Bincangperempuan.com– Siapa bilang bahasa Indonesia hanya milik buku pelajaran dan pidato resmi? Acil, konten kreator asal Sumatera Barat ini membuktikan bahwa Bahasa Indonesia bisa menjadi topik menarik di media sosial. Melalui akun Instagramnya, @acilll7, perempuan berusia 23 tahun ini konsisten menyuarakan pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama untuk generasi muda. Kini, ia menetap di Kota Padang dan terus mengembangkan kreativitasnya di dunia digital.
Perempuan kelahiran Dharmasraya ini berbagi keresahannya soal bahasa Indonesia yang mulai dinomorduakan oleh anak muda.
“Bahkan, bukan cuma anak muda, ya. Berbagai kalangan usia sering menganggap remeh bahasa Indonesia. Katanya terlalu kaku, sok formal, atau malah dibilang sok kota. Padahal, kadang lebih mending pakai bahasa daerah aja, tapi tetap ngerti kapan harus berbahasa Indonesia yang benar,” ujarnya saat dihubungi melalui WhatsApp pada 27 Desember 2024.
Perempuan dengan nama lengkap Mutiara Aqila Rahmi itu menambahkan bahwa latar belakangnya, sebagai lulusan Sastra Indonesia, membuatnya merasa punya tanggung jawab untuk berbagi ilmu yang ia dapat.
“Ilmu yang kupelajari ini sayang banget kalau cuma berhenti di aku. Bahasa Indonesia itu kan identitas kita sebagai bangsa, jadi harusnya kita bangga, bukan malah minder atau merasa aneh,” tambahnya.
Baca juga: Bukan Generasi Stroberi, Gen Z Sadar Pentingnya Kesehatan Mental Diri
Membuat Edukasi Jadi Asyik
Mengemas konten edukasi dengan cara yang ringan dan menarik adalah tantangan terbesar bagi Acil.
“Netizen itu kan ke media sosial buat cari hiburan, yang ringan-ringan. Jadi, aku harus pintar-pintar bikin video yang edukatif tapi tetap bisa dinikmati cuma dalam beberapa detik,” katanya.
Namun, siapa sangka, salah satu videonya yang pertama kali membahas keresahan pribadi justru viral dengan 6 juta views. Sejak saat itu, Acil rajin membaca komentar pengikutnya untuk mencari ide topik yang relevan.
“Banyak ide yang muncul dari keresahan teman-teman di kolom komentar. Misalnya, waktu kasus jubir kepresidenan kemarin, aku sempat geser topik lain karena ini lagi hangat,” tambahnya.
Inspirasi untuk gaya penyampaiannya datang dari berbagai sumber. Selain edukreator seperti Ivan Lanin dan Narabahasa, ia juga mengambil ide dari akun meme yang lucu.
“Akun meme itu kreatif banget! Dari situ aku belajar gimana cara menyampaikan topik serius dengan gaya santai,” ungkapnya.
Untuk menjaga akurasi kontennya, Acil memastikan semua informasinya berbasis data yang valid. “Aku bolak-balik buka KBBI, cek situs pemerintah, atau baca tulisan ilmiah. Kalau cuma satu sumber, aku nggak langsung percaya. Harus cari perbandingannya dulu,” jelasnya.
Tanggapan Netizen dan Komentar Negatif
Meski kontennya mendapatkan banyak apresiasi, respons audiens tidak selalu positif. “Responsnya 50:50 sih. Ada yang terima, ada yang enggak. Kalau yang negatif, aku biasanya diemin dulu beberapa hari biar emosiku enggak kebawa. Baru kalau sudah tenang, aku balas dengan kepala dingin,” katanya.
Namun, ada juga komentar yang sulit ia pahami. “Kadang ada yang komennya tuh aneh banget sampai aku sendiri bingung maksudnya apa,” ujarnya sambil tertawa. Meski begitu, Acil tetap percaya diri dengan misinya dan menjadikan kritik sebagai motivasi untuk terus berkembang.
Baca juga: Gen Z, Generasi Stroberi atau Pahlawan Serba Bisa?
Misi Besar untuk Bahasa Indonesia
Acil berharap bahwa konten yang ia buat dapat meningkatkan kesadaran semua generasi, bukan hanya Gen Z, tentang pentingnya penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Ia juga mengajak masyarakat untuk membiasakan penggunaan bahasa yang sesuai kaidah, meskipun di ranah media sosial.
“Kalau enggak dibiasain, kita malah bisa lupa. Mulai dari hal kecil, kayak ngetik sesuai EYD, itu enggak aneh kok!” pesan Acil.
Selain fokus pada edukasi bahasa, Acil juga ingin kontennya menjadi pengingat bahwa bahasa adalah bagian dari identitas.
“Belum lagi dengan keberagaman budaya di negara ini, Bahasa Indonesia jadi perekatnya. Kita komunikasi sama siapa pun termasuk di sosmed pasti perlu pakai bahasa Indonesia kan? Nggak mungkin nih dia ngomong bahasa Sunda, kamu balesnya bahasa Minang?” tambahnya sembari berkelakar.
Ia juga menekankan bahwa tidak ada larangan untuk menggunakan bahasa lain sesuai gaya masing-masing. Namun, ia mengingatkan pentingnya memahami penggunaan bahasa nasional dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.
“Tolong banget, jangan lagi menganggap orang yang membiasakan bahasa Indonesia itu aneh, apalagi sampai dikucilkan. Bahasa Indonesia adalah identitas kita. Kamu bisa menunjukkan siapa dirimu melalui bahasa yang kamu gunakan. Semakin tertata bahasa Indonesiamu, semakin terlihat juga kualitas dirimu,” tambahnya.
Menurut Acil, ada dua hal penting yang perlu dilakukan untuk menjaga eksistensi bahasa Indonesia. Pertama, menanamkan kesadaran bahwa bahasa Indonesia adalah bagian dari identitas bangsa. Kedua, terus belajar, karena meskipun bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, tetap diperlukan pemahaman yang mendalam tentang struktur, ejaan, dan perkembangannya.
“Jangan lupa sering-sering baca buku, ya, biar kosakatanya makin banyak. Percaya deh, banyak banget kosakata keren dalam bahasa Indonesia yang bisa kamu pakai di bio Instagram kamu,” ujarnya dengan semangat.
Lebih dari Sekadar Edukasi
Kisah Acil sebagai konten kreator bahasa Indonesia juga menyimpan pelajaran tentang ketekunan dan kepekaan. Ia tidak hanya menyampaikan edukasi, tetapi juga menunjukkan bahwa media sosial bisa menjadi ruang diskusi yang bermanfaat. Baginya, konsistensi adalah kunci utama untuk bertahan sebagai kreator konten.
“Aku enggak langsung punya banyak pengikut atau engagement tinggi. Semua butuh proses dan kesabaran. Kalau niat kita baik, hasilnya pasti baik juga,” ucap Acil.
Dengan dedikasi dan kreativitasnya, Acil membuktikan bahwa bahasa Indonesia bisa kembali dihidupkan di era digital. Melalui akun Instagramnya, ia mengajak generasi muda untuk mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia dengan bangga.
BPer’s yang penasaran bisa cek konten inspiratifnya di @acilll7 dan temukan inspirasi untuk lebih mencintai bahasa nasional kita!