Home » News » “Wicked”, Representasi, Kritik Sosial, dan Dekonstruksi Stereotip

“Wicked”, Representasi, Kritik Sosial, dan Dekonstruksi Stereotip

Bincang Perempuan

News

Film Wicked 2024 Representasi, Kritik Sosial, dan Dekonstruksi Stereotip

Bincangperempuan.com- Diadaptasi dari musikal Broadway populer, Wicked (2024), kembali memikat perhatian publik dengan pesan mendalam yang relevan bagi isu-isu kontemporer. Mengangkat narasi yang berakar pada novel karya Gregory Maguire, film ini menawarkan perspektif baru tentang cerita klasik The Wizard of Oz.

Dari sudut pandang gender, Wicked tidak hanya menyajikan kisah persahabatan dan perjuangan, tetapi juga mengkritik konstruksi sosial yang sering kali membebani perempuan.

Cerita Wicked berpusat pada dua karakter utama perempuan, Elphaba dan Glinda, yang memiliki latar belakang dan kepribadian kontras.

Elphaba, yang nantinya dikenal sebagai Wicked Witch of the West, adalah sosok yang sejak awal dikucilkan karena warna kulit hijaunya. Ia menjadi simbol perempuan yang dianggap “berbeda” dan ditolak oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan standar kecantikan yang dominan.

Sebaliknya, Glinda, yang dikenal sebagai Good Witch, digambarkan sebagai sosok ideal yang memenuhi ekspektasi kecantikan dan citra sosial.

Melalui dua karakter ini, film Wicked mengupas bagaimana perempuan sering kali dinilai berdasarkan penampilan luar, dan bagaimana hal itu memengaruhi cara mereka diperlakukan. Glinda dengan mudah diterima oleh masyarakat karena pesona dan penampilannya, sedangkan Elphaba harus berjuang melawan stigma dan diskriminasi. Situasi ini mencerminkan realitas sosial di mana perempuan sering kali dihakimi lebih keras berdasarkan standar kecantikan patriarki.

Baca juga: Drakor ‘Queen of Tears’, Kritik Patriarki dan Berbagai Hal Penting bagi Perempuan

Dekonstruksi stereotip: siapa yang sebenarnya jahat?

Salah satu aspek paling menonjol dari Wicked adalah upayanya untuk mendekonstruksi stereotip klasik tentang “penyihir jahat.” Dalam The Wizard of Oz, Wicked Witch of the West digambarkan sebagai karakter antagonis tanpa latar belakang atau motivasi yang jelas.

Namun, Wicked mengubah narasi ini dengan menjelaskan bahwa “kejahatan” Elphaba adalah hasil dari diskriminasi sistemik yang ia alami sepanjang hidupnya.

Film ini mengajak penonton untuk mempertanyakan konsep “kebaikan” dan “kejahatan” yang selama ini dikonstruksi oleh masyarakat. Dalam konteks gender, hal ini relevan dengan cara perempuan sering kali dilabeli negatif hanya karena mereka menolak untuk mematuhi norma-norma tradisional. Elphaba melambangkan perempuan yang berani menentang status quo, bahkan jika itu berarti harus menghadapi stigma sebagai “jahat” atau “tidak patuh.”

Persahabatan perempuan: solidaritas dan konflik

Hubungan antara Elphaba dan Glinda menjadi pusat emosional cerita Wicked. Meski memiliki perbedaan pandangan, latar belakang, dan tujuan hidup, keduanya membentuk persahabatan yang kompleks. Dalam konteks gender, dinamika ini menggambarkan realitas hubungan antara perempuan yang sering kali dipengaruhi oleh tekanan sosial.

Glinda, yang pada awalnya menikmati statusnya sebagai “Good Witch,” lambat laun mulai mempertanyakan pilihannya setelah melihat ketidakadilan yang dialami Elphaba. Transformasi karakter Glinda menunjukkan bahwa solidaritas antarperempuan dapat menjadi kekuatan yang besar dalam melawan sistem yang menindas. Hubungan ini juga menyoroti pentingnya memahami perbedaan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, meski menghadapi konflik.

Baca juga: Fair Play: Potret Patriarki dan Misogini yang Dihadapi Perempuan

Kritik terhadap patriarki dan standar kecantikan

Wicked juga menawarkan kritik tajam terhadap standar kecantikan patriarki. Dalam film ini, Elphaba tidak hanya dikucilkan karena pandangannya yang progresif, tetapi juga karena fisiknya yang tidak sesuai dengan standar kecantikan konvensional. Sebaliknya, Glinda menerima keuntungan sosial karena memenuhi ekspektasi tersebut.

Hal ini mencerminkan bagaimana perempuan dalam kehidupan nyata sering kali dihadapkan pada tekanan untuk tampil “sempurna” demi diterima oleh masyarakat. Film ini mengingatkan penonton bahwa kecantikan sejati bukanlah tentang penampilan, melainkan tentang keberanian untuk menjadi diri sendiri dan memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini.

Pesan yang disampaikan oleh Wicked sangat relevan dengan isu-isu gender saat ini. Era di mana perempuan semakin berani menyuarakan ketidakadilan dan menuntut kesetaraan, film ini menjadi refleksi tentang pentingnya melawan narasi yang merugikan.

Elphaba adalah simbol perempuan yang memilih untuk melawan meski menghadapi risiko besar, sementara Glinda menggambarkan proses transformasi seseorang yang menyadari pentingnya solidaritas dan keberanian.

Selain itu, film ini juga menyoroti bagaimana masyarakat sering kali lebih memilih untuk menyalahkan individu yang “berbeda” daripada memperbaiki sistem yang bermasalah. Pesan ini relevan dalam berbagai konteks, termasuk perjuangan perempuan melawan ketidaksetaraan gender, diskriminasi, dan stereotip.

Wicked adalah lebih dari sekadar cerita fantasi; film ini adalah alegori tentang perjuangan melawan ketidakadilan dan dekonstruksi stereotip yang merugikan. Dalam konteks gender, film ini berhasil menunjukkan kompleksitas hubungan perempuan, kritik terhadap patriarki, dan pentingnya keberanian untuk melawan stigma.

Narasi yang emosional dan pesan yang mendalam, Wicked menjadi karya yang relevan bagi penonton dari berbagai latar belakang. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi penonton untuk merenungkan isu-isu sosial yang dihadapi perempuan di dunia nyata. Dalam dunia yang masih sering kali tidak adil, Wicked mengingatkan kita, BPer’s bahwa perubahan dimulai dari keberanian untuk menentang status quo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Care Worker

Komnas Perempuan: Bahas dan Sahkan RUU PPRT

Policy Brief: Perempuan Adat Menghadapi Perubahan Iklim di Provinsi Bengkulu

Pemenuhan Hak Perempuan dalam Bencana

Pemenuhan Hak Perempuan dalam Situasi Bencana Masih Belum Ideal

Leave a Comment