Bincangperempuan.com– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa kanker payudara memiliki jumlah kasus baru terbanyak pada tahun 2022. Angkanya mencapai 2,26 juta penderita. Penyakit ini juga menjadi kanker dengan kasus kematian terbanyak kelima, yakni sebesar 685.000 jiwa. Peluang sembuh sesungguhnya akan semakin besar jika deteksi dilakukan sedari awal. Sayangnya, kesadaran untuk pemeriksaan dini ini masih begitu rendah.
Kanker payudara sendiri adalah jenis tumor ganas yang berkembang pada sel-sel payudara. Sel-sel dalam jaringan payudara tumbuh secara tidak terkendali lalu berakumulasi hingga membentuk gumpalan. Ini terjadi di kelenjar yang menghasilkan susu atau di saluran yang membawa air susu. Dapat juga terbentuk pada jaringan lemak ataupun jaringan ikat payudara. Sel-sel abnormal tersebut mengambil alih jaringan payudara yang sehat, bahkan pada stadium lanjut bisa menyebar melalui kelenjar getah bening menuju organ tubuh yang lain. Penyakit ini bisa juga menyerang laki-laki walaupun lebih banyak terjadi pada perempuan.
Di Indonesia, kasus kanker payudara pada tahun 2018 mencapai 16,7% dari seluruh kasus kanker baru. Jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit ini mencapai lebih dari 22.000 kasus. Penyakit ini menjadi penyebab kematian kedua paling banyak pada katagori kanker setelah kanker paru-paru.
Baca juga: Pentingnya Consent dalam Pelaksanaan Body Checking
Tingginya angka kematian tersebut disebabkan oleh deteksi yang terlambat. Sekitar 70% kasus di Indonesia baru terdeteksi saat sudah masuk pada stadium lanjut. Padahal, 43% kematian akibat kanker payudara ini bisa dicegah jika kanker ditemukan pada stadium awal.
Ciri-ciri munculnya kanker
Ada beberapa perubahan payudara yang dapat dideteksi secara mandiri karena kondisinya yang khas. Apabila mengalami satu atau lebih ciri-ciri berikut, segera jalani pemeriksaan lebih lanjut.
- Ada benjolan tidak wajar
Benjolan ini bisa terjadi di area payudara hingga ketiak. Teksturnya agak keras, tetapi lunak. Biasanya tidak terasa sakit apabila ditekan. Bentuknya pun tidak teratur. Ketika benjolan ini berkembang, biasanya akan menjadikan perbedaan ukuran yang tidak wajar antara payudara kiri dan kanan. Sisi payudara yang lebih besar ini juga akan terlihat melorot atau turun.
- Keluar cairan dari puting
Cairan ini bisa berwarna hijau, kemerahan, keruh mirip susu, atau bening. Teksturnya bisa encer maupun kental. Kondisi ini kerap diikuti dengan kondisi puting yang tertarik ke dalam. Meski begitu, gejala ini tidak selalu mengindikasikan kanker. Bisa jadi infeksi, tiroid, bahkan efek samping dari pil KB.
- Perubahan tekstur kulit payudara
Hal ini disebabkan oleh sel-sel abnormal yang menyerang kulit payudara sehingga meradang dan berubah. Kulit payudara menebal dan tampak berlesung seperti kulit jeruk. Kulit jadi begitu kering, bahkan bersisik. Selain tekstur yang berubah, ada rasa gatal yang mengikuti karena terjadinya peradangan. Pada beberapa kondisi, juga terdapat perubahan warna menjadi ungu mirip memar, kebiruan, atau merah.
Baca juga: Tubuh Perempuan saat Masa Menopause
Setiap perempuan perlu melakukan pemeriksaan payudara mandiri di rumah secara berkala. Ini bisa dilakukan seminggu setelah akhir menstruasi ataupun hari kesepuluh dari hari pertama haid. Untuk mereka yang menopause, dapat dilakukan pemeriksaan tiap bulan pada waktu yang sama. Seseorang hanya perlu berhadapan dengan cermin untuk melihat kesimetrisan payudara maupun perubahan kulitnya. Lalu lakukan perabaan payudara yang diikuti dengan gerakan memutar secara perlahan. Perabaan juga dapat dilakukan pada ketiak untuk mencari pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan secara klinis
Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter, bidan, maupun petugas kesehatan lainnya yang sudah terlatih. Sebelum menjalaninya, pasien akan mengisi lembar mengenai consent setelah mendapatkan penjelasan soal tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
Ada berbagai pilihan pemeriksaan klinis. Penentuannya dilakukan oleh pasian sendiri setelah memperoleh informasi yang lengkap soal manfaat dan risiko yang mungkin mengikuti. Pemeriksaan klinis yang paling umum adalah mamografi, USG, dan MRI payudara.
- Mamografi
Pemeriksaan radiologi ini menggunakan foto X-Ray. Nantinya, selama beberapa menit, payudara akan ditekan menggunakan dua plat plastik. Prosedur ini disarankan untuk mereka yang berusia di atas 35 tahun karena pada usia lanjut, payudara sudah dipenuhi dengan jaringan lemak dan bukan lagi kelenjar susu seperti saat masih muda. Mamografi tidak disarankan untuk ibu hamil karena berpotensi mengganggu perkembangan janin. Begitu pula dengan ibu menyusui karena prosedur penekanan yang dilakukan justru akan menyakitkan.
- USG
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk menciptakan gambar dari bagian dalam payudara. USG memungkinkan seseorang mengetahui jenis dan lokasi benjolan payudara. Prosedur ini jadi alternatif dari mamografi yang bisa membahayakan pasien karena radiasi. Namun, prosedur ini tidak dapat mendeteksi tanda-tanda awal dari kanker payudara.
- MRI payudara
Magnetic resonance imaging ini merupakan prosedur yang dilakukan bersamaan dengan tes pencitraan lainnya. Proses ini menghasilkan gambar yang detail sehingga dapat digunakan untuk mengetahui stadium perkembangan kanker dan mencari tumor lain di payudara. Tes ini memerlukan waktu 30 menit sampai 1 jam.
Biaya pengobatan kanker payudara memang bervariasi. Hal ini bergantung dengan dokter, kebutuhan terapi, sampai fasilitas yang digunakan. Namun, deteksi dini akan menekan biaya pengobatan yang harus dikeluarkan. Deteksi dini sebagai pembuktian diagnosis kanker payudara saat stadium awal juga meningkatkan tingkat kesembuhan pasien. (**)