Ringkasan Eksekutif
Perubahan iklim merupakan tantangan global yang berdampak pada semua lapisan masyarakat, namun perempuan adat sering kali menjadi kelompok yang paling rentan. Mereka tidak hanya berperan sebagai penjaga tradisi dan budaya, tetapi juga sebagai pengelola sumber daya alam di komunitas mereka. Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh perempuan adat sangat berperan dalam respon mereka terhadap perubahan iklim. Pengetahuan ini mencakup pemahaman mendalam tentang lingkungan, ekosistem, dan praktik berkelanjutan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Perempuan adat memainkan peran penting dalam melestarikan pengetahuan tradisional dan budaya mereka, yang merupakan bagian integral dari strategi adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Melalui pendidikan informal kepada generasi muda, mereka memastikan bahwa pengetahuan ini tetap hidup. Dalam perencanaan dan pengambilan keputusan perlu meningkatkan partisipasi aktif perempuan terkait perubahan iklim sangat penting untuk memastikan bahwa kebutuhan dan perspektif mereka diperhatikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana perubahan iklim memengaruhi perempuan adat dan langkah-langkah kebijakan yang perlu diambil untuk mendukung mereka.
Latar Belakang
Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang rentan terhadap berbagai bencana yang dipicu oleh perubahan iklim. Secara geografis Provinsi Bengkulu memiliki garis pantai 525 kilometer sehingga rentan terhadap dampak kenaikan permukaan laut dan abrasi pantai. Dalam beberapa tahun terakhir Bengkulu mengalami peningkatan frekuensi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang akibat perubahan iklim karena wilayah Bengkulu terletak di zona rawan tsunami dan diperparah oleh kondisi lingkungan yang berubah. Mayoritas masyarakat yang bergantung pada pertanian dan perikanan sangat terpengaruh oleh perubahan iklim yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi.
Perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi perempuan adat yang berperan penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan budaya. Kebijakan yang inklusif dan berbasis gender sangat diperlukan untuk memastikan bahwa suara perempuan adat didengar dan diperhitungkan dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan pendekatan yang tepat, perempuan adat dapat menjadi agen dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan terhadap perempuan adat, yang sering kali berada di garis depan dalam menghadapi tantangan lingkungan. Dampak perubahan iklim terhadap perempuan adat sangat kompleks dan saling terkait dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Untuk mendukung perempuan adat dalam menghadapi tantangan ini, penting untuk mengintegrasikan perspektif gender dalam kebijakan perubahan iklim dan memastikan bahwa suara mereka didengar dalam pengambilan keputusan. Negara perlu memberikan pengakuan, perlindungan dan menghormati pengetahuan tradisional mereka serta memberikan akses ke sumber daya dan pelatihan juga merupakan langkah penting untuk meningkatkan ketahanan mereka terhadap perubahan iklim.
Perempuan adat memiliki peran penting dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, berkat pengetahuan tradisional dan keterampilan yang mereka miliki. Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh perempuan adat merupakan aset berharga dalam menghadapi perubahan iklim. Respon mereka mencerminkan kombinasi antara tradisi, inovasi, dan ketahanan.
Dengan memberdayakan perempuan adat dan mengintegrasikan pengetahuan mereka ke dalam kebijakan dan program mitigasi perubahan iklim, kita dapat menciptakan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Kolaborasi antara perempuan adat, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Perempuan adat memainkan peran kunci dalam menghadapi perubahan iklim melalui berbagai strategi adaptasi dan mitigasi. Penting untuk memberdayakan mereka dengan pengetahuan, sumber daya, dan akses yang diperlukan agar mereka dapat berkontribusi secara efektif dalam upaya melawan perubahan iklim. Dukungan dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat luas sangat penting untuk memastikan keberhasilan strategi ini.
Dampak dan Ancaman Perubahan Iklim terhadap Perempuan Adat
Perubahan iklim menyebabkan perubahan pola cuaca, yang berdampak pada pertanian dan ketahanan pangan. Perempuan adat yang bergantung pada pertanian tradisional menghadapi kesulitan dalam mempertahankan mata pencaharian mereka. Dengan hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan lingkungan, banyak praktik budaya yang terkait dengan alam menjadi terancam punah.
Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kesehatan melalui peningkatan penyakit yang ditularkan oleh vektor, serta dampak psikologis akibat kehilangan sumber daya dan identitas budaya. Dalam banyak kasus, perempuan adat memiliki akses terbatas ke sumber daya, layanan kesehatan, dan pendidikan, yang membuat mereka lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Perempuan adat sering bertanggung jawab atas produksi pangan dan pengelolaan sumber daya alam. Perubahan iklim yang menyebabkan kekeringan, banjir, atau perubahan pola cuaca dapat mengurangi hasil panen, sehingga mengancam ketahanan pangan keluarga. Perempuan memiliki akses terbatas ke tanah dan sumber daya lainnya. Perubahan iklim dapat memperburuk situasi ini, mengurangi kemampuan mereka untuk beradaptasi dan bertahan hidup.
Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit, yang berdampak langsung pada kesehatan perempuan, termasuk kesehatan reproduksi. Akses terhadap layanan kesehatan yang memadai sering kali terbatas, terutama di daerah terpencil. Stres akibat perubahan lingkungan, kehilangan mata pencaharian, dan ancaman terhadap identitas budaya dapat menyebabkan masalah kesehatan mental di kalangan perempuan adat.
Perempuan sering kali harus mengatasi beban ganda, yaitu memenuhi kebutuhan keluarga sambil beradaptasi dengan perubahan iklim. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan emosional. Perubahan iklim dapat mengganggu mata pencaharian tradisional perempuan, seperti pertanian atau kerajinan tangan, yang dapat memaksa mereka untuk mencari pekerjaan di sektor lain yang mungkin tidak menghormati hak-hak mereka.
Perempuan adat sering menjadi penjaga pengetahuan tradisional tentang pengelolaan sumber daya alam. Perubahan iklim yang mengganggu ekosistem dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan ini. Banyak praktik budaya perempuan, seperti ritual atau perayaan yang bergantung pada siklus alam, terancam karena perubahan lingkungan. Perempuan adat di daerah yang terkena dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut atau bencana alam, mungkin harus pindah dari tanah mereka. Perempuan adat sering kali terpinggirkan dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan perubahan iklim. Kurangnya suara dalam proses ini menghambat kemampuan mereka untuk beradaptasi dan melindungi hak-hak mereka.
Dari hasil diskusi dan pengamatan langsung di lapangan bersama kelompok perempuan adat bahwa dampak dan ancaman dari perubahan iklim ini sudah dirasakan oleh perempuan adat dan masyarakat pesisir barat Seluma Provinsi Bengkulu. Sebagai faktanya bahwa di Desa Penago Baru telah terjadi abrasi di bibir pantai dan beberapa bulan terakhir iklim berubah-ubah yang mengakibatkan gelombang pasang laut yang dahsyat sehingga ikan, remis dan beberapa hewan laut ikut terdampar di pinggir pantai.
Dari dampak perubahan iklim juga mengakibatkan terjadinya kenaikan permukaan air laut, sungai meluap yang mengakibatkan banjir sampai ke permukiman warga. Menurunnya pendapatan para nelayan akibat dampak perubahan iklim yang dirasakan sekarang ini yaitu curah hujan yang tinggi, gelombang tinggi disertai angina kencang sehingga membuat nelayan sulit memprediksi musim penangkapan ikan dan berakibat penghasilan menurun. Ancaman perubahan iklim secara terus menerus dan tidak stabil maka bagi warga khususnya yang berprofesi sebagai nelayan menjadi sulit untuk melaut sehingga mencari pekerjaan lain atau pindah ke daerah lain.
Bagi perempuan adat dan masyarakat penago baru mulai tahun 2006 sangat dirasakan adanya perubahan iklim. Sebagai contoh sejak banyak tanaman sawit masyarakat merasakan perubahan cuaca, kurangnya air dan banyak sawah masyarakat kekeringan. Hal ini juga dipicu oleh tambang pasir besi yang mengakibatkan abrasi pantai sangat kuat.
Dampak perubahan iklim juga dirasakan oleh perempuan adat dan masyarakat di desa pasar talo. Didaerah ini terdapat pantai muara yang indah. Pada tahun 2022 jalan menuju pantai mengalami ambruk. Sampai kini masyarakat masih menggunakan jalan setapak untuk menuju pantai.
Bagi perempuan adat dan masyarakat di Desa Penago I, tepatnya di lokasi Air Batuan terjadi pembukaan lahan sawit di pinggir pantai. Sekitar tahun 2023, mengakibatkan pohon-pohon dipinggir pantai mengalami kerusakan dan abrasi ketika gelombang pasang air laut hampir masuk ke permukiman warga. Mayoritas masyarakat bergantung pada hasil laut dan pertanian. Masyarakat penago I juga mengalami gagal panen padi pada tahun 2023.
Pengetahuan lokal dan respon perempuan adat terhadap perubahan iklim yaitu ketika perubahan musim kemarau panjang dengan suhu yang lebih hangat menyebabkan penguapan yang tinggi sehingga mengurangi air di permukaan tanah menjadi kering, tumbuhan menjadi kering dari dampak perubahan iklim tersebut terasa bagi petani terutama pada musim bercocok tanam padi merasakan kesulitan dikarenakan permukaan tanah debit air berkurang. Selain itu perubahan musim hujan, curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air yang tinggi sehingga menyebabkan tanaman padi terendam dan menyebabkan bencana alam banjir bandang, pohon tumbang, angin puting beliung.
Inisiatif Strategi Adaptasi dan Mitigasi Perempuan Adat Dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Perempuan adat sering kali menggunakan praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti rotasi tanaman, agroforestri, dan penggunaan pupuk organik. Ini membantu menjaga kesuburan tanah dan meningkatkan ketahanan pangan. Meningkatkan akses perempuan kepada pendidikan dan pelatihan tentang teknik pertanian modern, pengelolaan air, dan mitigasi risiko bencana dapat membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim. Mendorong pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap iklim, seperti sistem irigasi yang efisien atau tempat penampungan air, untuk mengurangi dampak kekeringan atau banjir. Mengembangkan sumber pendapatan alternatif, seperti kerajinan tangan, pariwisata berbasis komunitas, atau produk lokal, dapat membantu perempuan mengurangi ketergantungan pada pertanian yang rentan terhadap perubahan iklim.
Membangun jaringan dukungan di antara perempuan adat untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi tantangan iklim dapat meningkatkan ketahanan kolektif. Mengintegrasikan pengetahuan tradisional dengan praktik modern dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menciptakan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Dari hasil diskusi bersama perempuan adat dan masyarakat bahwa terdapat beberapa inisiatif strategi adaptasi dan mitigasi perempuan adat dalam menghadapi perubahan iklim antara lain :
- Perempuan adat dan masyarakat melakukan inisiatif penanaman mangrove yang bertujuan untuk menahan air laut masuk ke permukiman.
- Perempuan adat dan masyarakat melakukan inisiatif penanaman 1000 cemara pada tahun 2023 bertepatan dengan memperingati hari pendidikan bersama guru, murid dan warga, pemerintah desa penago baru dan rawa indah.
- Penanaman cemara yang difasilitasi oleh BPDASHL Ketahun dimulai dari 2021-2022.
Rekomendasi Kebijakan
Beberapa upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap perempuan adat sebagai berikut :
- Kebijakan harus fokus pada pemberdayaan perempuan adat melalui pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan serta keterampilan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
- Pelibatan aktif perempuan adat dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan lingkungan dan perubahan iklim di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
- Pemerintah perlu mendukung inisiatif yang dipimpin oleh perempuan adat dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
- Pemerintah segera melakukan pemulihan dan perlindungan terhadap kawasan konservasi disepanjang pesisir barat Kabupaten Seluma yang merupakan greenbelt dari dampak ancaman perubahan iklim.
- Pemerintah mengakui dan melindungi dan menghormati hak-hak perempuan adat atas tanah dan sumber daya alam, termasuk hak untuk mengakses, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya tersebut secara berkelanjutan.
- Meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim di kalangan komunitas perempuan adat melalui program pendidikan yang relevan dengan konteks budaya mereka.
Kesimpulan
Dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh perempuan adat di Provinsi Bengkulu sangat kompleks dan saling terkait. Untuk mengurangi risiko dan dampak negative bagi perempuan adat penting untuk melakukan upaya adaptasi dan mitigasi yang tepat. Langkah-langkah yang perlu diperkuat ke depan yaitu pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, peningkatan ketahanan pangan, peningkatan infrastruktur untuk menghadapi bencana, memperkuat pendidikan dan dan kesadaran masyarakat tentang risiko perubahan iklim serta pemulihan dan perlindungan ekosistem dalam menghadapi perubahan iklim. Upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan swasta sangat diperlukan untuk memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.
*) Penyusunan policy brief ini merupakan bagian dari Mother Earth Project yang difasilitasi oleh Walhi Bengkulu dan diproduksi dengan dukungan dari Meedan