Home » News » Digital Footprint: Jadi Kenangan Manis atau Aib yang Tak Bisa Dihapus?

Digital Footprint: Jadi Kenangan Manis atau Aib yang Tak Bisa Dihapus?

Ais Fahira

News

Digital Footprint Jadi Kenangan Manis atau Aib yang Tak Bisa Dihapus

Bincangperempuan.com- B’Pers pernah dengar berita pejabat atau publik figur yang kembali viral, meskipun ditulis puluhan tahun lalu? Kasus semacam ini bisa jadi refleksi bahwa jejak digital atau digital footprint bisa menjadi bumerang di masa depan. Tapi di sisi lain, kalau jejak yang kita tinggalkan baik, bisa jadi warisan yang dikenang selamanya.

Di era digital, setiap komentar, unggahan, dan interaksi kita di internet terekam secara permanen. Mulai dari status di media sosial, riwayat pencarian, hingga data yang kita isi di suatu situs—semuanya bisa ditemukan kembali, bahkan bertahun-tahun kemudian. Maka, penting bagi kita untuk memahami bagaimana digital footprint bekerja dan bagaimana cara mengelolanya agar tidak menjadi senjata makan tuan.

Apa Itu Digital Footprint?

Melansir dari dictionary, digital footprint adalah kumpulan aktivitas, tindakan, dan komunikasi seseorang di dunia digital yang meninggalkan jejak data di internet atau perangkat digital lainnya. Jejak ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi individu atau perangkat tertentu.

Secara sederhana, digital footprint adalah rekam jejak kita saat beraktivitas di internet. Setiap kali kita meninggalkan komentar, mengunggah foto, atau bahkan sekadar mencari sesuatu di Google, jejak tersebut tersimpan dan bisa diakses kembali di kemudian hari. Beberapa jejak dapat kita kontrol, tetapi ada juga yang tercatat tanpa kita sadari.

Baca juga: Gen Z Generasi Digital Paling Sering Kena Scam? Kok Bisa?

Jenis Digital Footprint

Melansir dari TechTarget, digital footprint dibagi menjadi dua jenis utama:

  1. Active Digital Footprint (Jejak Digital Aktif)
    Ini adalah jejak yang kita tinggalkan secara sadar, seperti unggahan di media sosial, komentar di forum, atau artikel yang kita tulis.
    Contohnya:
    • Tweet lama yang tiba-tiba viral kembali dan menimbulkan kontroversi.
    • Postingan blog yang membangun reputasi profesional seseorang.
  2. Passive Digital Footprint (Jejak Digital Pasif)
    Ini adalah jejak yang terekam tanpa kita sadari, seperti riwayat pencarian, lokasi yang dilacak oleh aplikasi, atau data yang dikumpulkan oleh algoritma.
    Contohnya:
    • Iklan sepatu yang tiba-tiba muncul setelah kita mencari “sepatu putih terbaik” di Google.
    • History browsing yang diamati oleh perusahaan teknologi untuk menyusun algoritma rekomendasi konten.

Manfaat Digital Footprint

Meski sering dianggap menakutkan, digital footprint sebenarnya bisa menjadi aset berharga jika dikelola dengan baik. Berikut ini beberapa manfaatnya:

  • Personal Branding
    Digital footprint bisa mencerminkan siapa kita di dunia maya. Misalnya tulisan di blog atau opini di LinkedIn, dapat memperkuat citra profesional seseorang. Tidak hanya itu, unggahan atau konten di media sosial dapat mencerminkan personal branding kita di dunia maya.
  • Meningkatkan Kredibilitas
    Banyak tim rekrutmen atau HR yang mencari nama kandidat di Google sebelum mempekerjakan mereka. Jika hasil pencarian menampilkan prestasi atau tulisan berkualitas, hal tersebut bisa menjadi nilai tambah.
  • Membangun Jaringan
    Digital footprint yang positif dapat membantu kita terhubung dengan orang-orang yang memiliki minat serupa dan membuka peluang kolaborasi atau kerja.

Baca juga: Mengentaskan Kemiskinan Lewat Digitalisasi 

Cara Mengelola Digital Footprint dengan Bijak

Agar jejak digital kita tetap positif dan tidak menjadi bumerang di masa depan. Merangkum dari Net Reputation, berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Evaluasi Jejak Digital Saat Ini
    • Coba cari nama diri sendiri di Google dan lihat hasilnya. Jika ada sesuatu yang merugikan, atau mencurigakan segera hapus atau atur privasi.
    • Periksa media sosial, unggahan lama, dan komentar yang mungkin tidak lagi relevan dengan citra diri yang ingin kamu bangun.
  2. Kelola Privasi dengan Baik
    • Gunakan fitur “Only Me” atau “Friends Only” untuk unggahan yang bersifat pribadi.
    • Aktifkan autentikasi dua faktor (two-factor authentication) untuk keamanan akun.
    • Gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun.
  3. Berpikir Sebelum Mengunggah
    • Sebelum memposting sesuatu, tanyakan pada diri sendiri, apakah diri saya akan tetap nyaman dengan unggahan ini dalam lima tahun ke depan?
    • Bayangkan jika unggahan ini dilihat oleh tim rekrutmen kerja atau keluarga di masa depan.
  4. Gunakan Jejak Digital untuk Kebaikan
    • Aktif di forum diskusi yang membangun.
    • Membuat konten edukatif atau inspiratif.
    • Berkontribusi dalam komunitas yang relevan dengan bidang profesional atau minat pribadi.

Melindungi Digital Footprint dari Ancaman Keamanan

Di era serba digital, melindungi digital footprint dari penyalahgunaan juga sangat penting. Berikut beberapa langkah untuk menjaga keamanan:

  • Gunakan Kata Sandi yang Kuat dan Berbeda untuk Setiap Akun
    Hindari menggunakan nama, tanggal lahir, atau informasi pribadi lain dalam kata sandi.
  • Aktifkan Two-Factor Authentication (2FA)
    Fitur ini memberikan lapisan keamanan tambahan dengan meminta kode verifikasi selain kata sandi.
  • Rutin Memperbarui Perangkat Lunak dan Aplikasi
    Pembaruan perangkat lunak biasanya mencakup perbaikan keamanan untuk mencegah peretas mengeksploitasi celah keamanan.
  • Waspadai Informasi yang Dibagikan Secara Online
    Jangan sembarangan membagikan alamat, nomor telepon, atau informasi pribadi lainnya. Sekali data tersebar di internet, akan sulit untuk menghapusnya sepenuhnya.

Pada akhirnya, digital footprint adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, tetapi bisa dikelola. Jika dimanfaatkan dengan baik, digital footprint bisa menjadi aset berharga yang membangun citra positif kita di dunia maya. Sebaliknya, jika tidak dijaga, jejak digital bisa menjadi senjata makan tuan yang menghancurkan reputasi kita sendiri.

Jadi, bagaimana B’Pers? Pilih digital footprint sebagai kenangan manis atau aib yang tak bisa dihapus? 

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Kamu Tidak Egois, Hanya Karena Mengatakan Tidak!

Kamu Tidak Egois, Hanya Karena Mengatakan Tidak!

Sudah Terjadi 13 Kasus: Alarm Kekerasan Seksual di Sekolah

Desa ramah perempuan dan anak

Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak,Upaya Memutus Mata Rantai Kekerasan

Leave a Comment