Home » News » Kolaborasi Media Perempuan Mendorong Ruang Digital Aman

Kolaborasi Media Perempuan Mendorong Ruang Digital Aman

Women Media Collabs didukung oleh UNDP Indonesia

Bincangperempuan.com- digitalMamaID bersama lima media perempuan, Magdalene, Katong NTT, Kutubdotco, Bincang Perempuan beserta Dewiku dan Indonesian Institute of Journalism (IIJ) berkolaborasi dengan UNDP Indonesia mengkampanyekan ruang digital yang aman bagi perempuan. Kolaborasi ini, menurut Eva Danayanti, selaku Program and Bussiness Development (IIJ) dilakukan untuk menjawab persoalan di tengah perkembangan teknologi digital yang sangat pesat, masih ada persoalan kesetaraan.

“Hampir 50% perempuan di Indonesia belum bisa mengakses ruang digital. Kasus kekerasan berbasis gender di ruang digital masih sering terjadi. Mendukung keberadaan dan keberlangsungan media perempuan akan berkontribusi pada perwujudan ruang digital yang lebih baik untuk literasi perempuan di Indonesia,” ungkapnya.

Catur Ratna Wulandari, selaku Editor in Chief digitalMamaID, melihat ke belakang bahwa pandemi memberi lompatan yang besar bagi perempuan di ruang digital, melalui internet perempuan tidak hanya menjaga kesehatan keluarga tetapi mempertahankan perekonomian keluarga. Perempuan tampil sebagai tulang punggung perekonomian keluarga bahkan ekonomi Indonesia, di tengah perekonomian yang terpuruk.

“Tren yang baik ini tidak boleh berhenti karena ruang digital yang tidak aman. Untuk itu, kami berkolaborasi untuk mendorong hadirnya ruang digital yang lebih aman bagi perempuan, sehingga perempuan bisa meningkatkan keterampilan, pengetahuan juga membuka potensi-potensi yang dimilikinya,” lanjut Ratna.

Hal serupa juga diungkapkan Betty Herlina, Pemimpin Redaksi Bincang Perempuan, bahwa ruang digital yang aman akan meningkatkan partisipasi perempuan dalam aktivitas online seperti pendidikan maupun pekerjaan. Hal ini dapat mengurangi ketimpangan gender diakibatkan dampak teknologi.

Baca juga: Bincang Perempuan Lolos Coaching SOP KBGO Perusahan Media

“Partisipasi media perempuan dalam mempromosikan ruang digital yang aman adalah hal penting untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih kondusif, adil dan aman bagi semua perempuan, dan menciptakan ruang digital yang aman bagi perempuan adalah esensial untuk mencapai kesetaraan gender, melindungi hak asasi manusia dan memastikan bahwa perempuan dapat meraih potensi penuh mereka dalam ruang digital aman,” papar Siti Latifah, Pemimpin Redaksi Kutubdotco.

Pemimpin Redaksi Katong NTT, Rita Hasugian juga siap bekerjasama mengkampanyekan ruang digital bagi perempuan. Baginya adalah penting, dalam hal ini dengan UNDP dan media-media yang memiliki visi serupa. “Sehingga perempuan-perempuan khususnya di NTT boleh berbagi informasi dan melaksanakan aktivitas mereka dengan memanfaatkan ruang digital ini dengan baik. Tentunya ada risiko tapi semuanya bisa diatasi kalau kita memiliki literasi dan bersama-sama mengatasinya,” lanjutnya.

Pemimpin Redaksi Magdalene, Devi Asmarani menilai kehadiran perempuan di ruang digital saat ini sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari. Di ruang digital, perempuan melakukan pekerjaan, berkomunikasi, mengurusi hal-hal yang bersifat administratif seperti banking bahkan sampai hiburan pun ada di ruang digital.

“Namun, sayangnya perempuan adalah salah satu kelompok yang cukup rentan terhadap kekerasan, pelecehan bahkan kriminalitas berbasis online. Karena itu, kolaborasi media berfokus perempun ini sangat penting untuk menjaga ruang digital agar aman untuk perempuan. Karena kami membawa perspektif gender yang lebih kuat mungkin dibandingkan media-media arus utama lainnya,” tambah Devi.

Bagi Ririn Indriani, Managing Editor Dewiku, menciptakan ruang digital yang aman bagi perempuan, tentu memerlukan pemahaman literasi digital yang baik. Disinilah peran penting media perempuan untuk mengedukasi hal tersebut, tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada masyarakat untuk menciptakan lingkungan digital yang aman, inklusif, berkeadilan dan berkesetaraan gender. Sehingga perempuan bisa bebas dan bertanggung jawab mengekspresikan dirinya di ruang digital.

Agnes menyambut baik kolaborasi ini, baginya ini bisa menjadi milestone yang penting bagi UNDP. “Berkolaborasi dengan teman-teman media yang dimotori oleh perempuan ini lebih efektif dan membantu memunculkan sosok-sosok perempuan di media, sehingga di saat yang bersamaan juga narasi di media akan terimbangi, narasi yang lebih ramah perempuan, tidak ada stereotyping, narasi yang mem-promote soal kesetaraan gender” harapnya.

Devi mengatakan, kolaborasi yang cukup transformatif ini harapannya dapat menyuarakan sebanyak-banyaknya kesempatan dan urgensi peran perempuan dalam berbagai bidang secara menyeluruh. Tidak hanya fokus di area tertentu supaya sesuai dengan prinsip UNDP, leaving no one behind, tidak ada yang tertinggal. “Kemenangan untuk perempuan adalah kemenangan untuk semua,” ujarnya.

Baca juga: Ketua AJI Bengkulu: Perempuan Masih Menjadi Sasaran KBGO

Mencapai gender equality 

Head of Communications United Nations Development Program (UNDP) Indonesia, Devi Nugraha, menambahkan soal inklusivitas sebagai indikator keamanan bagi perempuan di ruang digital yang perlu diperbaiki. Ruang digital seharusnya menjadi tempat untuk semua orang, bukan hanya kalangan atau gender tertentu yang memiliki akses.

UNDP sendiri dalam mandatnya, menganggap bahwa kesetaraan gender adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari, kegiatan kerja, baik yang sifatnya proyek atau program semuanya ditinjau dari lensa atau kerangka kesetaraan gender. Bahkan secara global, UNDP juga punya gender equality strategy yang terus menerus diperbarui. Sekarang UNDP memasuki gender equality strategy tahun 2022 sampai 2025. Beberapa prioritasnya diantaranya, soal poverty, inequality, governance, resilience, kemudian environment, energy dan gender equality.

“Ini merupakan tugas kita bersama, bukan hanya tugas segelintir maupun kelompok orang yang concern terhadap pemberdayaan perempuan. Sehingga UNDP ingin ikut berperan aktif terutama dalam hal gender equality yang berfokus terhadap pembangunan berkelanjutan, karena ada area-area yang menurut kami agak luput dari fokus banyak pihak, terutama area-area yang non-mainstream, misalnya climate change, soal energi, soal resilience. Konteks di Indonesia sendiri sekarang memang sedang bergelut soal kekerasan perempuan di dunia digital maupun beberapa isu di sektor kesehatan,” paparnya.

Lebih lanjut pemberdayaan perempuan, menurut Devi, perlu dilakukan sebagai upaya yang terus menerus dan “lebih berisik” lagi untuk meluaskan suara serta berkolaborasi dengan media yang punya isu dan concern yang sama. Sebagai organisasi internasional yang bergerak dengan berbagai macam inisiatif program, UNDP Indonesia merasa belum cukup menjangkau seluruh daerah.

“Kita percaya bahwa memang harusnya gender equality is leaving no one behind dan akses itu mestinya dibuka untuk semuanya. Makanya salah satu hal yang ingin kami lakukan adalah bukan hanya bekerja sama dengan teman-teman media yang fokusnya di Jakarta tapi, fokusnya menyebar ke daerah-daerah, terutama daerah 3T yang infrastruktur dan aksesnya belum banyak terbuka,” tuturnya.

Artikel ini diproduksi sebagai bagian dari proyek Women Media Collabs (https://jurnalisme.id/womenmediacollabs/) didukung oleh UNDP Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Google menyambut dua jurnalis asal Indonesia ke dalam program AAJA Executive Leadership Program

Dini Mudrika, Inisiasi Bengkulu Begerak, Kumpulkan Donasi untuk Bantu Sesama

Childfree by Choice

Hal yang Harus Kamu Ketahui Ketika Memilih Childfree 

Leave a Comment