Bincangperempuan.com- Data yang disajikan menunjukkan Indeks Pembangunan Gender (IPG) di berbagai wilayah Provinsi Bengkulu dari tahun 2010 hingga 2024. IPG adalah indikator penting yang mengukur kesenjangan gender dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup.
Secara keseluruhan, IPG di sebagian besar wilayah Provinsi Bengkulu menunjukkan peningkatan positif selama periode 2010-2024. Ini mengindikasikan adanya kemajuan dalam upaya mengurangi kesenjangan gender dan meningkatkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di berbagai aspek kehidupan. Namun, tingkat dan kecepatan peningkatan IPG bervariasi di setiap wilayah.
Wilayah dengan IPG Tertinggi
Beberapa wilayah secara konsisten mencatat IPG yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Kota Bengkulu, Kepahiang, dan Bengkulu Selatan umumnya memiliki nilai IPG di atas 90, menunjukkan kesetaraan gender yang lebih baik dalam pembangunan manusia.
Kota Bengkulu, ebagai ibu kota provinsi, Kota Bengkulu secara konsisten memiliki IPG tertinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh akses yang lebih baik terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi bagi perempuan.
Menyusul Kepahiang, menunjukkan peningkatan IPG yang pesat, bahkan mencapai nilai di atas 96 pada tahun 2022-2024. Ini menandakan kemajuan yang luar biasa dalam kesetaraan gender di wilayah ini. Kemudian Bengkulu Selatan,juga memiliki IPG yang tinggi dan stabil, dengan nilai di atas 94 pada tahun-tahun terakhir.
Baca juga: Perjuangan Menuju Kesetaraan di Bengkulu
Wilayah dengan IPG Lebih Rendah
Sementara itu, beberapa wilayah memiliki IPG yang lebih rendah, meskipun juga menunjukkan tren peningkatan. Diantaranya Bengkulu Tengah memiliki IPG yang relatif lebih rendah dibandingkan wilayah lain, terutama di awal periode. Namun, terlihat peningkatan yang signifikan dari tahun 2013 hingga 2024, menunjukkan adanya upaya yang berhasil dalam mempersempit kesenjangan gender.
Kaur dan Seluma, sebagai wilayah pemekaran keduanya memiliki IPG yang lebih rendah, tetapi tetap menunjukkan peningkatan yang stabil dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa meskipun masih ada tantangan, kemajuan sedang dibuat.
Kemudian, Mukomuko menunjukkan tren yang sedikit berbeda, dengan peningkatan IPG yang lebih lambat dan bahkan sedikit penurunan pada beberapa tahun. Ini mungkin memerlukan perhatian khusus dan intervensi lebih lanjut untuk memahami dan mengatasi hambatan kesetaraan gender di wilayah ini.
Data IPG Provinsi Bengkulu dari tahun 2010 hingga 2024 menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan dalam kesetaraan gender di berbagai wilayah. Namun, masih terdapat perbedaan yang perlu diperhatikan antar wilayah. Wilayah dengan IPG yang lebih tinggi dapat menjadi contoh praktik baik, sementara wilayah dengan IPG yang lebih rendah memerlukan perhatian dan dukungan lebih lanjut.
Angka IPG dan Kesetaraan Gender
Meskipun ada peningkatan secara keseluruhan, laju peningkatan IPG berbeda-beda di setiap wilayah. Beberapa kabupaten/kota menunjukkan kemajuan yang signifikan (misalnya, Kota Bengkulu, Kepahiang), sementara yang lain (misalnya, Bengkulu Tengah, Mukomuko) peningkatannya lebih lambat. Hal ini mengindikasikan adanya ketimpangan pembangunan gender antar wilayah yang perlu diatasi. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan laju peningkatan IPG antar wilayah. Apakah ini terkait dengan akses ke pendidikan, layanan kesehatan, kesempatan ekonomi, atau faktor sosial budaya lainnya?
Baca juga: Pendidikan Membaik,Namun Kesenjangan Kerja Perempuan Tetap Nyata
IPG adalah indikator komposit yang mengukur kesenjangan gender dalam tiga dimensi: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Angka IPG yang tinggi tidak serta merta berarti kesetaraan gender telah tercapai sepenuhnya. Mungkin saja ada isu-isu gender yang tidak tertangkap oleh indikator ini. Penting untuk melihat data IPG bersamaan dengan data kualitatif dan indikator gender lainnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif. Misalnya, data tentang partisipasi perempuan dalam politik, kekerasan terhadap perempuan, atau akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi.
Beberapa wilayah menunjukkan fluktuasi atau stagnasi dalam nilai IPG pada tahun-tahun tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa kemajuan dalam pembangunan gender tidak selalu linier dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan kebijakan, kondisi ekonomi, atau bencana alam.
Selain itu pembangunan gender sangat dipengaruhi oleh konteks sosial budaya setempat. Nilai-nilai tradisional dan norma gender yang berlaku dapat mempengaruhi partisipasi perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Analisis IPG perlu mempertimbangkan konteks sosial budaya setempat dan mengidentifikasi hambatan-hambatan sosial budaya yang menghalangi kemajuan pembangunan gender.