Bincangperempuan.com- Kasus HIV/AIDS di Provinsi Bengkulu cukup tinggi. Menurut data Dinkes Kota Bengkulu mencatat per Agustus 2023 terdapat 76 kasus orang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kota Bengkulu. Di tahun 2022, terdapat 114 kasus HIV di Kota Bengkulu, dari jumlah tersebut enam orang di antaranya meninggal dunia.
Tingginya kasus HIV di Bengkulu disebabkan karena pola pergaulan anak muda engan rentan umur 15-30 tahun yang bebas dan tidak menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual.
“Selama 2023 tim Dinkes Kota Bengkulu menemukan 76 kasus warga terinfeksi HIV,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bengkulu Sri Martiana di Kota Bengkulu, dikutip dari Republika, Kamis (26/10/2023).
Mengutip data dari Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu terhitung sejak Januari 2022 hingga Agustus 2023 ditemukan 275 kasus HIV/AIDS di Provinsi Bengkulu.
“Terus bergonta-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom hal inilah yang menyebabkan cepatnya penularan virus HIV,” kata Nurindah Astiani, Duta HIV AIDS Provinsi Bengkulu.
Baca juga: Perempuan Lebih Rentan Jadi Korban Kejahatan Digital
“Seharusnya mereka tidak boleh berganti-ganti pasangan (harus setia kepada pasangan) dan tidak boleh melakukan hubungan seksual sebelum menikah,” lanjutnya.
Indah- sapaan akrabnya- mengatakan, dampak buruk yang kerap dirasakan penderita HIV adalah dikucilkan oleh lingkungan.
“Menjadikan pertemanan mereka tidak lagi banyak,” ungkapnya.
Dampak buruk tersebut, lanjut Indah, juga turut dirasakan perempuan penderita HIV/AIDS, karena perempuan tersebut berisiko untuk menularkan pada pasangan hingga anaknya. Hal ini disebabkan karena air susu ibu dan transfusi darah merupakan salah satu cara penularan virus HIV.
“Dikarenakan ketika anak bayi menghisap puting ibu dan puting tersebut berdarah terjadilah transfusi darah yang mengakibatkan penularan HIV,” jelasnya.
Upaya sosialisasi terkait pencegahan HIV/AIDS sudah dilakukan Indah bersama rekannya di Ikatan Duta HIV/AIDS Provinsi Bengkulu. Hal itu dilakukan di sekolah-sekolah SMA yang ada, diantaranya MAN Bengkulu Tengah, SMAN 2 Kota Bengkulu, SMAN 3 Kota Bengkulu, MAN 1 Kota Bengkulu, SMAN 6 Kota Bengkulu, serta ada SMAN dari Kaur juga. Indah dan rekannya menjelaskan cara penularan dan penyebaran virus HIV menjadi penyakit AIDS dan mendorong untuk anak muda yang sudah terlanjur terjerumus ke pergaulan bebas untuk mengecek ke rumah sakit kondisi kesehatannya.
Penuntasan kasus HIV/AIDS membutuhkan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, Indah berharap Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu dan Dinas Kesehatan di seluruh kabupaten kota di Provinsi Bengkulu untuk lebih peka dan peduli terhadap orang dengan HIV (ODHIV) atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak dikucilkan di masyarakat serta peran aktif pihak rumah sakit untuk melindungi identitas penderita HIV/AIDS.
“Jangan sampai mereka merasa terkucilkan oleh lingkungan sekitar sampai terjadi bully, serta kami juga mengharapkan pihak rumah sakit yang ada tes HIV tetap merahasiakan mengenai korban yang sudah terkena penyakit tersebut,” ujarnya.
Oleh karena itu, Indah menyerukan kepada semua orang, khususnya anak muda untuk melakukan pencegahan penularan virus HIV. Salah satu metode pencegahan yang dikampanyekan Kementerian Kesehatan RI yakni dengan metode “ABCDE.”
Metode ini merupakan singkatan untuk tindakan dimana Abstinence atau absen dari hubungan seks yang tidak aman bagi yang belum menikah. Be faithful atau setia kepada satu pasangan seks dan tidak berganti-ganti pasangan. Condom atau melakukan hubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom. Drug no atau menghindari penggunaan narkoba, khususnya yang dikonsumsi dengan jarum suntik. Education atau pemberian edukasi dan informasi yang benar tentang HIV, termasuk cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya.
Baca juga: Menanti Keadilan dalam Kasus Pencabulan Dua Anak di Baubau
Cara menangkal virus HIV
Jika terlanjur terkena virus HIV ada beberapa cara menangkal agar virus HIV tidak berkembang menjadi penyakit AIDS.
1. PEP (Post Exposure Prophylaxis)
Jika Anda negatif HIV tapi telah melakukan perilaku beresiko atau merasa terpapar HIV (misal mengalami pemerkosaan), hal paling pertama yang harus dilakukan adalah mengonsumsi obat PEP. PEP (Post Exposure Prophylaxis) adalah obat-obatan darurat yang dapat menurunkan resiko infeksi HIV hingga 90 persen. Obat PEP juga bisa menghentikan penyebaran virus HIV di dalam tubuh. Akan tetapi, PEP harus dilakukan sesegera mungkin setelah terpapar virus HIV.
PEP sebaiknya dikonsumsi dalam kurun waktu 36 jam dan tidak lebih dari 72 jam (3 hari) setelah merasa terpapar HIV. Namun menurut Departemen Kesehatan New York, PEP idealnya dikonsumsi dalam kurun waktu 2 jam setelah terpapar HIV agar obat bisa lebih efektif. Semakin cepat mengonsumsi obat PEP, maka resiko infeksi dan penyebaran HIV di dalam tubuh akan semakin kecil. Obat PEP bisa didapatkan di rumah sakit atau melalui resep dokter. Obat PEP harus dikonsumsi setiap hari selama 28 hari. Setelah selesai, lakukan tes untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus HIV di dalam tubuh.
2. Segera lakukan tes
Satu-satunya cara untuk mendeteksi virus HIV adalah dengan melakukan tes HIV yang tersedia di berbagai fasilitas kesehatan. Biasanya HIV tidak bisa langsung terdeteksi dan butuh waktu hingga 3 bulan setelah seseorang melakukan perilaku beresiko. Apabila Anda merasa telah terpapar HIV dan hasil tesnya negatif, coba lakukan tes HIV lagi 3 bulan kemudian. Jika dinyatakan positif HIV, segera berkonsultasi dengan dokter mengenai pengobatan yang harus dilakukan.
Pengobatan untuk HIV saat ini adalah antiretroviral therapy (ART). HIV sebenarnya tidak bisa disembuhkan. Perawatan dengan obat antiretroviral (ARV) hanya bertujuan untuk menurunkan jumlah virus seminimal mungkin dalam darah sehingga tidak berkembang menjadi AIDS Jika jumlah virus dapat ditekan, maka ODHA bisa tetap sehat dan menjalani aktivitas normal. Namun pengobatan ARV harus dilakukan seumur hidup untuk mencegah perkembangbiakan HIV.(**)