Home » News » Diligent: Generasi Alpha Bengkulu Siap Beraksi

Diligent: Generasi Alpha Bengkulu Siap Beraksi

Demon Fajri

News

Diligent

Bincangperempuan.com- “Berpikirlah sebelum berkomunikasi dan bertindak, sehingga perkataan dan tindakanmu memiliki makna,” ujar Angela Romano, akademisi dari Universitas Teknologi Queensland (QUT), saat membuka workshop Diligent (Digital Literacy Agents) di SMAIT Iqro Kota Bengkulu, Selasa (10/12/2024). Pesan ini menjadi pengantar penting untuk generasi muda dalam menghadapi tantangan era digital.

Angela menjelaskan bahwa untuk menjadi agen literasi digital, seseorang harus memiliki lima karakteristik utama: reasoning, respect, rights, responsibility, dan resilience. Kelima hal ini menjadi fondasi dalam membangun budaya digital yang sehat dan berintegritas.

Lima karakteristik agen literasi digital meliputi Reasoning (Penalaran), yakni kemampuan berpikir kritis menjadi kunci. Agen literasi digital harus mampu mempertanyakan informasi, memeriksa fakta, dan memahami konteks sebelum menyebarkannya. Kemudian Respect (Rasa Hormat), berupa
menghormati diri sendiri dan orang lain. Tunjukkan perilaku yang membanggakan untuk ditampilkan di ruang publik, baik secara daring maupun luring.

Lalu Rights (Hak), dimana agen literasi digital harus memahami hak-hak dasar seperti kebebasan berbicara, akses informasi, serta perlindungan dari serangan atau fitnah. Selain itu, berdiri tegak membela hak diri sendiri dan orang lain ketika dilanggar. Kemudian Responsibility (Tanggung Jawab):
Ikut serta dalam kompetisi yang adil dan menciptakan lingkungan yang positif, di mana setiap orang merasa percaya diri untuk berpartisipasi dan berkomunikasi.

Serta Resilience (Ketangguhan), orang yang tangguh mampu bereaksi dengan tenang terhadap informasi provokatif. Mereka juga dapat mengolah kritik secara konstruktif untuk membangun diri lebih baik.

“Mengakui kesalahan bukanlah kelemahan. Justru, ini menunjukkan komitmen untuk belajar dan memperbaiki diri,” kata Angela

Baca juga: Batasi GGL, Kampanye Digital Bincang Perempuan dan Nutrifood 

Memerangi Hoaks dengan Integritas

Salah satu tantangan terbesar di era digital adalah penyebaran hoaks. Angela mengajak peserta workshop untuk menjadi agen informasi yang berintegritas. “Bagaimana cara mendapatkan informasi berkualitas? Bagaimana menghindari hoaks? Semua itu dimulai dari kemampuan berpikir kritis dan literasi digital,” jelasnya.

Program Diligent Digital Literacy Agent merupakan bagian dari award project hasil kerja sama antara Australia Awards Indonesia (AAI) dan tiga lembaga penerima program: bincangperempuan.com, ICT Watch – Indonesia, dan SAFEnet. Program ini bertujuan membekali generasi muda dengan keterampilan literasi digital untuk melawan hoaks dan menyebarkan informasi yang kredibel.

Langkah Debunking Hoaks

Menurut Betty Herlina, jurnalis independen dan pendiri Bincang Perempuan, debunking adalah proses membongkar dan membuktikan ketidakbenaran suatu klaim. Ada lima langkah yang bis a diterapkan yakni (1), Identifikasi Klaim: Pilah informasi yang diragukan kebenarannya, (2) Riset Fakta:
Kumpulkan data dan sumber terpercaya untuk memverifikasi informasi, (3) Konsultasi Ahli:
Tanyakan pendapat ahli terkait topik yang sedang diselidiki. Kemudian (4) Verifikasi Sumber:
Periksa kredibilitas sumber informasi, dan (5) Publikasi Hasil: Bagikan hasil debunking dengan bukti yang jelas kepada publik.

Debunking membantu mengurangi misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Ini juga mendorong kemampuan berpikir kritis masyarakat dalam mengevaluasi informasi,” ujar Betty, penerima AAI Short Course Award.

Betty menambahkan, generasi Alpha harus aktif memverifikasi informasi dengan teknik-teknik yang tepat. “Selain itu, edukasi orang lain tentang pentingnya debunking agar ekosistem digital menjadi lebih sehat,” imbuhnya.

Baca juga: Bincang Perempuan Terpilih Jadi Finalis AMSI Awards 2024

Pilar Literasi Digital

Alvidha Septianingrum, Content Manager di ICT Watch, memaparkan bahwa literasi digital memiliki empat pilar utama yang disebut CABE. Yakni (1) Cakap Digital: Kemampuan memahami dan menggunakan perangkat digital, seperti mesin pencarian, aplikasi media sosial, hingga dompet digital, (2) Aman Digital: Mengamankan data pribadi dan melindungi informasi sensitif dari ancaman siber. Serta (3) Budaya Digital: Membiasakan diri dengan nilai-nilai kebangsaan seperti Pancasila, mencintai produk lokal, dan memahami hak digital, dan (4) Etika Digital: Berintegritas dalam aktivitas daring, menghindari plagiasi, serta bertanggung jawab atas tindakan di ruang digital.

Untuk melawan hoaks, Alvidha menyarankan metode DACK: Dengarkan, Apresiasi, Cek, dan Klarifikasi. “Ingat, saring sebelum sharing, sabar sebelum sebar,” tegasnya.

Berpikir Kritis di Era Digital

Sementara Unggul Sagena dari SAFEnet menekankan pentingnya berpikir kritis. “Pengguna internet harus mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menginterpretasi informasi secara objektif. Jangan mudah percaya tanpa memeriksa fakta,” jelasnya.

Ia mengajak generasi muda untuk selalu membaca berita dengan hati-hati, mengajukan pertanyaan, dan mencari solusi terbaik berdasarkan bukti yang ada. “Keingintahuan yang sehat adalah kunci,” tambahnya.

Tantangan dan Peluang di Era Digital

Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet di Indonesia pada 2024 mencapai 79,5 persen, dengan 221 juta penduduk terkoneksi internet. Namun, laporan Microsoft bertajuk Digital Civility Index (DCI) menunjukkan bahwa netizen Indonesia dianggap paling tidak sopan di Asia Tenggara.

“Literasi digital adalah kunci untuk meningkatkan kesadaran dan membangun ekosistem digital yang lebih baik. Dengan literasi digital, kita bisa mengakses, mengelola, dan menciptakan informasi secara aman dan tepat,” tutup Alvidha.

Generasi Alpha memiliki peran besar dalam membentuk masa depan digital Indonesia. Dengan berpikir kritis, menjaga integritas informasi, dan menerapkan pilar literasi digital, mereka dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Bincang Perempuan Terpilih Jadi Finalis AMSI Awards 2024

Komitmen Jepang Meningkatkan Kepemimpinan Perempuan dan Kesetaraan Gender

Mengapa Kita Tidak Belajar dari Ibu Suminah

Leave a Comment