Home » News » Shadowban: Saat Akunmu Dibisukan Tanpa Pemberitahuan

Shadowban: Saat Akunmu Dibisukan Tanpa Pemberitahuan

Ais Fahira

News, Teknologi

Shadowban Saat Akunmu Dibisukan Tanpa Pemberitahuan

Bincangperempuan.com- B’Pers, pernahkah kamu merasa jangkauan akun media sosialmu tiba-tiba menurun drastis? Mungkin biasanya postinganmu mendapatkan banyak interaksi, tetapi belakangan ini jumlah like, komentar, dan share anjlok tanpa alasan yang jelas. Atau, pernahkah kamu mengunggah sesuatu yang menurutmu biasa saja, tetapi malah tidak bisa dipublikasikan karena dianggap melanggar kebijakan platform?

Kalau pernah mengalami hal seperti itu, besar kemungkinan kamu terkena shadowban!

Kasus shadowban bukan hanya terjadi pada individu biasa, tetapi juga pada konten yang membahas isu sosial atau politik. Contohnya, film dokumenter Dirty Vote yang sempat ramai dibicarakan karena tidak muncul di kolom pencarian meskipun banyak orang mencarinya. Fenomena ini juga bisa dikategorikan sebagai shadowban.

Tapi sebenarnya, apa itu shadowban? Kenapa ini bisa terjadi? Apakah dampaknya selalu buruk, atau ada sisi positifnya?

Apa Itu Shadowban?

Melansir dari The Washington Post, istilah “shadowban” mulai populer sekitar tahun 2017 untuk menggambarkan dugaan praktik media sosial yang secara diam-diam menyembunyikan konten pengguna tanpa memberi tahu mereka.

Beberapa perusahaan teknologi lebih memilih istilah seperti recommendation guidelines atau algorithmic suppression, yang pada dasarnya mengacu pada hal yang sama—konten tertentu tidak sepenuhnya dihapus, tetapi dibuat sulit ditemukan oleh pengguna lain.

Jadi, shadowban adalah strategi yang digunakan platform media sosial untuk membatasi jangkauan konten atau akun pengguna tanpa memberi pemberitahuan resmi. Kontenmu mungkin masih bisa dilihat oleh pengikutmu, tetapi tidak akan muncul di pencarian, feed orang lain, atau halaman eksplorasi.

Dengan kata lain, akunmu seperti dibisukan di dalam ruang digital tanpa kamu sadari!

Bentuk-Bentuk Shadowban di Media Sosial

Shadowban bisa muncul dalam berbagai bentuk, antara lain:

  • Penurunan Engagement

Jumlah like, komentar, dan share menurun drastis tanpa alasan yang jelas.

  • Konten Tidak Muncul di Feed atau Pencarian

Postingan tidak terlihat di halaman eksplorasi atau hasil pencarian hashtag.

  • Akun Tidak Direkomendasikan

Profil atau konten tidak muncul dalam saran “akun yang mungkin kamu suka.”

Kenapa Shadowban Terjadi?

Tujuannya shadowban bisa beragam, mulai dari mengurangi hoaks, ujaran kebencian, hingga melindungi kepentingan pengiklan. Masing-masing platform media sosial memiliki kebijakan yang berbeda.

Meta, misalnya, mengurangi paparan konten politik karena banyak pengguna menginginkan lebih sedikit eksposur terhadap isu tersebut. Namun, tidak dijelaskan secara rinci kategori “konten politik” yang seperti apa yang dibatasi. Bahkan, sebuah postingan hanya karena menggunakan kata “vote” bisa mengalami penurunan jangkauan drastis.

YouTube menerapkan kebijakan serupa dengan membatasi rekomendasi untuk video yang “nyaris” melanggar aturan, sehingga meskipun tidak dihapus, jangkauannya tetap dikurangi.

Sementara itu, Twitter Files yang diungkap Elon Musk menunjukkan bahwa X menggunakan visibility filtering untuk mengurangi jangkauan akun tertentu, terutama terkait isu sensitif seperti LGBTQ.

Meta dan YouTube justru lebih transparan dalam menyebut kebijakan mereka sebagai borderline content, yakni konten yang mendekati pelanggaran tetapi tetap dibatasi. CEO Meta, Mark Zuckerberg, berpendapat bahwa konten semacam ini harus dikurangi jangkauannya agar tidak viral karena sifatnya yang ekstrem.

Namun, yang menjadi masalah utama dalam shadowban adalah kurangnya transparansi. Sebagai perusahaan swasta, platform berhak menentukan kebijakan mereka sendiri, tetapi jika tanpa kejelasan, pengguna akan bingung dengan mana konten yang diperbolehkan mana yang tidak. 

Baca juga: #KaburAjaDulu: Tagar yang Ramai di Media Sosial, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Apakah Shadowban Selalu Buruk?

B’Pers, meskipun shadowban sering dianggap sebagai bentuk sensor yang membatasi kebebasan berekspresi, ada sisi positifnya juga.

Di satu sisi, shadowban bisa membantu menekan penyebaran hoaks, ujaran kebencian, atau konten yang mengandung kekerasan. Misalnya, platform seperti YouTube menyatakan bahwa mereka membatasi penyebaran konten yang “nyaris” menyebarkan misinformasi, meskipun tidak melanggar kebijakan mereka secara langsung. Atau di TikTok yang membatasi kata-kata dengan unsur kekerasan seperti “pembunuhan” atau “bunuh diri”.

Namun, di sisi lain, shadowban juga bisa merugikan pengguna yang tidak melakukan pelanggaran, terutama ketika algoritma secara otomatis membatasi konten hanya karena mengandung kata-kata tertentu.

Baca juga: “Tobrut” dan “Aura Maghrib” Objektifikasi Perempuan di Media Sosial

Bagaimana Cara Menghindari Shadowban?

Meskipun algoritma media sosial tidak sepenuhnya transparan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena shadowban:

  1. Hindari penggunaan kata-kata sensitif
    • Beberapa kata kunci seperti “vote,” “aborsi,” atau “pembunuh” bisa membuat kontenmu terkena batasan algoritma. Kebanyakan konten kreator mengakalinya dengan mengganti kata sensitif dengan angka misal “4bor5i” atau “p3mbunuh”.
  2. Ikuti Pedoman Komunitas
    • Pastikan konten yang kamu buat tidak melanggar aturan platform, terutama terkait ujaran kebencian, hoaks, atau konten yang dianggap eksplisit.
  3. Gunakan Hashtag dengan Bijak
    • Menggunakan hashtag yang dilarang atau terlalu sering menggunakan hashtag yang sama bisa membuat algoritma menganggap akunmu sebagai spam.
  4. Perhatikan Pola Engagement
    • Jangan melakukan aktivitas yang mencurigakan, seperti spam like atau follow/unfollow dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
  5. Gunakan Platform Alternatif
    • Jika kamu merasa akunmu terkena shadowban, coba gunakan platform lain atau media berbasis komunitas yang lebih terbuka terhadap kebebasan berekspresi.

Pada akhirnya, shadowban memiliki dua sisi. Di satu sisi, ini bisa menjadi alat moderasi yang efektif untuk menjaga platform tetap aman dari konten berbahaya, tetapi di sisi lain, juga bisa dianggap sebagai bentuk sensor yang membungkam suara-suara tertentu tanpa transparansi yang jelas.

Sebagai pengguna, penting bagi kita untuk lebih kritis dalam menyikapi kebijakan platform media sosial. Jika shadowban digunakan secara adil untuk mengatasi misinformasi dan ujaran kebencian, itu bisa menjadi alat yang bermanfaat. Namun, jika digunakan untuk membatasi kebebasan berekspresi atau membungkam suara-suara tertentu, itu bisa menjadi bentuk sensor yang merugikan.

Jadi, B’Pers, apakah menurut kalian shadowban itu perlu atau justru berbahaya?

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Girl Up Sriwijaya Kampanyekan Hak Perempuan di Jalan Santai IWD 2024

Ibu Pekerja Rawan Stres Kenali Faktor dan Cara Mengatasinya

Ibu Pekerja Rawan Stres? Kenali Faktor dan Cara Mengatasinya

Empat Kursi DPR RI Dapil Bengkulu Diraih Perempuan

Leave a Comment