Home » News » Bagaimana Krisis Iklim Mempengaruhi Perempuan?

Bagaimana Krisis Iklim Mempengaruhi Perempuan?

intan sugianto

News

Bagaimana KArisis Iklim Mempengaruhi Perempuan (1)

Bincangperempuan.com- Perubahan iklim telah menjadi ancaman global yang dihadapi dunia saat ini. Mempengaruhi semua orang dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Ketidaksetaraan gender yang telah mengakar memperparah kerentanan perempuan terhadap dampak perubahan iklim, terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.  

Perubahan iklim sering kali menyebabkan bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai yang merusak mata pencaharian. Perempuan, terutama di daerah pedesaan, sering kali bergantung pada sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketika hasil panen gagal akibat kekeringan atau banjir, perempuan kehilangan sumber pendapatan utama mereka. Selain itu, perempuan sering kali tidak memiliki akses yang sama terhadap sumber daya sehingga sulit bagi mereka untuk pulih dari kerugian ekonomi akibat bencana.

Di banyak komunitas, perempuan bertanggung jawab atas pengelolaan rumah tangga, termasuk mencari air dan kayu bakar. Perubahan iklim memperburuk kelangkaan sumber daya ini, sehingga perempuan harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mendapatkannya. Hal ini tidak hanya meningkatkan beban fisik mereka, tetapi juga mengurangi waktu yang dapat mereka gunakan untuk pendidikan, pekerjaan, atau kegiatan produktif lainnya.

“Perempuan memiliki tingkat pendapatan yang lebih rendah. Selain itu, mereka memiliki tanggung jawab lebih banyak, karena di samping terpaksa harus bekerja, juga harus merawat anak-anaknya bahkan, dalam beberapa kasus, merawat orang tuanya,” ungkap Emilia Yustiningrum, Kepala Pusat Riset Hukum (PRH) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam Forum KONEKSI Research Grant, beberapa waktu lalu.

Krisis iklim juga meningkatkan risiko kekerasan terhadap perempuan. Dalam situasi bencana, seperti banjir atau kekeringan, perempuan sering kali harus tinggal di tempat pengungsian yang tidak aman. Kurangnya privasi dan perlindungan di tempat-tempat ini meningkatkan risiko kekerasan seksual dan pelecehan. Selain itu, ketegangan yang meningkat dalam keluarga akibat tekanan ekonomi dan kehilangan mata pencaharian juga dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga.

Perubahan iklim berdampak langsung pada kesehatan perempuan. Misalnya, suhu yang lebih tinggi dan pola curah hujan yang tidak menentu meningkatkan penyebaran penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Perempuan hamil sangat rentan terhadap penyakit ini, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu dan bayi. Selain itu, akses perempuan terhadap layanan kesehatan sering kali terbatas, terutama di daerah terpencil, sehingga memperburuk dampak kesehatan akibat perubahan iklim.

Baca juga: Menepis Gempuran Perubahan Iklim Ala Pekebun Kopi 

Relasi ketidaksetaraan gender  dan krisis iklim

Ketidaksetaraan gender adalah faktor utama yang memperparah dampak krisis iklim pada perempuan. Perempuan sering kali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Padahal, mereka memiliki pengetahuan lokal yang berharga tentang pengelolaan sumber daya alam dan strategi bertahan hidup.

Selain itu, perempuan, terutama di daerah pedesaan, sering kali memiliki akses yang terbatas ke pendidikan dan informasi. Hal ini membuat mereka kurang siap menghadapi bencana dan sulit memahami langkah-langkah adaptasi yang diperlukan. Pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam menghadapi krisis iklim.

Perempuan sering kali memiliki akses yang terbatas ke sumber daya seperti lahan, air, kredit, dan teknologi. Ketidakadilan ini membuat perempuan lebih sulit untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan pulih dari dampaknya. Misalnya, tanpa akses ke lahan yang aman, perempuan tidak dapat menanam tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Meskipun perempuan sering kali menjadi kelompok yang paling terdampak, mereka juga memiliki peran penting dalam menghadapi krisis iklim.

Perempuan adalah agen perubahan yang dapat membantu komunitas mereka beradaptasi dengan perubahan iklim. Perempuan memiliki pengetahuan lokal yang mendalam tentang pengelolaan sumber daya alam, seperti air dan hutan. Mereka dapat berperan dalam mengembangkan strategi adaptasi yang berbasis komunitas untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, perempuan yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan dapat membantu menciptakan solusi yang lebih inklusif dan efektif.

Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam dapat meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi program adaptasi perubahan iklim. Perempuan juga dapat menjadi agen edukasi dalam komunitas mereka. Dengan meningkatkan kesadaran tentang dampak perubahan iklim dan langkah-langkah adaptasi, perempuan dapat membantu komunitas mereka lebih siap menghadapi bencana.

Baca juga: Peyek Daun Kopi, Inisiatif Ekonomi di Tengah Perubahan Iklim  

Pemberdayaan upaya mengurangi dampak

Untuk mengurangi dampak krisis iklim pada perempuan, diperlukan langkah-langkah yang berfokus pada pemberdayaan dan kesetaraan gender. Pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam menghadapi krisis iklim. Program pelatihan dan kampanye kesadaran harus dirancang untuk membantu perempuan memahami dampak perubahan iklim dan langkah-langkah adaptasi yang dapat mereka ambil.

Selain itu, perempuan harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Partisipasi perempuan dapat memastikan bahwa solusi yang dihasilkan lebih inklusif dan efektif.

Pemerintah dan organisasi non-pemerintah harus bekerja untuk mengurangi hambatan akses perempuan ke sumber daya seperti lahan, air, dan kredit. Kebijakan yang mendukung kepemilikan lahan oleh perempuan dan akses mereka ke teknologi dapat membantu mereka lebih tangguh menghadapi perubahan iklim. Sistem perlindungan sosial, seperti asuransi bencana dan program bantuan tunai, juga dapat membantu perempuan pulih dari dampak krisis iklim. Program ini harus dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus perempuan, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil.

Dengan menciptakan solusi inklusif yang mempertimbangkan kebutuhan perempuan, Indonesia dapat membangun ketahanan iklim yang lebih adil dan berkelanjutan. Perempuan bukan hanya korban dari perubahan iklim, tetapi juga agen perubahan yang memiliki potensi besar untuk mendorong transformasi positif dalam masyarakat. Saatnya kita mendukung mereka untuk mengambil peran itu sepenuhnya.


Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

MeToo, Dukungan Untuk Penyitas Kekerasan Seksual

#MeToo, Dukungan untuk Penyintas Kekerasan Seksual

Ketika Aku Memilih Berjuang: Dari KDRT Hingga Kebebasan

Riset: Stigma Negatif Perempuan Perokok di Indonesia Halangi Usaha Pengendalian tembakau

Leave a Comment