Bincangperempuan.com- B-Pers, momen lebaran Idul Fitri di Indonesia serentak dirayakan Rabu (10/04/2024). Sedikit berbeda, di India yang memiliki perbedaan waktu 1 jam 30 menit dengan Indonesia, merayakan Eid Mubarak satu hari setelahnya, Kamis (11/04/2024).
Tanah kelahiran politikus sekaligus tokoh spritual Mahatma Gandhinya ini banyak dihuni Warga Negara Indonesia (WNI) lho! Menurut data KBRI di New Delhi jumlah WNI di India mencapai 1047 orang. Ada yang belajar, menetap karena menikah dengan orang lokal, hingga bekerja. Salah satunya seperti di Kota Bengaluru.
Meskipun jauh dari tanah air, namun penulis berkesempatan mencicipi penganan khas negeri. Pasalnya, kali ini penulis mendapat undangan ‘open house’, dari salah satu WNI di Bengaluru. Tentunya ini menjadi kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Meski harus menghabiskan waktu satu jam dengan menggunakan ‘auto’ alias bajajnya India, penulis pun tiba di venue kediaman Lilis Amang.
Dari jarak 100 meter sudah terdengar riuh suara orang berbincang menggunakan bahasa Indonesia dengan penuh kegembiraan. Saat memasuki pintu, terlihat banyak perempuan duduk di karpet, pun di sofa. Ada juga empat anak kecil kisaran berusia 8 tahun tampak duduk sambil mengecap.
Di samping deretan kursi berjajar penganan yang sayang dilewatkan. Seperti kue kacang, nastar, nagasari, dan kembang goyang. Bergeser ke meja tak jauh darinya, terlihat mangkuk besar berwarna bening berisi es buah berwarna merah muda. Lengkap dengan isian semangka, melon, dan biji selasih. Tak hanya itu, yang membuat mata terbelalak adalah makanan berat khas nusantara. Seperti lontong sayur, opor ayam, rendang, bakso, siomay, dan urap-urap.
Selain kumpulan ibu-ibu WNI, tampak pula beberapa mahasiswa hadir. Mereka tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia di India cabang Karnataka (PPI Karnataka). Hal ini dikarenakan Bengaluru berada di wilayah Karnataka. Salah satunya Rishi Rabindranath, Ketua PPI Karnataka. Bagi Rishi, momen ‘open house’ ini sangat berarti.
“Saya berterimakasih kepada Bu Lilis karena sudah mengundang. Sebagai pelajar Indonesia yang susah mendapat penganan khas negeri, ini begitu berarti. Saya senang bisa ketemu makanan yang lama nggak pernah saya rasain kecuali ketika pulang kampung,” katanya.
Rishi menambahkan, “Di Bengaluru makanan Indonesia itu jarang, kalaupun ada biasanya di restoran Singapura atau Malaysia yang rasanya mendekati. Jadi, selain bisa bersilaturahim, saya juga bisa makan enak,” katanya dengan tertawa.
Senada dengan Rishi, hal yang sama dirasakan Mikhail Janli Purba. Mahasiswa Jain University itu mengaku senang lantaran bisa menikmati penganan lokal.
“Iya saya senang bisa makan makanan Indonesia yang enak. Sambil perbaikan gizi juga,” kata pria asal Medan itu.
Sementara, bagi Lilis pemilik rumah, dia mengaku senang lantaran banyak orang yang datang. Sehingga suasana lebaran terasa sakral dan penuh berkah.
“Lebaran ini suasananya terasa ya, karena banyak yang datang dan ramai. Ada teman-teman WNI dan mahasiswa juga. Ini persiapan masak-masaknya satu minggu sebelum lebaran. Sharing is caring,” tutupnya.
*) penulis merupakan mahasiswi MSc Digital Society International Institute of Information Technology-Bangalore.