Home » News » Bagaimana Perempuan Indonesia Menjalani Masa Menopause?

Bagaimana Perempuan Indonesia Menjalani Masa Menopause?

Bincang Perempuan

News

Perempuan yang mulai mengalami menopause menghadapi berbagai tantangan fisik, psikologis dan seksual. Tantangan-tantangan ini membuat perempuan membutuhkan perawatan yang khusus untuk mempersiapkan mereka menghadapi masa transasi atau perubahan mendasar dari akhir dari masa reproduksi mereka.

Di Indonesia, pembahasan ini mempengaruhi jutaan perempuan, namun sayangnya  tidak termasuk dalam daftar prioritas kesehatan.Kampanye nasional tentang menopause masih jarang dilakukan. Biasanya penyedia layanan kesehatan independen dan kelompok advokasi yang lebih sering berkampanye tentang hal ini.

Pembicaraan mengenai menopause di kalangan perempuan Indonesia dibentuk oleh faktor budaya, sosial, dan agama. Hal ini memengaruhi seberapa terbukanya mereka membicarakannya dan apakah mereka melihatnya sebagai tantangan, masalah, atau transisi yang normal. Kesehatan menopause tidak selalu ditangani dengan baik, terutama di daerah-daerah terpencil dengan infrastruktur medis yang minim.

HRT yang terbatas

Meskipun sistem layanan kesehatan Indonesia menawarkan Terapi Penggantian Hormon (HRT) di beberapa rumah sakit dan klinik, namun penggunaannya masih terbatas.

HRT untuk perempuan menopause melibatkan penggunaan estrogen dan kadang-kadang progestin untuk meringankan gejala seperti hot flashes dan mencegah osteoporosis, tetapi memiliki risiko seperti kanker payudara dan penyakit kardiovaskular.

Sebuah model baru, yang dikembangkan dengan tujuan untuk memberdayakan perempuan Indonesia selama masa menopause dengan membantu mereka menghadapi tantangan fisik, seksual, dan psikologis yang muncul seiring dengan bertambahnya usia, dapat menjadi sebuah pengubah keadaan.

Inisiatif layanan kesehatan di Indonesia yang berkaitan dengan menopause kemungkinan besar akan dimasukkan dalam kampanye kesehatan perempuan secara umum atau program kesehatan geriatri yang lebih besar.

Baca juga: Konten Kreator, Rentan Jadi Korban, Mau Lapor Takut Percuma

Treatment lainnya

Untuk gejala-gejala seperti perubahan suasana hati dan hot flashes, terapi non-hormonal juga merupakan pilihan.Untuk terapi non-hormonal gejala menopause seperti perubahan suasana hati dan hot flashes, pilihannya meliputi perubahan gaya hidup (seperti olahraga teratur dan manajemen stres), terapi perilaku kognitif (CBT) dan obat-obatan seperti penghambat reuptake serotonin selektif atau gabapentin, yang dapat membantu mengatasi gejala-gejala ini tanpa menggunakan hormon.

Namun demikian, upaya-upaya kesehatan pemerintah tidak terlalu gencar mempromosikannya Kementerian Kesehatan sesekali menyertakan informasi mengenai menopause dalam materi pendidikan kesehatan, namun hal ini jarang sekali dilakukan dalam kampanye berskala nasional.

Prioritas kesehatan nasional hanya memberikan sedikit perhatian pada kesehatan menopause karena kementerian berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan penyakit menular, malnutrisi, kehamilan dan kesehatan anak. Akibatnya, para profesional kesehatan, peneliti, dan kelompok-kelompok advokasi kesehatan perempuan di Indonesia telah memulai upaya independen mereka sendiri untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang menopause dan isu-isu kesehatan yang berkaitan, dengan fokus pada kebidanan dan keperawatan kesehatan ibu dan anak.

Model perawatan baru

Sebuah model perawatan anti aging yang dikembangkan oleh Fakultas Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta, sedang mengupayakan dapat membantu para perempuan di Indonesia untuk menciptakan strategi jangka panjang untuk menjaga kesehatan mereka seiring bertambahnya usia, selain untuk mengelola gejala.

Perawatan ini juga menekankan nilai dari inisiatif dan pendidikan berbasis komunitas seperti promosi kesehatan dan bantuan untuk perempuan dan tenaga kesehatan. Model ini mendukung berbagai penyesuaian gaya hidup. Seperti (1) Penekanan pada konsumsi makanan seimbang yang kaya akan kalsium, vitamin D, dan mineral penting lainnya untuk mendukung kesehatan tulang dan kesehatan secara keseluruhan, (2) Sering melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi risiko osteoporosis, penambahan berat badan, dan penyakit kardiovaskular, yang kesemuanya dapat memburuk setelah menopause. Kemudian (3), Intervensi non-farmakologis seperti teknik relaksasi dan teknik mengurangi stres, serta pengobatan herbal seperti jamu, ramuan herbal yang berasal dari istana-istana di Jawa lebih dari 1.300 tahun yang lalu.

Model ini juga membahas isu-isu kesehatan mental dengan rekomendasi agar para perempuan dapat bergabung dengan kelompok-kelompok pendukung atau mencari konseling. Mereka juga dibekali dengan teknik-teknik seperti perhatian penuh, meditasi, dan terapi perilaku kognitif untuk membantu mengatasi tekanan emosional dan perubahan suasana hati.

Selain itu, keintiman dapat dipengaruhi oleh perubahan menopause. Cara untuk mengatasi masalah ini termasuk pendidikan seks, perawatan non-hormonal untuk kekeringan dan ketidaknyamanan pada vagina, serta konseling hubungan.

Baca juga:Perempuan dan Fenomena Glass Ceiling di Dunia Kerja  

Memberdayakan perempuan

Dengan meningkatkan pengetahuan dan efikasi diri wanita, model ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang tepat, yang mengarah pada otonomi yang lebih besar dan pendekatan proaktif terhadap kesehatan selama masa menopause.

Model ini tidak hanya berfokus pada penanganan gejala menopause. Model ini mempromosikan strategi kesehatan preventif dan jangka panjang serta menawarkan sistem dukungan yang berharga dengan mendorong perubahan gaya hidup, pemberdayaan psikologis, dan manajemen diri.

Dengan mendorong perubahan gaya hidup yang bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan, seperti olahraga, nutrisi, dan kesejahteraan mental, model ini membantu wanita mempertahankan kualitas hidup mereka dengan baik setelah menopause, sehingga mendorong penuaan yang sehat.

Program nasional yang komprehensif yang berfokus pada kesehatan menopause dapat meningkatkan akses perempuan pedesaan terhadap sumber daya dan layanan kesehatan pada khususnya.

Dengan menggabungkan manfaat dari model-model perawatan penuaan dengan dukungan pemerintah dan non-pemerintah yang lebih luas, wanita Indonesia dapat menerima perawatan komprehensif yang membantu mereka mengelola menopause dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. (Irna Nursanti  dan Dewi Anggraini, keduanya adalah Dosen Keperawatan Maternitas dan Kesehatan Wanita, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta)

*) Artikel ini diterjemahkan dari How Indonesian women are charting a course through menopause yang sudah tayang terlebih dahulu di 360info.org

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Stop Pelecehan Di Ruang Private dan Publik

Green Jobs: Peluang Kerjanya Anak Muda untuk Indonesia Lebih Bersih

Otoritarianisme Membahayakan Keamanan Jurnalis di Indonesia

Otoritarianisme Membahayakan Keamanan Jurnalis di Indonesia

Leave a Comment