Bincangperempuan.com– Nicky Clara, disability womenpreneur asal Indonesia yang membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk meraih mimpi. Terlahir dengan kondisi tulang rapuh (Osteogenesis Imperfecta), Nicky justru menjadikannya sebagai kekuatan untuk berkarya. Ia membangun bisnis yang mengedepankan inklusi dan pemberdayaan aktif komunitas difabel sekaligus aktif menginspirasi lewat platform dan seminar.
Sebagai seorang disability womenpreneur, inspirasi terbesar Nicky dalam mendirikan Setara Berdaya, Tenoon, dan Berdaya Bareng berakar dari pengalaman pribadi yang menggugah hatinya. Semua berawal dari percakapan sederhana dengan ibunya yang merupakan Ketua Ikatan Indonesia Cancer Care Community.
“Dek, kamu nggak mau bantu teman-teman disabilitas?” Pertanyaan itu membuka mata Nicky akan dunia disabilitas yang sebelumnya kurang ia kenal. “Aku mulai mencari tahu lebih banyak tentang dunia disabilitas,” ungkapnya yang akhirnya membawanya terjun ke dalam pemberdayaan penyandang disabilitas.
Baca juga: Coreng Moreng Pendidikan Penyandang Disabilitas di Bengkulu
Perjalanan Nicky berlanjut saat ia bergabung dengan yayasan milik seorang partner dan bertemu dengan Tiwi dalam sebuah perjalanan ke Amerika Serikat. Dari obrolan panjang di pesawat, Nicky memutuskan untuk bergabung dengan Tenoon. Namun, setelah satu tahun berjalan, ia menyadari bahwa Tenoon masih memiliki keterbatasan dalam menjangkau teman-teman disabilitas dan perempuan di Indonesia Timur.
Pada tahun 2018, ide untuk mendirikan “Berdaya Bareng” muncul saat Nicky mengikuti program pitching di Thailand. Keberhasilannya meraih juara pertama menjadikan ide tersebut sebuah kenyataan. Selain itu, ia juga memperoleh pendanaan tambahan melalui program Community Link “Jadi Nyata” dari CIMB Niaga yang memungkinkan pengembangan lebih lanjut, termasuk lahirnya program “Seraya.”
Nicky memegang teguh prinsip yang menjadi landasan perjalanannya “Setiap proses pasti ada progres, tapi jangan protes.” Menurutnya, meskipun tantangan selalu ada, fokus pada progres yang terus berjalan adalah kunci untuk mencapai tujuan. “Mengeluh hanya akan menghalangi kita untuk berpikir jernih dan memahami inti dari masalah yang dihadapi,” tambahnya. Dengan prinsip inilah, Nicky berhasil mendirikan Setara Berdaya Group, sebuah organisasi yang kini menguatkan pemberdayaan untuk penyandang disabilitas dan perempuan di Indonesia.
Nicky percaya bahwa tantangan terbesar dalam membangun bisnis inklusif justru berasal dari dalam diri sendiri. Sepanjang perjalanan usahanya, ia menghadapi banyak dinamika termasuk beberapa kegagalan yang ternyata menjadi pelajaran berharga. “Masalah terbesar sering kali muncul bukan karena faktor eksternal, tapi karena kurangnya keyakinan pada apa yang kita kerjakan,” katanya.
Misalnya, saat menjalankan bisnis Event Organizer (EO) yang sangat ia nikmati, di masa itu, pengelolaan keuangan masih menjadi tantangan baginya. Akibatnya, ia harus menutup bisnis tersebut dan kehilangan sebagian besar tabungannya. Pengalaman ini justru menjadi titik balik yang mengajarkannya pentingnya manajemen keuangan dalam menjalankan usaha.
Ketika mencoba bisnis restoran ayam bakar, pelajaran lain datang. Meski Nicky sangat menyukai makanan, ia menyadari bahwa menjual dan melayani konsumen secara langsung bukanlah keahliannya. “Aku harus jujur pada diri sendiri, nggak semua hal yang kita suka bisa dijadikan bisnis,” tambahnya.
Bagi Nicky hidup adalah perjalanan untuk mengenal diri sendiri dan menghadapi tantangan internal dengan bijak. Ia percaya bahwa hambatan terbesar dalam bisnis sering kali datang dari dalam diri. Berbekal fokus pada pengembangan pribadi dan tekad yang kokoh, Nicky mampu mengubah setiap tantangan menjadi peluang untuk mendukung misinya menciptakan usaha yang inklusif bagi penyandang disabilitas.
Pengalaman pribadi Nicky sebagai penyandang disabilitas telah memainkan peran penting dalam membentuk visi dan misi dari setiap usaha yang didirikannya. Nicky percaya bahwa sebelum memulai sebuah usaha, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami diri sendiri. Namun, proses ini tidak bisa instant diperlukan waktu, pengalaman, kedewasaan, dan kebijaksanaan untuk benar-benar mengenali kekuatan dan keterbatasan diri. “Pekerjaan menghabiskan 80% waktu hidup kita, jadi penting untuk menjalaninya dengan sepenuh hati,” ungkapnya.
Selain itu, Nicky juga menyadari bahwa perjalanan untuk menciptakan perubahan tidak bisa dilakukan sendirian. Dukungan dari keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat menjadi pilar utama terutama di saat-saat sulit. “Cerita, masukan, dan dukungan mereka menjadi sumber kekuatan untuk menjaga kesehatan mentalku,” katanya.
Nicky menggarisbawahi bahwa mental yang kuat terbentuk dari perjalanan hidup yang penuh makna dan interaksi dengan orang-orang di sekitar kita.
Prinsip-prinsip ini menjadi dasar bagi setiap program yang dijalankan Nicky, di mana kolaborasi, dukungan, dan pemahaman diri dianggap sebagai kunci untuk menciptakan perubahan yang nyata. Bagi Nicky, menjalankan Setara Berdaya, Tenoon, dan Berdaya Bareng bukan hanya tentang mengembangkan usaha, tetapi juga tentang memberdayakan penyandang disabilitas dan membangun inklusivitas yang lebih luas di masyarakat.
Namun, sebagai seorang perempuan penyandang disabilitas yang berwirausaha, Nicky mengakui bahwa hambatan yang dihadapinya bisa terasa lebih kompleks dan berlapis. Menjadi perempuan saja sudah membawa tantangan tersendiri dan ditambah dengan status sebagai penyandang disabilitas yang mana membuat tantangan itu menjadi semakin besar. Namun, Nicky percaya bahwa kunci untuk menghadapinya adalah dengan memahami diri sendiri terlebih dahulu.
“Ketika kita yakin pada kemampuan diri, energi positif itu akan terpancar dan orang lain pun akan melihat potensi yang kita miliki,” ujarnya.
Menurut Nicky, untuk mengatasi hambatan ini yang terpenting adalah fokus pada apa yang bisa kita kendalikan. “Kalau tidak ingin diremehkan, buktikan kemampuan kita tetap dengan memahami batasan diri dan kaidah yang ada,” ungkapnya.
Baca juga: Ummi Atik, Inisiator Sekolah Alam Mahira, Sekolah Ramah Disabilitas Pertama di Bengkulu
Dengan pemahaman diri yang kuat, Nicky merasa lebih siap menghadapi berbagai tantangan dengan penuh percaya diri. Ia juga menekankan pentingnya menciptakan ruang yang menghargai perbedaan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Melalui prinsip ini, Nicky berhasil tidak hanya mengatasi hambatan ganda, tetapi juga memberdayakan diri dan orang-orang di sekitarnya.
Sebagai disability womenpreneur, Nicky, telah mengalami banyak momen membanggakan dalam perjalanan kariernya. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika ia menerima ucapan terima kasih dari teman-teman penyandang disabilitas. Ucapan itu sangat berarti baginya karena mengingatkannya bahwa ia sedang berada di jalur yang tepat.
Dari pengalaman itu, Nicky belajar bahwa keyakinan pada diri sendiri bisa mempengaruhi orang di sekitar kita. Pencapaian terbesar bagi Nicky adalah saat ia bisa memberikan dampak positif, membantu teman-teman disabilitas merasa dihargai dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Melihat mereka merasa diberdayakan dan diakui memberi Nicky kepuasan tersendiri dan menguatkan keyakinannya bahwa setiap langkah yang diambil dalam perjalanan ini memiliki makna yang mendalam.
Bagi Nicky, momen-momen tersebut mengingatkannya bahwa perjuangan untuk inklusivitas bukan hanya tujuan pribadi, tetapi juga kontribusi penting bagi perubahan sosial di Indonesia. Melalui inisiatif seperti Setara Berdaya dan Berdaya Bareng, Nicky bertekad untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, memberi penyandang disabilitas kesempatan yang setara untuk berkembang. Setiap langkah yang diambilnya memberikan dampak nyata, memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan dan keberagaman.