Bincangperempuan.com- Kata diabetes terdengar sudah akrab banget ya di telinga BPer’s?Sering kali kita menemukan diabetes disandingkan dengan ‘teman-temannya’ yang nggak kalah serem, seperti stroke atau penyakit jantung.
Lantas, mitos atau fakta? Banyak yang bilang bahwa diabetes hanya rawan dialami orang dewasa dan paruh baya. Faktanya menurut penelitian Diabetes Research and Clinical Practice, selama tahun 2021, tercatat lebih dari 41.000 kasus diabetes tipe 2 yang penderitanya tak lain adalah anak-anak serta remaja. Nah, lho!
Diabetes bisa menghantui siapa saja loh BPer’s! Diabetes, yang dulunya identik dengan usia lanjut, saat ini semakin sering ditemukan pada generasi muda di Indonesia. Fenomena ini menjadi perhatian serius bagi para ahli kesehatan dan masyarakat umum, mengingat dampak jangka panjang yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup individu serta beban ekonomi negara.
Ikatan Dokter Anak di Indonesia (IDAI) bahkan merilis, terjadi lonjakan prevalensi DM tipe-1 sebesar 70 kali lipat pada anak di bawah 18 tahun dari tahun 2010 ke 2023. Jumlah pasien penderita diabetes mencapai 1.645 orang, yang tersebar di 13 kota, yakni Medan, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Jogja, Solo, Semarang, Malang, Surabaya, Denpasar, Manado, dan Makassar.
Berbeda dengan diabetes melitus 1 yang umumnya dipengaruhi oleh faktor genetika, infeksi virus, atau autoimunitas, penyebab diabetes melitus 2 cenderung dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat. Sebut saja, seperti obesitas, jarang berolahraga, yang paling utama adalah konsumsi gula berlebihan.
Perubahan gaya hidup
Salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan kasus diabetes pada usia muda adalah perubahan gaya hidup. Urbanisasi yang pesat di Indonesia telah membawa perubahan signifikan dalam pola makan dan aktivitas fisik masyarakat. Generasi muda lebih cenderung mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi kalori, gula, dan lemak, tetapi rendah serat. Selain itu, dengan kemajuan teknologi, aktivitas fisik berkurang drastis karena banyak anak muda menghabiskan waktu di depan layar untuk bekerja, belajar, atau hiburan.
Faktor lain yang berkontribusi adalah kurangnya kesadaran dan edukasi mengenai kesehatan. Banyak orang tua yang kurang paham akan pentingnya menerapkan pola hidup sehat sejak dini, sehingga anak-anak tumbuh tanpa pengetahuan yang memadai tentang dampak negatif dari pola makan buruk dan kurangnya olahraga. Faktor genetik juga dapat berperan, namun gaya hidup tidak sehat menjadi pemicu utama perkembangan diabetes pada usia muda.
Baca juga: Pontang-panting Generasi Sandwich di Yogyakarta
Konsumsi minuman kemasan?
Biasanya anak muda demen banget sama minuman kemasan manis. Ternyata, ini justru bisa jadi kebiasaan yang berpotensi meningkatkan risiko diabetes melitus 2 lho. Kalau berdasarkan anjuran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, idealnya kita hanya mengonsumsi 50 gram gula/hari.
Yuk, sekarang coba kita intip berapa kandungan gula dari minuman-minuman kemasan favorit kalian itu.
- Minuman soda 27 gram
- Minuman berenergi 25 gram
- Teh kemasan 20 gram
- Minuman sari buah 20 gram
- Susu kotak 19 gram
- Kopi botol 19 gram
Kalian sendiri sehari bisa habis berapa botol nih?
Sekitar 61,27% penduduk Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari sekali dalam sehari. Ada lagi nih, survei dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang menyatakan bahwa 25,9% anak dan remaja di bawah usia 17 tahun mengonsumsi minuman manis tiap hari. Kedua data ini sudah bisa jadi gambaran bagaimana konsumsi minuman kemasan meningkatkan risiko diabetes di usia muda. Bayangin kalau kebiasaan ini dipelihara sampai usia kalian dewasa. Jangan-jangan belum ada kepala 3 kalian udah didiagnosis diabetes melitus 2.
Terus aku harus gimana? Gak ada acara yang lebih baik kecuali menerapkan gaya hidup sehat. Kalaupun olahraga masih sulit, bolehlah kita coba buat batasi konsumsi gula dulu. Perbanyak minum air putih dan beralih pada minuman dengan sari buah asli bisa banget tuh dicoba.
Dampak yang ditimbulkan
Diabetes pada usia muda memiliki dampak yang sangat serius. Individu yang didiagnosis dengan diabetes pada usia muda memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi kesehatan kronis seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan saraf lebih cepat daripada mereka yang didiagnosis pada usia lanjut. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup mereka, tetapi juga produktivitas mereka dalam jangka panjang.
Selain dampak kesehatan, diabetes pada usia muda juga membebani sistem kesehatan negara. Pengobatan dan perawatan jangka panjang untuk penderita diabetes memerlukan biaya yang tidak sedikit, yang dapat menjadi beban ekonomi bagi keluarga dan negara. Kondisi ini dapat mengurangi potensi ekonomi generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung pembangunan bangsa.
Baca juga: Nandina Putri, Ajak Anak Muda Bengkulu Peduli Budaya
Apa yang harus dilakukan
Untuk mengatasi peningkatan diabetes pada usia muda, diperlukan upaya pencegahan yang komprehensif. Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu menggalakkan program edukasi kesehatan yang menargetkan anak-anak dan remaja, serta orang tua mereka. Edukasi ini harus mencakup pentingnya menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, dan mengenali tanda-tanda awal diabetes.
Selain itu, BPer’s mulai harus berhenti mengonsumsi makanan manis secara berlebihan. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan BPer’s :
- Mengurangi secara perlahan. Kalau BPer’s suka makan manis, kalian bisa memulai dengan mengurangi porsi makan makanan manis dalam sehari. Jadi kalian tidak langsung berhenti untuk makan makanan manis.
- Mengganti dengan buah buahan. BPer’s dapat mengganti makanan manis dengan buah buahan. Buah buahan memiliki rasa manis yang alami dan tidak tinggi gula sehingga aman untuk dikonsumsi.
- Memeriksa label makanan. Makanan kemasan biasanya memiliki kadar gula yang cukup tinggi. Sehingga penting untuk memeriksa berapa banyak gula yang ditambahkan kedalam makanan tersebut sehingga batas konsumsi gula menjadi tidak berlebihan.
- Beralih ke minuman rendah gula. Tanpa kita sadari ketika mengkonsumsi minuman kemasan tambahan gula yang diberikan cukup tinggi. Hal ini memicu terjadinya konsumsi gula berlebih, sehingga kita dapat mengganti ke minuman rendah gula seperti air mineral.
- Memasak sendiri di rumah. Ketika makan diluar seperti di restoran kita tidak mengetahui berapa banyak gula yang ditambahkan. Dengan memasak sendiri di rumah kita dapat mengontrol jumlah gula yang dimasukkan
Semoga dengan tips yang sudah diberikan ini, B’Pers mulai mengurangi konsumsi gula secara berlebihan ya. Dengan langkah kecil yang konsisten, yuk kita nikmati masa muda ini tanpa harus dibayang- bayangi ancaman diabetes! Be healty, be happy