Home » News » Female Breadwinners, Ketika  Perempuan Jadi Pencari Nafkah Utama 

Female Breadwinners, Ketika  Perempuan Jadi Pencari Nafkah Utama 

Ais Fahira

Data, News

Female Breadwinners, Ketika  Perempuan Jadi Pencari Nafkah Utama

Bincangperempuan.com- “Sudah menjadi kewajiban suami untuk mencari nafkah, sedangkan istri kewajibannya menjalankan pekerjaan rumah.” 

Ungkapan seperti ini masih sering terdengar di masyarakat Indonesia. Pernyataan tersebut lahir dari konstruksi norma gender tradisional yang telah mengakar kuat dalam kehidupan sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, realitas mulai bergeser. Tidak sedikit perempuan yang kini berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.

Fenomena ini dikenal dengan istilah female breadwinners, yaitu perempuan yang bekerja dan memiliki pendapatan paling besar di rumah tangga, atau bahkan menjadi satu-satunya sumber penghasilan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2024, sebanyak 14,37% pekerja perempuan di Indonesia masuk dalam kategori ini. Angka tersebut menunjukkan bahwa sekitar satu dari tujuh pekerja perempuan adalah tulang punggung ekonomi keluarga mereka.

Rentan Tanpa Perlindungan

Sayangnya, meskipun peran mereka sangat vital, mayoritas female breadwinners masih menghadapi kondisi kerja yang rentan dan minim perlindungan. Laporan BPS mencatat bahwa hanya sejumlah 26,58% dari mereka yang memiliki jaminan kesehatan. Jaminan kecelakaan kerja bahkan lebih rendah, hanya 23,06%, dan jaminan kematian hanya menyentuh angka 17,51%.

Minimnya perlindungan tersebut tidak lepas dari jenis pekerjaan yang mereka geluti. Sebagian besar female breadwinners bekerja di sektor informal, yakni 60,79% dengan menjalankan usaha perorangan dan sebanyak 4,79% bekerja di usaha rumah tangga. Jenis pekerjaan ini umumnya tidak memiliki kontrak resmi dan belum terlindungi dalam sistem ketenagakerjaan nasional. Tak heran, 86,67% tidak memiliki kontrak kerja, dan 97,14% tidak tergabung dalam serikat pekerja.

Ini membuat perempuan rentan mengalami pelanggaran hak dalam dunia kerja. Misalnya, perempuan pengemudi ojek online yang berstatus sebagai mitra, bukan pekerja tetap. Karena status tersebut, mereka kesulitan mengakses hak cuti melahirkan. Akun mereka dapat ditangguhkan jika tidak aktif dalam jangka waktu tertentu, membuat perempuan enggan mengambil cuti meski sangat membutuhkannya. 

Baca juga: Series Bidaah: Potret Gelap Relasi Kuasa dalam Bingkai Iman

Beban Ganda yang Tak Terhindarkan

Selain kerentanan dalam dunia kerja, female breadwinners juga harus menghadapi beban ganda—mengurus pekerjaan sekaligus tanggung jawab domestik. Menurut data BPS, sebanyak 47,53% female breadwinners bekerja dengan status pekerjaan berusaha. Berusaha yang dimaksud berusaha di sini yaitu membuka usaha baik sendiri mau pun dibantu pekerja keluarga. Pilihan ini memang memberikan fleksibilitas bagi perempuan agar dapat mengatur waktu antara pekerjaan dan peran domestik. Pada akhirnya kebanyakan female breadwinners tidak bisa terlepas dari beban ganda.

Sementara itu, 44,9% lainnya bekerja sebagai karyawan atau buruh, yang seharusnya memerlukan dukungan struktural seperti ruang laktasi, fasilitas penitipan anak, dan kebijakan cuti melahirkan yang layak. Namun, belum semua tempat kerja di Indonesia menyediakan fasilitas ramah perempuan dan anak. 

Bagi perempuan yang tak bisa meninggalkan anak mereka perlu ruang ramah anak dalam dunia kerja. Fasilitas ini bisa berupa ruang bermain, daycare, atau tempat penyusuan, dan tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang ramah keluarga dan mendukung kesejahteraan karyawan yang juga orang tua. Kebutuhan ini sangat krusial dalam meringankan beban ganda perempuan.

Akses Jenjang Karir

Banyak female breadwinners yang memilih bekerja dekat rumah. BPS mencatat sebanyak 75,68% dari mereka bekerja di bangunan milik sendiri atau lokasi yang memiliki akses fleksibel ke rumah. Hal ini dilakukan demi efisiensi waktu dan tenaga dalam menjalankan tanggung jawab domestik.

Namun, secara tidak langsung, keputusan ini membatasi peluang pengembangan karier. Studi dari Naila Kabeer (2012) juga menunjukkan bahwa perempuan di negara berkembang cenderung memilih pekerjaan yang dekat dengan rumah demi mengurangi biaya dan memastikan tetap bisa menjalankan peran domestik. Sayangnya, kondisi ini memperkuat kesenjangan gender dalam dunia kerja, terutama dalam akses ke posisi strategis dan promosi jabatan.

Baca juga: Dibungkam dengan Teror: Ancaman Berlapis Jurnalis Perempuan

Tak Hanya Single Parent

Menjadi female breadwinners tidak selalu berarti menjadi orang tua tunggal. Banyak perempuan tetap menjadi pencari nafkah utama meski memiliki pasangan. Malahan lebih dari separuh female breadwinners di Indonesia berstatus menikah. Ini menjadi pengingat penting, bahwa peran laki-laki sebagai pasangan harus lebih dari sekadar simbolik.

Dukungan nyata dari pasangan laki-laki—baik dalam pengambilan keputusan, pembagian tugas rumah tangga, maupun pengasuhan anak—sangat menentukan keberhasilan dan kesehatan mental female breadwinners

Lebih dari Sekadar Pergeseran Peran

Fenomena female breadwinners bukan sekadar soal perempuan menggantikan peran laki-laki dalam mencari nafkah. Ini adalah cerminan dinamika baru dalam dunia kerja, relasi keluarga, dan struktur sosial yang sedang berubah yang menuntut kita untuk meninjau kembali sistem ketenagakerjaan yang masih bias gender.

Perempuan sebagai pencari nafkah utama membutuhkan dukungan nyata melalui regulasi dan perlindungan sosial, dan dari tempat kerja melalui kebijakan yang ramah keluarga serta lingkungan sekitar yang memberi ruang untuk kesetaraan. Karena ketika perempuan diberi ruang dan hak yang setara, bukan hanya keluarganya yang lebih sejahtera, tapi masyarakat pun akan ikut tumbuh dan menguat.

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Alpha Girls

Problematika Alpha Girls, Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Pendekatan gender menjadi solusi mengatasi krisis iklim

Bagaimana Pendekatan Kesetaraan Gender Menjadi Solusi Terbaik Mengatasi Krisis Iklim

Perempuan Sungai Lemau Berjuang Melawan Krisis Iklim

Leave a Comment