Gustria Ernis, Apriza Hongko Putra, Refpo Rahman
KUE Tat atau Bay Tat tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Makanan khas Bengkulu yang sangat disukai masyarakat Bengkulu maupun bagi wisatawan yang datang. Topping utama dari kue tat adalah selai nanas yang dibuat dari buah nanas. Pengolahan selai nanas ini menghasilkan limbah berupa kulit nanas, mata nanas, maupun daun dan batang nanas. Biasanya limbah ini hanya dibuang saja oleh masyarakat. Namun tahukah Anda, ternyata pada limbah selai nanas ini terdapat suatu enzim yang sangat berguna, yaitu enzim bromelin yang dapat menjadi katalis proses pembentukan minyak pada Virgin Coconut Oil (VCO).
Salah satu industri makanan khas Bengkulu yang mengolah sendiri selai nanas sebagai toping utama kue tat dan mengeluhkan kesulitan akibat dampak Covid-19 ini adalah UMKM Bay Tat Mak Ririn yang beralamat di Kelurahan Kebun Kenanga, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu. UMKM Bay Tat Mak Ririn mengalami penurunan pendapatan sekitar 40-60 persen akibat dampak Covid-19 ini. Padahal pekerja pada UMKM ini pada umunya adalah ibu-ibu rumah tangga yang bergantung untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Ketersediaan bahan baku VCO, yaitu kelapa sangat melimpah. Ini dapat dilihat dari total luas areal perkebunan kelapa di Indonesia yang mencapai 3.712 juta hektar atau 31,4 persen. Ini merupakan luas areal perkebunan kelapa terbesar di dunia. Sayangnya, masih banyak yang belum memahami cara pembuatan VCO dengan teknik enzimatis. Kebanyakan masyarakat membuat VCO dengan cara tradisional, dengan memasak/memanaskan santan hingga keluar minyaknya dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu metode Pembuatan VCO dapat menggunakan metode enzimatik, salah satunya enzim bromelin dari limbah nanas.
Baca juga : Edukasi Kebutuhan Dasar PAUD Melalui Pumping pada Ibu Pekerja
Kegiatan diawali dengan melakukan sosialisasi pengenalan sumber imunostimulan khususnya limbah pengolahan selai nanas yang akan dijadikan sumber enzim bromelin guna mempercepat proses pembuatan VCO. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan manfaat dan keuntungan VCO dalam mencegah dan menangkal virus corona Selain itu dilakukan juga diskusi tentang materi yang disampaikan. Pada akhir pertemuan, masyarakat diberikan video simulasi pembuatan VCO dengan memanfaatkan limbah selai nanas dan dibagikan juga print out cara pembuatan VCO, dan masyarakat diberi pertanyaan-pertanyaan tentang pembuatan VCO.
Tahap berikutnya adalah Pelatihan Pembuatan VCO dari Limbah pengolahan selai nanas. Pada kegiatan pelatihan ini dipandu oleh ketua tim pengabdian, yaitu ibu Gustria Ernis yang melibatkan mahasiswa dan peserta dari UMKM dalam mempraktekkannya. Sebelumnya sumber enzim bromelin telah disiapkan oleh UMKM Bay Tat Mak Ririn yang berasal dari limbah pembuatan selai nanas. Sedangkan santan dan peralatan lainnya disiapkan oleh tim pengabdi. Santan disini disiapkan dari kelapa hibrida tua yang dipesan langsung pada pengusaha santan di pasar pematang gubernur tanpa penambahan air, sehingga bisa langsung diolah menjadi VCO. Jika digunakan santan yang diperas dari kelapa parut, maka harus didiamkan sekitar 1-2 jam terlebih dahulu agar air dan krim santannya berpisah. Untuk pembuatan VCO kita gunakan krim santan saja. Kulit nanas dihaluskan dengan blender dengan penambahan air secukupnya, disaring dan didiamkan, kemudian diambil sarinya sebagai sumber enzim bromelin, dicampurkan ke krim santan sebanyak 10% dan dilakukan pengadukan, hal ini dilakukan langsung oleh mahasiswa dan peserta pelatihan dari UMKM secara langsung.
Setelah dilakukan pengadukan, santan didiamkan dalam suasana gelap (di dalam lemari,red) selama 24 jam. Pada pelatihan hari ke dua, diperoleh santan yang sudah berpisah menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan air pada bagian bawah, lapisan minyak (VCO) dibagian tengah, dan lapisan protein (blondo) pada bagian atas.
Dari hasil pelatihan, masyarakat dapat memproduksi VCO dari santan dengan bantuan enzim bromelin yang berasal dari kulit nanas. VCO yang dihasilkan memiliki bau yang khas, bau minyak kelapa murni dan jernih serta enak jika diminum. Dari 5 Kg santan, diperoleh 500 ml VCO. Untuk informasi, 100 ml VCO dihargai sebesar Rp 30.000,-. Sehingga masyarakat sangat antusias untuk melanjutkan pembuatan VCO kedepannya, baik untuk kebutuhan pribadi, maupun untuk diperjualbelikan. Kemasan VCO juga telah dibuat dengan merek VCO BTMR (Bay Tat Mak Ririn)
Dari hasil pengabdian dapat dilihat bahwa pengetahuan dan keterampilan masyarakat meningkat dan sudah dapat membuat VCO sendiri. Diharapkan keterampilan ini akan terus dikembangkan oleh masyarakat sehingga dapat menjadi sumber penambah penghasilan UMKM.(**)
*) Program Studi D-III Laboratorium Sains, FMIPA, Universitas Bengkulu