Kenapa Angka Kelahiran Menurun Belakangan Ini?
Menurut World Fertility Report 2024, rata-rata angka kelahiran global telah menurun drastis, dari 4,8 kelahiran per perempuan pada tahun 1970 menjadi 2,2 kelahiran per perempuan pada tahun 2024.
Menurut World Fertility Report 2024, rata-rata angka kelahiran global telah menurun drastis, dari 4,8 kelahiran per perempuan pada tahun 1970 menjadi 2,2 kelahiran per perempuan pada tahun 2024.
Beredar video yang memperlihatkan sejumlah siswi SMA menjalani tes kehamilan di sekolah. Para siswi terlihat mengantre untuk melakukan tes urine menggunakan test pack, lalu menyerahkan hasilnya kepada pihak sekolah.
Padahal, seks bukanlah kompetisi yang ditentukan oleh angka atau durasi. Seks jauh lebih kompleks, terutama jika dilihat dari sudut pandang perempuan.
Sejak 2021, Cadar Garis Lucu aktif mengampanyekan perdamaian melalui media sosial dengan mendobrak stigma terhadap perempuan bercadar sekaligus membahas isu perdamaian, moderasi beragama yang nir-kekerasan hingga isu perempuan.
Pidato Trump baru-baru ini, menyatakan bahwa kebijakan resmi pemerintah AS hanya mengakui hanya dua gender, yaitu laki-laki dan perempuan. Pernyataan ini bertentangan dengan pendekatan inklusif yang diterapkan pemerintahan Joe Biden, yang sebelumnya memprioritaskan keberagaman di seluruh sektor pemerintahan.
Microaggressions adalah tindakan atau komentar yang secara tidak langsung menunjukkan prasangka atau diskriminasi terhadap individu atau kelompok yang termarjinalkan. Biasanya, microaggressions terselip dalam percakapan sehari-hari dan dilakukan tanpa kesadaran pelakunya.
Fenomena pernikahan seperti ini makin sering kita temui di kalangan Gen Z. Mereka tampaknya ingin mendobrak tradisi pernikahan yang selama ini dianggap baku. Tapi kenapa, ya, konsep pernikahan sederhana dan tidak konvensional makin diminati?
Perempuan bukan hanya rentan menjadi target ekstremisme, tetapi juga dieksploitasi sebagai pelaku aksi teror. Mengapa belakangan ini perempuan bisa menjadi pelaku aksi teror?
Maryam adalah representasi dari mereka yang kehilangan tempat di tanah airnya sendiri. Dalam novel ini, Okky Madasari menempatkan pembaca di tengah dilema antara mempertahankan keyakinan dan menerima penolakan sosial.