Home » News » Generasi Sandwich dan Pembelajaran dari Film Home Sweet Loan

Generasi Sandwich dan Pembelajaran dari Film Home Sweet Loan

Retno Wahyuningtyas

News

Generasi Sandwich dan Pembelajaran dari Film Home Sweet Loan

Bincangperempuan.com- Fenomena generasi sandwich kini semakin relevan di Indonesia, terutama bagi mereka yang harus menanggung beban tanggung jawab ganda; merawat orang tua dan mendukung anak-anak atau keluarga sendiri.

Salah satu representasi dari kondisi ini hadir melalui film Home Sweet Loan, yang sangat relatable dengan kehidupan sehari-hari para generasi sandwich. Film yang tayang pada 26 September 2024 ini, dibintangi oleh Yunita Siregar dan telah menarik perhatian di platform media sosial seperti TikTok dan X (dulu Twitter).

Apa itu generasi sandwich?

Generasi sandwich merujuk pada kelompok orang dewasa yang harus menanggung dua lapis tanggung jawab sekaligus. Di satu sisi, mereka merawat orang tua yang semakin tua dan membutuhkan dukungan baik finansial maupun emosional. Di sisi lain, mereka juga bertanggung jawab atas keluarga inti, seperti anak-anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.

Seperti sandwich yang terjepit di antara dua lapisan roti, generasi ini berada di tengah-tengah beban yang cukup berat, sering kali mengalami kelelahan secara fisik, mental, dan finansial.

Di Indonesia, fenomena generasi sandwich semakin marak, terutama dengan budaya patriarki yang masih kental. Budaya ini menuntut anak-anak, terutama anak perempuan, untuk lebih berperan aktif dalam merawat orang tua. Sementara itu, laki-laki dalam keluarga seringkali diistimewakan dan tidak mendapatkan tekanan tanggung jawab yang sama. Hal ini menciptakan beban ganda yang dirasakan oleh perempuan, menjadikannya “penopang” utama dalam keluarga.

Baca juga: Stop Pelecehan Di Ruang Private dan Publik

Home Sweet Loan dan Generasi Sandwich

Film Home Sweet Loan bercerita tentang Kaluna, seorang wanita muda yang merupakan anak bungsu dalam keluarganya. Dia baru saja memulai karier sebagai pegawai kantoran dan memiliki impian besar untuk membeli rumah sendiri. Kaluna tidak hanya ingin memiliki tempat tinggal yang lebih nyaman, tetapi juga ingin membebaskan dirinya dari kondisi rumah yang dihuni oleh tiga kepala keluarga sekaligus. Namun, seperti generasi sandwich pada umumnya, Kaluna harus menghadapi dilema antara memenuhi impian pribadinya atau mengorbankan kebutuhan tersebut demi keluarganya.

Sama seperti banyak generasi sandwich di kehidupan nyata, Kaluna berusaha mencari solusi untuk mencapai impiannya. Dia mengambil pekerjaan sampingan, menekan pengeluaran hingga seminimal mungkin, bahkan berusaha mendapatkan pinjaman dari kantornya meskipun gajinya belum mencapai dua digit. Namun, impiannya untuk memiliki rumah terasa jauh dari kenyataan, terutama ketika tekanan dari keluarga semakin meningkat.

Kaluna menggambarkan perjuangan seorang generasi sandwich yang harus menunda banyak keinginan pribadinya demi keluarga. Bahkan saat ia berhasil menabung hingga Rp330 jut, ia menghadapi dilema ketika keluarganya membutuhkan bantuan finansial. Di film ini, Home Sweet Loan menunjukkan realitas pahit yang dihadapi generasi sandwich, di mana mereka sering kali harus memilih antara mewujudkan impian pribadi atau mendahulukan kebutuhan keluarga.

Beban Generasi Sandwich

Beban yang dihadapi oleh generasi sandwich seperti Kaluna sangat kompleks dan melibatkan berbagai aspek kehidupan, mulai dari finansial hingga emosional.  Generasi sandwich, seperti yang digambarkan dalam film Home Sweet Loan, sering kali menghadapi tantangan finansial yang berat. Mereka harus mengelola pendapatan yang terbatas untuk mencukupi kebutuhan pribadi, keluarga inti, serta orang tua. Kaluna, misalnya, harus berusaha keras mengumpulkan dana untuk membeli rumah, tetapi pada saat yang sama, ia juga merasa terbeban untuk membantu keluarga yang sedang kesulitan ekonomi.

Tidak hanya dari segi keuangan, beban emosional yang dirasakan oleh generasi sandwich juga cukup signifikan. Mereka sering kali berada dalam tekanan untuk memenuhi ekspektasi keluarga, sekaligus menghadapi perasaan bersalah jika tidak mampu memberikan yang terbaik. Kaluna dalam film ini menunjukkan bagaimana tekanan emosional bisa sangat besar ketika dihadapkan dengan pilihan antara impian pribadi dan tanggung jawab keluarga.

Generasi sandwich sering kali kekurangan waktu untuk diri mereka sendiri. Dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarga dan orang tua, mereka harus mengorbankan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk self-care atau mengejar kebahagiaan pribadi. Kaluna, yang harus bekerja keras untuk menabung sambil merawat keluarganya, jarang memiliki waktu untuk bersenang-senang atau menikmati kehidupan.

Di Indonesia, tekanan sosial dan budaya memainkan peran besar dalam memperparah kondisi generasi sandwich. Seperti yang diungkapkan dalam film ini, Kaluna dihadapkan pada ekspektasi bahwa sebagai anak perempuan, ia harus lebih bertanggung jawab dalam mengurus keluarganya. Pola asuh tradisional yang mengutamakan anak laki-laki sering kali membuat anak perempuan merasa terbebani dengan tugas-tugas tambahan, seperti merawat orang tua atau menyokong keluarga secara finansial.

Baca juga: Perempuan Menghadapi Ketidakadilan Pembangunan dan Krisis Ekologi

Cara menghindari menjadi Generasi Sandwich

Meski tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich cukup berat, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi beban atau bahkan menghindari menjadi bagian dari generasi ini.  Salah satu cara paling efektif untuk menghindari menjadi generasi sandwich adalah dengan melakukan perencanaan keuangan yang baik sejak dini.  Memiliki tabungan, asuransi, dan investasi yang tepat, seseorang dapat lebih siap menghadapi situasi darurat, termasuk tanggung jawab merawat orang tua.

Biasakan untuk melakukan diskusi terbuka dengan keluarga, termasuk orang tua dan pasangan, tentang tanggung jawab yang akan dihadapi bisa membantu mencegah beban yang terlalu besar. Dalam film Home Sweet Loan, Kaluna pada akhirnya berhasil berbicara dengan ayahnya, yang kemudian menolak uang yang telah ia kumpulkan karena merasa tidak tega melihat perjuangannya. Ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang terbuka agar semua pihak memahami situasi yang ada.

Selain merawat orang tua, generasi sandwich juga harus memastikan bahwa anak-anak mereka siap mandiri. Dengan menanamkan nilai-nilai kemandirian dan tanggung jawab sejak dini, generasi mendatang tidak perlu merasakan beban yang sama.

Lesson Learned dari Home Sweet Loan

Beberapa hal menarik yang bisa dilihat dari film Home Sweet Loan  adalah kita menjadi menyadari jika Kaluna adalah kita semua, seorang anak yang dihadapkan dengan situsasi untuk “tumbuh dan berkembang sesuai impian sendiri” atau “tumbuh bersama keluarga dengan segala problematika yang harus diatasi bahkan dengan mengorbankan diri sendiri”.

Konsekuensi tinggal bersama keluarga saat dewasa adalah berhadapan dengan beban lahir dan batin. Sehingga butuh pengelolaan psikologis yang baik, termasuk mempertimbangkan untuk memendam semua kesulitan sendiri atau mengungkapkan beban mental secata asertif.

Pengasuhan tradisional yang kental dengan budaya patriarki, adalah pola pengasuhan yang tidak lagi relevan diterapkan. Karena mengutamakan anak laki-laki dan mendiskriminasi anak perempuan. Akibatnya, anaka laki-laki dapat tumbuh sebagai anak yang manja, cenderung mencari jalan pintas yang terus melibatkan orang tua, dan tidak mampu mengatasi persoalannya sendiri.

Sebaliknya, anak perempuan “dituntut” untuk lebih mampu berdaya saing, tanpa perhatian penuh, cenderung dibiarkan untuk mengatasi persoalan hidup sendiri. Menyebabkan anak perempuan kebingungan mencari “sandaran” lahir batin atau kehilangan sosok mengayomi yang seharusnya dilakukan oleh orang tua.

Kaluna mengajarkan kita untuk berdamai dan berkompromi dengan situasi. Kaluna konsisten pada impiannya, meskipun dilabeli sebagai orang yang “hemat” dan “pelit” pada hidupnya tetapi, Kaluna tidak peduli. Beruntungnya, Kaluna menemukan teman-teman baik yang menemani masa sulitnya.

Kesulitan hidup membuat Kaluna menjadi “matang” dalam menjalain proses kehidupan. Walau perih, pada akhirnya perjuangan akan menemukan kesuksesannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

“Lean In” Membongkar Mitos dan Menggebrak Langit-langit Kaca

Publishers Rights Dorong Ekosistem Bisnis Media Lebih Baik

Penerapan Teknologi AI pada Industri Kecantikan

Leave a Comment