Home » Tokoh » Alice Munro, Peraih Nobel Sastra dan Kontroversinya

Alice Munro, Peraih Nobel Sastra dan Kontroversinya

Bincang Perempuan

Tokoh

Alice Munro

Bincangperempuan.com- Alice Munro, penulis cerita pendek asal Kanada. Alice, lahir di Wingham, Ontario, pada 10 Juli 1931. Swedish Academy menjuluki Alice sebagai penulis cerita pendek kotemporer, dan menghadiahi ibu tiga anak ini nobel pada tahun 2013.  

Munro dikenal dengan gaya narasi yang khas, intens dan mampu menampilkan kompleksitas emosional karakter yang tulisnya.  Di setiap cerita, Munro berhasil menampilkan kedalaman psikologis dan narasi yang kuat, yang membuatnya menjadi salah satu penulis cerita pendek paling dihormati di dunia sastra.

Munro mulai menulis sejak remaja. Meskipun kerap mendapatkan penolakan dari beragam penerbit. Hingga karya pertamanya berupa kumpulan cerita pendek dirilis pada tahun 1968 dengan judul Dance of the Happy Shades. Tulisan perdana Munro ini berhasil mendapatkan Penghargaan Gubernur Jenderal, yang saat itu merupakan hadiah sastra tertinggi di Kanada.

Dua koleksi lainnya yang juga mendapatkan Penghargaan Gubernur Jenderal, yakni Who Do You Think You Are? (1978) dan The Progress of Love (1986).  Sepanjang hidupnya, Munro menulis lebih dari 20 karya. Beberapa karyanya yang fenomenal di antaranya, The View from Castle Rock (2007) menggabungkan sejarah, memoar keluarga, dan fiksi ke dalam narasi pertanyaan yang dipertanyakan dan jawaban yang tidak jelas. Dear Life (2012) tentang seks, cinta, dan kematian, kemudian Selected Stories (1996) dan Family Furnishings: Selected Stories, 1995–2014 (2014).

Kisah-kisah yang ditulisanya banyak menggambarkan lingkungan sosial dan budaya daerah lahirnya, Ontario barat daya. Dikutip dari Serafin, Steven R,  Munro kerap kali merangkul misteri, keintiman, motivasi, hasrat, dan kekejaman tokoh-tokohnya, terutama yang dialami oleh perempuan. Serta ketegangan kehidupan sehari-hari laki-laki dan perempuan, yang berakar pada lanskap yang belum dipetakan dan ambivalen dari apa yang kemudian dikenal sebagai “Munro country”.  

Baca juga: Bagaimana Perempuan Mengubah Industri Fast Fashion

Kehidupan pribadi Munro

Munro tumbuh dengan pengaruh besar ibunya, Anne Clarke Laidlaw yang bekerja sebagai seorang guru. Sementara ayahnya, Robert Eric Laidlaw merupakan peternak.  Sempat dua tahun mengenyam pendidikan di University of Western Ontario, hingga akhirnya Munro memuntuskan untuk keluar setelah belajar bahasa Inggris dan jurnalisme.

Di usia 20 tahun, Munro pindah dan menetap di Victoria setelah menikah dengan suami pertamanya James Munro. Pasangan pengantin baru ini membuka toko buku sembari membesarkan tiga orang putrinya.

Ketika pernikahannya kandas, di tahun 1972, Munro memutuskan kembali ke Ontario, tempt dimana dirinya dilahirkan. Munro kembali menikah dengan Gerald Fremlin pada tahun 1976.

Kehidupan Munro bersama suami keduanya ini cukup menarik perhatian publik. Putri Munro, dari pernikahan pertamanya, Andrea Robin Skinner sempat mengungkapkan menjadi korban pelecehan seksual Gerard Fremlin, sejak berumur 9 tahun hingga beranjak remaja.

Pelecehan tersebut diungkap Skinner dalam sebuah esai ketika berusia 20-an. Skinner sempat merasa “terasing” dari saudara-saudaranya dan Munro. Bahkan, Munro sempat meninggalkan Fremlin. Namun akhirnya kembali bersama, hingga Munro meninggal pada 13 Mei 2024.

Skinner memutuskan untuk melapor ke polisian Ontario dan memberikan surat-surat pengakuan Fremlin atas kekerasan yang dilakukannya terhadapnya. Di usia 80 tahun, Fremlin mengaku bersalah atas satu tuduhan kekerasan seksual dan menerima hukuman percobaan.  Tak banyak yang mengetahui kisah Skinner, hingga Fremlin meninggal dan Munro berjuang melawan demensia.

Baca juga: Edukasi Seks pada Anak, Ini yang Harus Diketahui 

Dalam catatannya, Skinner sempat menceritakan kekerasan seksual yang dia alami pada ayahnya. Namun ayahnya meminta untuk tidak menceritakan pada Munro ataupun suaminya.

Skandal pelecehan yang dialami Skinner, tak hanya berdampak pada kehidupan pribadinya namun juga pada bagaimana dunia pendidikan menyampaikan karya-karya Munro di di kelas. Seperti yang dirasakan Robert Lecker, profesor bahasa Inggris di McGill University di Montreal. Baginya Munro adalah “permata” dalam mahkota sastra negaranya dan sumber beberapa materi terkaya untuk diskusi kelas.

Namun sejak ia mengetahui bahwa Munro menolak meninggalkan suaminya setelah ia melakukan kekerasan seksual dan pelecehan terhadap putrinya, Lecker kini bertanya-tanya bagaimana cara mengajarkan pekerjaannya, atau apakah ia harus mencobanya. 

“Saya telah memutuskan untuk mengajar mata kuliah pascasarjana tentang Munro pada musim dingin tahun 2025,” kata Lecker. “Sekarang saya memiliki pertanyaan serius apakah saya merasa secara etis mampu menawarkan mata kuliah itu.”

Sumber: 

  • Serafin, Steven R.. “Alice Munro”. Encyclopedia Britannica
  • Hillel Italie, AP,dalam Educators wonder how to teach the writings of Alice Munro in wake of daughter’s revelations

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Sintia, Blusukan Untuk Tingkatkan Budaya Membaca

Rahmiana Rahman

Rahmiana Rahman: Menebar Jala hingga ke Pelosok Negeri 

Uli Artha Siagian : Perjuangan Adalah Cara Bersyukur Serta Menghidupkan Hidup

Leave a Comment