Home » News » Gray Marriage, Ketika “Percikan” Itu Hilang

Gray Marriage, Ketika “Percikan” Itu Hilang

Retno Wahyuningtyas

News

Gray Marriage, Ketika “Percikan” Itu Hilang

Bincangperempuan.com- Mengapa pasangan yang lebih tua setelah menghabiskan hampir separuh hidup mereka bersama, tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka? Fenomena ini, yang dijuluki “perceraian abu-abu” atau grey marriage atau gray divorce. 

Belakangan grey marriage menarik perhatian masyarakat. Apalagi sejak sejumlah public figur mengalami gray divorce. Bill Gates dan Melinda French, pasangan ini memutuskan untuk bercerai setelah 27 tahun pernikahan. Lalu, Hugh Jackman dan Debora-Lee Jackman, memutuskan untuk bercerai setelah 25 tahun bersama. Tak ketinggalan pengusaha Amazon Jeff Bezos dan istrinya MacKenzie Scott juga mengalami perceraian di usia lanjut. Sementara di Indonesia, gray divorce dialami pasangan Lydia Kandou dan Jamal Mirdad. Kemudian, Dewi Yull dan Ray Sahetapy.

Budaya patriarki yang terpatri dalam masyarakat akan “memaksa” seseorang sesuai dengan standar sosial yang ditetapkan. Hal ini akan memberatkan para pasangan, terlepas dari berapapun usia mereka. Bahkan perceraian di usia senja adalah fenomena yang “lucu” atau bahkan dinilai sebagai hal yang terlalu kekanak-kanakan, menjijikkan, aneh, dan menyakitkan anak atau para keluarga.

Meski faktanya, penyebab munculnya fenomena ini, tidak dinilai sebagai sesuatu yang bermakna dan mendalam. Karena berkaitan dengan rasa aman dan nyaman secara personal. Kehidupan pernikahan terutama di Indonesia, seringkali dianggap sebagai “hilangnya kebebasan personal” karena pernikahan harus tetap utuh bersama, demi keselamatan keluarga dan mempertimbangkan masa depan anak. Maka, banyak pasangan yang tetap bertahan dengan alasan tersebut, dan bercerai di usia senja.

Baca juga: Apa Itu Hoe Phase? Merayakan atau Melabeli  Kebebasan Perempuan?

Penyebab Gray Divorce

Perceraian di usia senja sering diartikan sebagai perceraian yang terjadi setelah usia 50 tahun setelah menjalani pernikahan jangka panjang. Orang-orang ini sering kali telah menikah selama bertahun-tahun atau puluhan tahun tetapi akhirnya memutuskan untuk berpisah di tahun-tahun terakhir kehidupan mereka.

Pada umumnya, alasan pasangan grey marriage karena pasangan sudah tidak merasakan percikan cinta seperti dulu, namun juga belum memutuskan untuk berpisah. Hubungan terasa monoton, hambar, dan kehilangan gairah.

Ada beberapa faktor yang membuat pasangan sangat mungkin bercerai di usia yang sudah lanjut, antara lain:

  • Rumah sudah kosong (Empty Nest): Setelah anak-anak dewasa dan tidak lagi tinggal serumah dengan orangtua, banyak pasangan merasa bahwa pernikahan mereka tidak lagi begitu kuat. Tidak heran jika pernikahan perlahan menjadi hambar dan akhirnya harus berpisah.
  • Perceraian yang tertunda: Terkadang, pasangan menunda perceraian demi anak-anak mereka. Kehadiran anak-anak menjadi alasan untuk bertahan dalam pernikahan. Ini adalah situasi yang sering terjadi, termasuk di Indonesia. Akhirnya, pasangan menunggu sampai semua anak mereka dewasa, lalu baru kemudian bercerai karena dianggap sebagai opsi terbaik.
  • Kehidupan karier menurun: Saat memasuki usia lanjut, banyak pasangan mengharapkan masa pensiun yang menyenangkan. Namun, beberapa dari mereka malah merasa ketidakpuasan karena berhenti dari rutinitas kerja mereka. Hal ini bisa menyebabkan ketidakcocokan dalam pernikahan.
  • Kebutuhan finansial: Masalah finansial bisa menjadi penyebab gray divorce. Terutama jika hanya ada satu sumber pendapatan dalam rumah tangga, pasangan mungkin akan bertahan dalam pernikahan meskipun mereka tidak bahagia. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk menghidupi diri sendiri jika tergantung pada pasangan selama hampir seluruh masa pernikahan.
  • Ketidakpuasan dalam rumah tangga: Gray divorce dapat terjadi karena ketidakpuasan dalam rumah tangga, terkadang akibat kehadiran orang ketiga yang merusak hubungan.
  • Perubahan budaya: Perubahan budaya terkait peran dan gender juga dapat berkontribusi pada gray divorce. Dalam beberapa generasi sebelumnya, pandangan umum tentang pernikahan yang baik adalah ketika suami dan istri hanya melakukan peran mereka dengan baik. Namun, pandangan ini telah berkembang seiring waktu, dan pernikahan sekarang lebih kompleks dengan banyak tuntutan yang diletakkan pada suami dan istri.

Baca juga: Pahitnya Realita Buruh Perempuan di Balik Gemerlap Industri Sawit

Dampak Gray Divorce

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IFStudies.org, dampak gray divorce sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan, serta memengaruhi anak-anak. Berikut dampak yang perlu diperhatikan, yakni:

  • Dampak bagi perempuan dan anak: Bagi perempuan yang mengalami gray divorce, mereka lebih mungkin mendekatkan diri dengan anak-anak, tetapi mungkin tidak memberikan dukungan finansial yang sama seperti laki-laki. Perceraian bisa menciptakan ketegangan antara anak-anak dan orangtua. Anak-anak bisa saja mengalami kesulitan menerima situasi ini, bahkan sampai membuatnya merasa trauma.
  • Dampak bagi laki-laki: Setelah mengalami gray divorce, laki-laki cenderung tidak begitu dekat dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa. Laki-laki mungkin kurang pandai mengekspresikan kedekatan secara verbal, tetapi masih bisa berhubungan dengan anak-anak melalui cara lain. Beberapa laki-laki sebagai seorang papa akan membantu anak-anaknya secara finansial.

Yang terpenting, pastikan B’Pers menjaga diri sendiri selama pernikahan, terlepas dari apakah sedang mempertimbangkan perceraian atau bahagia dengan hubungan. Temukanlah cara terbaik yang membuat B’Pers tetap aman dan nyaman seperti terlibat dalam terapi, baik maupun sebagai satu kesatuan, menjaga komunitas, terhubung dengan orang-orang terkasih yang kuat, dan memperhatikan kepentingan pribadi.

Sehingga hal-hal ini dapat mendukung B’Pers untuk tetap sehat secara emosional, apa pun rintangan yang menghadang. Apapun pilihan B’Pers di usia berapapun pastikan memilih dan membuat keputusan secara sadar, bermakna, dan tepat bagi dirimu sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Orgasme Perempuan: Apa yang Diketahui Para Ahli?

Menikmati “Kesendirian” Tanpa Perlu Merasa Sepi 

Fakta Soal Bra yang Harus Kamu Tahu

Leave a Comment