Bincangperempuan.com- Menurut laporan yang dirilis oleh We Are Social tahun 2024, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 3 jam 11 menit per hari untuk mengakses sosial media. Platform media sosial seperti Instagram dan TikTok saat ini menjadi salah satu cara kita berinteraksi, berkomunikasi bahkan menjadi alat strategis untuk berbisnis dan mendorong inovasi lainnya di berbagai bidang.
Sayangnya masih adanya kesenjangan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam literasi serta keterampilan digital di Indonesia menjadi sorotan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia. Seperti disampaikan, Gender Analyst UNDP, Agnes Gurning.
Kesenjangan ini menjadi kekhawatiran yang cukup besar bagi UNDP. Dimana perempuan masih dihadapkan dengan banyak tantangan dalam literasi digital. Mulai dari persoalan teknologi, pemilihan konten dan memilah pengaruh dari konten tersebut. Padahal media sosial juga menghadirkan banyak peluang bagi perempuan, untuk bertumbuh.
“Seperti algoritma media sosial adalah contoh masalah yang sangat bisa mempengaruhi gaya hidup perempuan, seringkali menampilkan standar kecantikan yang tidak realistis dan bisa berpengaruh buruk pada sebagian perempuan. Kemudian menjadi penting untuk kita bisa mengontrol diri dari apa yang ditampilkan di media sosial,” papar Agnes dalam webinar kolaborasi UNDP dan Women Media Starup, Sabtu (10/08/2024).
Agnes mengatakan, UNDP menilai digitalisasi dapat mendorong pengentasan kemiskinan didorong dengan, tata kelola yang demokratis dan juga pembentukan institusi yang inklusif. Sehingga digitalisasi adalah area yang sangat penting untuk diperhatikan dan dikembangkan, salah satunya melalui kolaborasi dengan berbagai media daring perempuan di indonesia.
“Bentuk kolaborasi ini menurut kami menjadi bagian yang cukup signifikan, karena dengan cara ini kami bisa menggapai teman-teman perempuan dengan lebih luas. Dimana tema besar yang diangkat ialah digitalisasi yang jika lebih banyak disadari maka lebih baik,” imbuh Agnes.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Hapus Praktik Sunat Perempuan
Pesan konten harus relevan
Content Manager Bincang Perempuan, Anisa Sopiah membagikan pengalamannya lewat memanfaatkan media sosial sebagai sarana diri untuk berekspresi dan berinteraksi dengan beragam pihak serta mendapatkan kesempatan untuk berkembang.
Anisa juga memberikan tips darimana harus mulai membuat konten serta bagaimana cara membuat konten yang menarik.
“Sebagus apapun konten yang kita buat tapi pesannya tidak relevan untuk orang lain dan orang lain tidak merasa tersuarakan, kontennya akan lewat begitu aja. Jadi penting untuk memastikan bahwa pesannya sampai ke audience,” ujarnya.
Anisa menekankan penting untuk mengasah kemampuan digital. “Karena itu bisa membantu kita menangkap informasi, merespon, dan mengemasnya untuk dibagikan ke publik,” katanya.
Sementara itu, pembicara lainnya Herri Aprizal membagikan cara-cara mengamankan perangkat digital serta akun media sosial dari tindak kejahatan yang bisa terjadi akibat serangan siber. Herri juga memberikan panduan langkah apa saja yang harus dilakukan seandainya perangkat hilang atau pengguna kehilangan kontrol terhadap akun mereka.
“Memang tidak ada yang bisa menjamin 100 persen perangkat dan akun kita aman, tapi dengan adanya upaya-upaya yang kita lakukan, kita paham bagaimana ciri serangan digital dan pencegahannya,” tutur Herri dalam penjelasannya.
“Dengan upaya kita itu, kita bisa mengenali kemudian kita bisa meminimalisir serangan digital yang dapat terjadi,” pungkasnya.