuh Cinta, Kenapa Perut Ikut Berdebar?

Selain itu, perut yang terasa berdebar juga, perasaan oleh stres emosional. Misalnya, saat kamu berharap kencanmu berjalan lancar, atau kamu belum yakin apakah dia punya perasaan yang sama—situasi seperti itu bisa membuat otak melepaskan hormon stres, seperti kortisol dan adrenalin.

Hormon-hormon inilah yang membuat jantung berdebar, perut terasa kosong, dan usus jadi bekerja lebih cepat. Reaksi ini merupakan bentuk perlindungan alami tubuh, karena saat kita stres, usus bisa menjadi lebih “bocor” atau rentan, sehingga tubuh mencoba menjaga keseimbangan agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan.

Bagaimana Cara Menenangkan Kupu-Kupu di Perut?

Kalau sensasi ini sudah terasa mengganggu, Dr Trisha menyarankan teknik pernapasan sederhana seperti box breathing: tarik napas selama 4 detik, tahan 4 detik, hembuskan selama 4 detik, lalu tahan lagi 4 detik. Ulangi beberapa kali sambil membayangkan bentuk kotak. Teknik ini bisa membantu menenangkan sistem saraf.

Jika sensasinya terasa terlalu sering atau sampai mengganggu aktivitas, sebaiknya konsultasi dengan profesional, baik itu lewat terapi, teknik relaksasi, atau obat-obatan tertentu yang diresepkan oleh dokter.

Tapi secara umum, sensasi “kupu-kupu di perut” adalah hal yang wajar dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Apalagi saat sedang jatuh cinta, merasa tertantang, atau ingin tampil maksimal. Intinya, selama otak dan perut kamu tetap akur, kamu tidak perlu khawatir!

Siapa Saja yang Bisa Mengalaminya?

Setiap orang dari berbagai usia dan latar belakang, bisa merasakan apa yang disebut sebagai Butterfly Era. Tentu saja, reaksi dan konteks emosionalnya bisa berbeda-beda tergantung situasi masing-masing.

Selain itu, lama waktu Butterfly Era pun juga tak bisa dipastikan karena sangat tergantung pada interaksi, respons dari orang yang disukai, dan kesiapan emosional kita sendiri. Ada yang hanya berlangsung beberapa hari atau minggu, ada juga yang bertahan berbulan-bulan. Kadang perasaan ini mereda saat harapan tak sejalan dengan kenyataan, kadang berkembang jadi hubungan yang lebih dalam, atau bisa juga berhenti sebagai kenangan manis yang tak berlanjut.

Mengapa Kita Perlu Menyadarinya?

Butterfly Era mungkin terlihat sepele—sekadar fase manis dalam jatuh cinta. Tapi justru di momen seperti ini, kita bisa belajar banyak hal tentang diri sendiri:

  • Apa yang sebenarnya membuat kita tertarik pada seseorang?
  • Apa yang kita cari dari sebuah koneksi emosional?
  • Apakah kita benar-benar siap untuk mencintai, atau hanya ingin merasa hidup kembali?

Nah, B-pers, menyadari bahwa kita sedang ada di fase ini dapat membuat kita lebih jujur dengan perasaan sendiri. Kita bisa menikmati debar-debar kecil itu tanpa harus buru-buru memberi label atau menekan perasaan yang muncul. 

Jatuh cinta bukanlah kesalahan, dan perasaan hangat yang muncul di Butterfly Era tak harus langsung dijadikan hubungan serius. Tapi perasaan tersebut tetap valid, dan penting. Karena pada akhirnya, mengenali dan menerima perasaan sendiri sekecil apa pun—adalah langkah awal untuk mencintai diri kita sepenuhnya.

Jadi, kalau kamu lagi senyum-senyum sendiri karena satu chat atau tatapan singkat… selamat datang di Butterfly Era. Nikmati saja dulu, siapa tahu perasaan itu sedang mengajarkan sesuatu.

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Gray Marriage, Ketika “Percikan” Itu Hilang

Gray Marriage, Ketika “Percikan” Itu Hilang

Wujudkan Pemilu 2024 yang Inklusif dengan Keterlibatan Suara Politik Perempuan

Wujudkan Pemilu 2024 yang Inklusif dengan Keterlibatan Suara Politik Perempuan

Bagaimana Perempuan Indonesia Menjalani Masa Menopause?

Leave a Comment