Home » News » Inovasi Sabun Batang Ramah Lingkungan dengan Eco Enzyme

Inovasi Sabun Batang Ramah Lingkungan dengan Eco Enzyme

Diajeng Asa Yoya

News

Bincangperempuan.com-   Komunitas Omah Teduh terus melakukan inovasi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kali ini  dengan memperkenalkan produk terbaru mereka, yakni sabun batang ramah lingkungan yang terbuat dari eco enzyme. 

Proses pembuatan sabun ini tidak hanya memanfaatkan limbah organik menjadi produk bermanfaat, tetapi menjadi bentuk upaya kelompok perempuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. 

Hal ini juga menjadi bagian dari upaya berkelanjutan komunitas dalam mendukung keberlanjutan ekosistem dan meningkatkan kesadaran masyarakat, pentingnya mengolah limbah dengan bijak. Serta meningkatkan kesadaran atas kerusakan lingkungan yang marak terjadi. 

Seperti yang disampaikan Founder Omah Teduh, Tri Wahyuningsih. 

“Mulai menerapkan sustainable living, yang selalu saya tekankan, kita melakukan kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab kita terhadap bumi, buminya Allah,” kata Tri, saat disambangin Bincang Perempuan, Sabtu (13/06/2024) di sela-sela pelatihan membuat sabun batang dari eco enzyme. 

Pelatihan membuat sabun batangan yang digelar Omah Teduh kali ini diikuti oleh perempuan-perempuan dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, guru SD, dosen, hingga ibu rumah tangga. 

Baca juga: Roisa, Penggerak Perempuan Desa untuk Pemulihan Ekosistem TNKS

Eco enzyme yang digunakan merupakan hasil fermentasi limbah organik dapur menjadi bahan yang mempunyai banyak manfaat untuk alam dan manusia. Yakni, Konversi sampah organik sayur dari limbah buah dan sayur menjadi bahan multiguna dapat membantu permasalahan sampah di sekitar.

Diketahui, eco enzyme mengandung larutan probiotik yang membantu kesehatan.

Selain eco enzyme, bahan pendukung lain yang digunakan dalam pembuatan sabun batang relatif mudah ditemukan, yakni minyak kelapa, minyak zaitun, dan NaOH.

Selama proses pelatihan, Tri menekankan untuk berhati-hati saat menggunakan NaOH karena bahan kimia tersebut berbahaya jika langsung terkena kulit.

Ia juga berpesan untuk memisahkan alat pembuatan sabun dengan alat makan untuk menghindari risiko berbahaya.

Sabun batang yang telah selesai dibuat nantinya harus didiamkan selama 4-5 minggu sebelum digunakan agar kandungan NaOH di dalamnya dapat menguap secara sempurna agar sabun aman digunakan.

“Saya sarankan jika untuk membuat sabun untuk badan dan wajah, sebaiknya eco enzyme dibuat dari limbah buah-buahan. bisa juga dicampur serai atau pandan untuk menciptakan aroma khusus,” jelas Tri.

“Tapi jangan kulit nanas, nanti menimbulkan sensasi seperti tercucuk jarum halus, cekit-cekit di kulit,” tambahnya lagi.

Tri menambahkan, penggunaan sabun dari eco enzyme dan bahan alami lainnya dapat mengurangi risiko iritasi dan reaksi alergi. Kandungan nutrisi dalam bahan alami dapat membantu meningkatkan kecantikan secara alami. Serta lebih ramah lingkungan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Selama mengikuti dosis yang sesuai, penggunaan eco enzyme relatif aman bagi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

“Pembuatan sabunnya cukup mudah, tapi memang pembuatan ecoenzyme-nya cukup lama hingga tiga bulan yang membuat agak sulit. Alhamdulillah ilmunya di komunitas ini nanti bisa dipraktikan,” ucap Eka salah satu anggota komunitas yang mengikuti pelatihan pembuatan sabun batang tersebut.

Ibu-ibu lainnya juga sangat antusias dan aktif bertanya saat pelatihan berlangsung. Sehingga banyak diskusi seru yang terjadi selama acara.

Kegiatan yang berlangsung selama 2 jam ini tidak hanya sekedar berisi pembuatan sabun batang eco enzyme, namun juga menghadirkan Ustadzah Munawwaroh yang meberikan dakwah tentang niat dalam menuntut ilmu.

Baca juga: Misha Atika, Pelestari Padi Kuning dan Tradisi Perempuan Memanen Secara Bergotong-royong

Tak hanya mendapat pengetahuan cara mengolah eco enzyme menjadi sabun batang, peserta yang memang mayoritas beragama islam juga mendapat ilmu yang bermanfaat dari Ustadzah yang hadir.

“Lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukan Omah Teduh, saya berharap ibu-ibu mulai banyak yang sadar untuk mulai memilah sampah dari rumah,” tutup Tri.

Omah Teduh, merupakan komunitas pilah sampah sekaligus rumah edukasi yang berada di Kota Bengkulu. Komunitas ini rutin menggelar pelatihan untuk ibu-ibu rumah tangga sebagai upaya penyadaran hidup ramah lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

AMSI Dukung Kampanye ‘Pilih Kebenaran’ Peringati World News Day 2024

Kecam Aksi Represif terhadap Suara Perempuan

Han Kang, Perempuan Asia Pertama Peraih Nobel Sastra

Han Kang, Perempuan Asia Pertama Peraih Nobel Sastra

Leave a Comment