Home » News » Perempuan dan Anak Perempuan Paling Terdampak Perubahan Iklim

Perempuan dan Anak Perempuan Paling Terdampak Perubahan Iklim

Bincang Perempuan

News

Perempuan dan Anak Perempuan Paling Terdampak Perubahan Iklim

Bincangperempuan.com- Langkah untuk mengurangi kemiskinan, kerawanan pangan dan kekerasan terus dilakukan negara-negara di ASEAN. Namun perubahan iklim dan degradasi lingkungan masih memberikan dampak besar pada perempuan dan anak perempuan. Mengingat konsekuensi perubahan iklim yang semakin intensif, diperlukan lebih banyak upaya untuk mengatasi dampak ini.

ASEAN Gender Outlook 2024 yang disampaikan dalam Sidang Umum PBB, Jumat (27/09/2024), menunjukan kurun 20 tahun terakhir, kemiskinan di Asia Timur dan Asia Tenggara turun 10 kali lipat, dimana kemajuan yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan lain, namun perempuan di Asia Tenggara masih lebih mungkin menjadi miskin dibandingkan laki-laki, khususnya pada usia puncak reproduksi mereka (2,66 juta perempuan vs. 2,31 juta laki-laki). Jika perubahan iklim terus memburuk, diperkirakan 2,5 juta orang lagi akan jatuh miskin pada tahun 2030.

Meskipun terjadi penurunan yang signifikan dalam kerawanan pangan regional selama dekade terakhir, diperkirakan 17% perempuan dan 16% laki-laki tidak mengonsumsi cukup makanan bergizi, dan 38% perempuan hamil mengalami anemia.

Baca juga: Perempuan Desa Pondok Kelapa, Berjuang Menghadapi Abrasi  

Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, peralihan lahan, dan ketergantungan yang berlebihan pada tanaman komersial, diproyeksikan akan berdampak pada jutaan orang, khususnya perempuan dan anak perempuan, yang lebih rentan terhadap kerawanan pangan.

Partisipasi politik perempuan terus meningkat, mencapai titik tertinggi sepanjang masa yaitu 23% di parlemen di seluruh kawasan, namun keterwakilan perempuan di kementerian lingkungan hidup masih sangat kurang. 

Perluasan peran perempuan dalam pengambilan keputusan di semua sektor sangat penting untuk menciptakan solusi inklusif guna mengelola penyebaran penyakit, membangun ketahanan petani, mengurangi beban kerja yang tidak dibayar, dan memastikan kesehatan ekosistem.

Meskipun ada kemajuan besar menuju akses universal terhadap air minum bersih, perempuan lebih mungkin meninggal akibat mengonsumsi sumber air yang tidak aman di seluruh wilayah dibandingkan laki-laki. Misalnya, di Indonesia, perempuan menyumbang 29% kematian yang terkait dengan sumber air yang tidak aman, dibandingkan dengan 25% laki-laki; sementara di Republik Demokratik Rakyat Laos, angkanya adalah 23% untuk perempuan dibandingkan dengan 18% untuk laki-laki.

Data menunjukkan dampak gender dari meningkatnya kekeringan, hujan yang tidak dapat diprediksi, dan meningkatnya suhu, yang berkorelasi dengan tingginya angka pernikahan anak, kelahiran remaja, dan hambatan dalam mengakses air minum bersih dan bahan bakar memasak, yang secara tidak proporsional memengaruhi pekerjaan perempuan yang tidak dibayar. Rencana dan kebijakan iklim harus peka gender, tetapi saat ini, hanya tiga negara yang peka gender

Kesehatan laut ASEAN terancam, dengan konsentrasi tinggi dari ledakan alga dan banyaknya sampah pantai. Praktik penangkapan ikan yang merusak dan penangkapan ikan yang berlebihan mengancam keanekaragaman hayati laut dan stok ikan, dengan kerugian ekonomi yang signifikan yang berdampak pada kesehatan manusia, pariwisata dan mata pencaharian nelayan skala kecil, khususnya perempuan, yang seringkali tidak mampu mengubah wilayah penangkapan atau alat tangkap untuk beradaptasi.

Laju penggundulan hutan yang cepat terus berlanjut di kawasan ini, dengan hilangnya hutan yang signifikan tercatat pada tahun 2023, khususnya di Republik Demokratik Rakyat Laos, Indonesia, Vietnam, dan Thailand, yang setara dengan emisi karbon dioksida yang sangat besar. Penggundulan hutan ini berdampak tidak proporsional pada perempuan, yang berkorelasi dengan meningkatnya penyebaran malaria yang memperburuk pekerjaan perawatan perempuan yang tidak dibayar.

Meskipun kejahatan kekerasan rendah dan kawasan ini merupakan salah satu kawasan teraman di dunia, 22% perempuan vs. 18% laki-laki merasa kurang aman dibandingkan lima tahun lalu. Di kalangan perempuan termiskin, angka ini meningkat menjadi 25%. Partisipasi perempuan dalam keamanan dan pemeliharaan perdamaian berpotensi meningkatkan keselamatan, namun jumlah perempuan kurang dari 20% dari pasukan penjaga perdamaian yang disumbangkan oleh semua negara di kawasan ASEAN.

Baca juga: Perempuan Alam Lestari : Menghidupkan Kearifan Lokal dan Melawan Perubahan Iklim

Saat ini, 47% Bantuan Pembangunan Resmi di kawasan ini menargetkan kesetaraan gender. Namun, peningkatan investasi dalam pengumpulan, analisis, dan penggunaan data gender di seluruh SDGs, termasuk bidang-bidang yang secara tradisional netral gender seperti statistik lingkungan, diperlukan. Dengan hanya enam tahun tersisa untuk mencapai Agenda 2030, investasi berkelanjutan dalam kesetaraan gender sangat penting.

Menteri Luar Negeri Australia, HE Ms. Penny Wong, mengatakan berinvestasi dalam kesetaraan gender adalah investasi dalam perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan. 

“ASEAN Gender Outlook menyediakan data penting untuk menginformasikan kebijakan regional. Data memengaruhi keputusan kita tentang cara terbaik untuk merespons, dan dengan data yang lebih baik, kita dapat melibatkan perempuan,” katanya.

Serupa, Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous mengatakan ASEAN Gender Outlook  menggarisbawahi perlunya memajukan kemajuan menuju SDGs, termasuk dengan meningkatkan data gender pada isu-isu utama di kawasan tersebut.

“Laporan hari ini menunjukkan bahwa keuntungan telah dibuat dan kemajuan dapat dicapai, tetapi harus dipercepat. Kita harus terus memajukan kesetaraan gender untuk menghormati komitmen yang dibuat pada Deklarasi Beijing hampir 30 tahun yang lalu, dan Agenda 2030. Mari kita bekerja sama untuk mendobrak hambatan yang dihadapi perempuan dan anak perempuan dan mengubah kesetaraan gender dari tujuan menjadi kenyataan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Menopause Bukanlah Akhir dari Kehidupan Seorang Perempuan

Menopause Bukanlah Akhir dari Kehidupan Seorang Perempuan

Tetap Menikmati Lezatnya Kuliner khas Negeri 

Perempuan Generasi Z: Antara Dorongan dan Beban Ganda

Leave a Comment