Home » Isu » Kekerasan Seksual » It Ends With Us: Perjuangan Melawan KDRT dan Memutus Trauma

It Ends With Us: Perjuangan Melawan KDRT dan Memutus Trauma

Review Film It Ends With

Bincangperempuan.com– Film It Ends With Us menjadi salah satu adaptasi novel yang menyentuh banyak hati. Diangkat dari karya best-seller Colleen Hoover (2016), film ini menggambarkan kisah nyata yang kompleks tentang hubungan, kekerasan dalam rumah tangga, dan keberanian untuk memutus siklus trauma.

Dibintangi Blake Lively sebagai Lily Bloom dan Justin Baldoni sebagai Ryle Kincaid, film ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang kekuatan seorang perempuan dalam menghadapi situasi sulit. Berdurasi 2 jam 10 menit, film ini mulai tayang di Netflix sejak 9 Desember lalu.

Awal yang Romantis, Berakhir Tragis

Hubungan Lily dan Ryle awalnya terlihat seperti kisah cinta yang sempurna. Ryle adalah seorang ahli bedah saraf yang tampan, ambisius, dan memikat. Memilki kepribadiannya yang memesona, ia berhasil membuat Lily jatuh cinta. Kehidupan Lily yang penuh semangat sebagai seorang pengusaha bunga pun terasa lengkap dengan kehadiran Ryle. Di awal hubungan mereka, Ryle kerap menunjukkan perhatian yang intens, yang sering kali digambarkan sebagai love bombing. Ia membuat Lily merasa spesial dan dicintai sepenuhnya.

Namun, romansa indah itu perlahan berubah menjadi mimpi buruk. Sifat Ryle yang mudah marah dan emosional mulai muncul ke permukaan. Bahkan, pertemuan pertama mereka diisi dengan adegan Ryle yang melampiaskan kemarahan terhadap kursi karena frustrasi pekerjaan. Ini menjadi tanda pertama bahwa di balik pesonanya, Ryle memiliki sisi gelap yang berbahaya. Sayangnya, seperti banyak korban kekerasan lainnya, Lily memilih untuk mengabaikan tanda tersebut karena cinta yang dirasakannya.

Baca juga: Memutus KDRT untuk Menghentikan Kekerasan Intergenerasi

Lingkaran Kekerasan dalam Hubungan

Seiring berjalannya waktu, Ryle menunjukkan sifatnya yang abusif, baik secara emosional maupun fisik. Dalam salah satu adegan yang paling memilukan, Ryle menyerang Lily secara fisik setelah sebuah malam yang dipenuhi konflik. Kekerasan ini membuat Lily mulai mempertanyakan keputusannya untuk tetap berada dalam hubungan tersebut. Situasi menjadi semakin rumit ketika Lily mengetahui bahwa ia hamil anak Ryle. Kehamilan ini menjadi momen yang mengubah segalanya. Lily menyadari bahwa ia tidak bisa membiarkan anaknya tumbuh dalam lingkungan penuh kekerasan seperti yang pernah ia alami di masa kecil.

Film ini dengan sangat baik menggambarkan dinamika kompleks dalam hubungan abusif. Lily, meskipun menjadi korban, sering kali terjebak dalam nostalgia akan momen-momen indah bersama Ryle. Pola ini sangat umum terjadi pada korban kekerasan, di mana mereka sulit melepaskan diri karena perasaan cinta bercampur dengan ketakutan dan harapan bahwa pasangan mereka akan berubah.

Trauma Masa Kecil yang Membentuk Lily

Kisah Lily tidak bisa dilepaskan dari latar belakangnya sebagai anak yang tumbuh dalam keluarga penuh kekerasan. Ayahnya, Andrew Bloom yang diperankan Kevin McKidd, sering melakukan kekerasan fisik terhadap ibunya, Jenny Bloom (Amy Morton). Sebagai seorang anak, Lily  menyaksikan langsung bagaimana ibunya terus-menerus menjadi korban tanpa keberanian untuk keluar dari hubungan tersebut. Jenny memilih bertahan, mungkin karena tekanan sosial atau ketakutan akan stigma sebagai perempuan yang bercerai.

Namun, Lily memutuskan untuk mengambil jalan yang berbeda. Ia tidak ingin trauma yang dialaminya diwariskan kepada anaknya. Keputusan Lily untuk keluar dari hubungan abusif dengan Ryle adalah bentuk pemberontakan terhadap siklus kekerasan yang sering kali diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keberanian Lily menjadi inspirasi bagi banyak perempuan untuk menyadari bahwa mereka memiliki pilihan dan kekuatan untuk mengakhiri hubungan yang tidak sehat.

Representasi Feminisme yang Kuat

Salah satu kekuatan film ini adalah pesan feminisme yang kuat. Lily adalah representasi perempuan modern yang berani mengambil keputusan sulit demi masa depan yang lebih baik. Keputusannya untuk bercerai dari Ryle bukan hanya tentang melindungi dirinya sendiri, tetapi juga memastikan bahwa anaknya tidak akan tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan ketakutan dan kekerasan.

Film ini juga menyoroti bagaimana masyarakat sering kali memberikan tekanan pada perempuan untuk bertahan dalam pernikahan, meskipun mereka menjadi korban kekerasan. Dalam kasus Lily, ia harus menghadapi stigma sebagai perempuan yang memilih meninggalkan suaminya, terutama karena ia sedang hamil. Namun, keberaniannya menunjukkan bahwa meninggalkan hubungan abusif adalah bentuk cinta pada diri sendiri dan anaknya.

Narasi film ini juga terasa sangat dekat dengan realitas. Penonton diajak untuk memahami bahwa hubungan abusif tidak selalu terlihat jelas di awal. Banyak korban kekerasan yang terjebak karena cinta, ketergantungan emosional, atau tekanan sosial. It Ends With Us memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana kekerasan dalam rumah tangga dapat memengaruhi korban secara fisik dan psikologis.

Film ini mengajarkan bahwa cinta sejati tidak seharusnya menyakitkan atau penuh rasa takut. Lily adalah contoh bahwa perempuan memiliki hak untuk memilih kebahagiaan dan keselamatan mereka sendiri. Keputusannya untuk meninggalkan Ryle menunjukkan bahwa cinta kepada diri sendiri dan anaknya lebih penting daripada bertahan dalam hubungan yang merusak.

It Ends With Us juga mengajarkan pentingnya dukungan bagi korban kekerasan. Banyak perempuan yang terjebak dalam hubungan abusif karena kurangnya dukungan dari keluarga atau masyarakat. Film ini menjadi seruan bagi kita semua untuk lebih peka dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Baca juga: 19 Tahun UU PKDRT, Mengapa Angka Pelaporan KDRT Masih Tinggi?

Keberanian dan Harapan

It Ends With Us bukan hanya sebuah film drama, tetapi juga perjalanan emosional yang memberikan pelajaran penting tentang keberanian, trauma, dan harapan. Melalui karakter Lily, penonton diajak untuk memahami bahwa keluar dari hubungan abusif adalah keputusan yang sulit tetapi sangat penting.

Film ini adalah pengingat bahwa siklus kekerasan dapat dihentikan, dan setiap perempuan memiliki kekuatan untuk melakukannya. It Ends With Us layak menjadi tontonan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan inspirasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Apa Itu Efek Werther

Apa Itu The Werther Effect?

Love Scammer: Ciri dan Cara Menghindarinya

Pernyataan Sikap : Menteri Sosial Tri Rismaharini Telah Lakukan Audisme dan Harus Minta Maaf Pada Masyarakat Tuli di Indonesia

Leave a Comment