Home » Tokoh » Fatmayana, Perempuan Pelopor Pendidikan di Bengkulu Utara

Fatmayana, Perempuan Pelopor Pendidikan di Bengkulu Utara

Diajeng Asa Yoya

Tokoh

Bincangperempuan.com – Fatmayana, perempuan di balik berdirinya Sekolah Dasar (SD) di dusun terpencil Talang Tirta, Bengkulu Utara. Meskipun perjalanannya tidak mudah, namun digerakkan oleh mimpi dan kepedulian yang tinggi hingga akhirnya berhasil membuka akses pendidikan sekolah dasar bagi puluhan anak di desanya.

Menjadi guru tadinya adalah mimpi yang sudah lama dipendam oleh Fatmayana karena berbagai alasan. Hingga pada awal tahun 2006, saat ikut suaminya pindah dari Kota Jambi  ke daerah di pelosok Bengkulu, ia mendapat kesempatan untuk mengajar di sebuah tempat yang ia sebut sebagai “tempat ajaib”.

Dusun III Talang Tirta, Desa Air Sebayur, Kecamatan Pinang Raya, Bengkulu Utara, 18 tahun silam ialah suatu tempat yang benar-benar terpencil. Dusun ini belum punya jalur listrik dan jauh dari hiruk pikuk kegiatan manusia kecuali berkebun. Mirisnya, banyak anak usia sekolah yang justru ikut pergi ke kebun padahal seharusnya mereka belajar dan mendapatkan pendidikan yang layak.

“Kasihan melihatnya, apalagi waktu itu (tahun 2006) saya punya anak kecil. Saya juga jadi berpikir bagaimana caranya agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak di daerah ini,” ucap Fatma saat ditemui di SDN 208 Bengkulu Utara pada jam istirahat.

Baca juga: Perempuan, Ayo Gunakan Hak Suaramu Hari Ini

Membangun Sekolah Dasar di Dusun Talang Tirta adalah ide yang tadinya sukar direalisasikan karena lokasinya terletak di daerah terpencil dan tidak ada tenaga pengajar yang tersedia, hingga akhirnya tercetus ide dari masyarakat untuk membuat kelas jauh yang menginduk pada sekolah dasar terdekat di desa tetangga, yang pada tahun 2006 masih bernama SDN 26 Ketahun.

Walau prosesnya cukup sulit, tapi berkat kesadaran masyarakat tentang pendidikan untuk anak-anak mereka dan gigihnya perjuangan yang ada maka terbangunlah kelas jauh tersebut pada Juli tahun 2006 di lapangan yang biasanya dipakai untuk main bola oleh anak-anak tepat di tengah Dusun Talang Tirta.

Kelas jauh adalah kelas yang dibuka di luar sekolah induk yang diperuntukan untuk memberikan solusi atas kendala akses pendidikan bagi anak-anak yang ingin bersekolah, salah satunya kendala jarak sekolah dan rumah yang berjauhan. Di Dusun Talang Tirta ini, jarak antara sekolah induk dan kelas jauh sekitar 15 kilometer dengan kondisi jalan yang tidak layak dilalui pada masa itu, ini juga menjadi penyebab ketidaksiapan sekolah dasar induk untuk mengirimkan tenaga pendidik ke kelas jauh. Oleh karena itu, Fatmayana kemudian ditunjuk oleh warga Dusun Talang Tirta sebagai orang yang dirasa mampu untuk mengajari anak-anak di sekolah pada saat itu.

“Dulu, siswa-siswa pertamanya rata-rata sudah berusia 10 sampai 13 tahun. Tapi saya senang melihatnya, anak-anak tetap semangat belajar walau hanya saya satu-satunya guru yang bisa mengajari mereka dengan segala keterbatasan yang ada,” ungkap perempuan kelahiran Jambi itu sambil mengenang masa-masa saat sekolah pertama kali dibuka.

Fatmayana juga mengatakan bahwa saat pertama kali kelas jauh ini didirikan, dinding, kursi dan mejanya terbuat dari bambu serta atapnya dari rerumputan kering yang dianyam. Tidak layak, namun cukup. Untuk menopang kebutuhan operasional, sekolah mengenakan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) pada orang tua siswa selama 17 tahun terakhir dibayarkan sebesar Rp.10.000 per bulan.

Perempuan kelahiran 19 September 1979 itu tadinya sama sekali tidak punya latar belakang pendidikan yang cukup untuk menjadi guru, kemudian akhirnya memilih kembali mengenyam bangku pendidikan di Universitas Terbuka untuk mengejar gelar Sarjana Pendidikan yang dahulu diimpikannya. 

Bertahun-tahun berjalan, sekolah yang dahulu disebut SDN 26 Ketahun Kelas Jauh Talang Tirta itu beberapa kali mengalami perbaikan. Berkat gotong royong warga sekitar dan bantuan yang datang dari pihak-pihak luar serta kemampuan Fatma dalam melobi orang-orang, maka banyak bantuan yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan proses belajar mengajar di kelas jauh.

Perjalanan yang dilalui oleh Fatma selama 18 tahun terakhir masa mengajarnya tidaklah mudah. Asam, pahit, manis sudah ia lewati dengan penuh tekad demi anak didiknya dan mewujudkan mimpi yang sebelumnya sempat terpendam.

“Prosesnya panjang sekali untuk bisa menggapai mimpi saya menjadi guru yang diakui dan punya gaji yang cukup. Saya kuliah hampir 10 tahun karena kuliahnya sambil mengajar dan hanya dilaksanakan pada hari minggu, kemudian tahun 2021 bisa mempunyai gaji layak berkat terdaftar dalam program PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Terakhir bulan Januari lalu, akhirnya mendapat sertifikasi guru setelah ikut Program dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,” tutur perempuan berusia 45 tahun itu, menceritakan proses yang dilaluinya hingga saat ini.

Baca juga: Zapuri, Selamatkan Perempuan dari Jerat Rentenir Lewat Kopwan Rinjani

Seiring berjalannya waktu, jumlah guru di sekolah yang saat ini bernama SDN 208 Bengkulu Utara Kelas Jauh Talang Tirta bertambah, dengan total 3 guru kelas yang masing-masing mengajar 2 kelas dan 1 guru olahraga yang mengajar ditiap kelas. Bangunan sekolahnya pun punya kelas-kelas terpisah dan jauh lebih layak dibanding tahun pertamanya. Akan tetapi, kini justru jumlah muridnya yang kian berkurang. Saat ini Fatmayana hanya mengajar di kelas 5 dengan siswa yang hanya berjumlah 4 orang dan kelas 6 dengan jumlah 3 orang serta total keseluruhan siswa dari kelas 1 sampai 6 hanya berjumlah 22 orang.

“Walaupun siswanya kini makin sedikit, selama sisa masa mengajar saya yang tinggal 8 tahun lagi, saya akan tetap berusaha memberikan mereka pendidikan terbaik berdasarkan kurikulum yang ada. Saya berharap dengan apa yang sudah saya beri dan saya usahakan selama ini bisa bermanfaat bagi masa depan anak-anak didik saya,” tutupnya di akhir wawancara.

Dari pengalamannya ini, Fatmayana berpesan bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengejar mimpi. Mimpi menjadi guru yang tadinya ia kira tidak akan terwujud, siapa sangka justru datang dari tempat ajaib yang tak terduga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Jennie Carignan, Pemimpin Militer Perempuan Pertama di Kanada

Jennie Carignan, Pemimpin Militer Perempuan Pertama di Kanada

Wahyu Widiastuti, Pentingnya Penguatan Pendidikan Politik Perspektif Gender

Sintia, Blusukan Untuk Tingkatkan Budaya Membaca

Leave a Comment