PERAN gender tradisional atau anggapan bahwa perempuan sebagai penanggung jawab pekerjaan domestik merupakan isu yang telah mengakar di masyarakat kita. Hal ini juga kerap menyebabkan perempuan, terutama seorang ibu, harus menanggung beban ganda dan mengemban berbagai peran; misalnya sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan domestik, sebagai istri dari suami, sebagai orang tua bagi anak, dan peran sebagai pencari nafkah untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarga.
Merespon hal ini, Asha Puan, komunitas yang bergerak di isu kesetaraan gender, bekerja sama dengan Yayasan Pulih sebagai salah satu penggerak utama kesetaraan gender di Indonesia meluncurkan kampanye sosial #BerbagiPeran. Asha Puan melalui kampanye sosial ini hadir untuk memberi dukungan dan kesempatan yang sama tanpa pandang gender untuk menghilangkan stereotip peran gender tradisional.
Yasmin Afifah, Founder Asha Puan mengungkapkan, kampanye sosial ini digagas karena terdorong oleh peningkatan intensitas pekerjaan rumah tangga akibat pembagian pekerjaan rumah tangga yang tidak merata yang dialami oleh perempuan sejak pandemi COVID-19.
“Dengan adanya kampanye ini diharapkan terlahirnya kebiasaan baru laki-laki yang tidak segan dalam melakukan peran domestik dan tidak ada lagi stigma ‘kewajiban’ untuk perempuan mengerjakan pekerjaan domestik karena peran itu bisa dikerjakan bersama-sama.” ungkap Yasmin.
Pada dasarnya, tiap anggota keluarga memiliki peran serta tanggung jawabnya masing-masing yang tidak terbatas pada peran gender tradisional; pekerjaan rumah itu bukan hanya kewajiban yang hanya dilakukan oleh perempuan.
Menurut Dian Indraswari, Direktur Yayasan Pulih, “pembagian peran di pekerjaan domestik merupakan salah satu cara untuk menciptakan/mengusung isu kesetaraan gender. Melalui berbagi peran, kita akan belajar caranya untuk menciptakan kemitraan yang sehat dan setara antara perempuan dan laki-laki, menantang bias persepsi mengenai peran gender yang kita miliki selama ini, termasuk juga saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan kesetaraan. Peran perempuan dan laki-laki dalam ranah domestik sama-sama penting dan setara; tidak ada yang lebih penting ataupun kurang penting.”
Lingkungan sosial dan rumah tangga yang menerapkan norma gender tradisional kerap memaksa perempuan tetap melakukan tugasnya sebagai penanggung jawab pekerjaan domestik, sekalipun ia telah memiliki tanggung jawab sebagai pencari nafkah/bekerja.
Berdasarkan data dari bps.go.id, angka perempuan menikah atau ibu rumah tangga sambil bekerja pada tahun 2020 mencapai 28,74 persen dan naik signifikan dari tahun 2019 yang persentasenya mencapai 26,77 persen. Yayasan Pulih berpendapat jika terjadi ketimpangan, maka tidak ada kesetaraan di rumah. Ketimpangan ini dapat mengarahkan pada munculnya konflik yang berkepanjangan dan tidak selesai, sehingga berdampak pada seluruh anggota keluarga.
Dampaknya bisa sangat beragam bisa berdampak pada psikologis, emosional, fisik dsb. Tentunya tidak hanya berdampak di rumah saja tapi juga akan berdampak bagi lingkungan sekitar termasuk sekolah, tempat kerja, maupun komunitas karena kita bagian dari sistem masyarakat.
Kampanye sosial ini dijalankan seluruhnya secara digital lewat aplikasi Campaign #ForChange, sebuah platform aksi sosial garapan startup Campaign.com. Asha Puan mengajak publik untuk melakukan empat aksi dan setiap aksi yang terselesaikan akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp10.000 oleh Yayasan Dunia Lebih Baik dan Kampus Merdeka.
Donasi ini nantinya akan digunakan untuk pelaksanaan lokakarya (workshop) gratis seputar pembagian peran anggota keluarga di dalam rumah tangga bersama Yayasan Pulih. Keterlibatan Asha Puan dan dua sponsor ini juga diharapkan dapat menginspirasi generasi muda dan masyarakat umum untuk sadar akan perjuangan perempuan menghadapi kerasnya peran gender dan beban ganda. Download aplikasi Campaign #ForChange di Playstore: bit.ly/CampaignPlaystore atau Appstore: bit.ly/CampaignAppstore, daftar/login, dan ketik “#BerbagiPeran” untuk mendukung aksi sosial ini. (**)
*) Asha Puan, komunitas yang diinisiasi oleh Yasmin Afifah, seorang siswi Program Studi Independen Kampus Merdeka di Campaign.com (untuk selanjutnya disebut sebagai “Organisasi ABWA Student”); berupaya menjadi ruang aman atau wadah untuk dan dari perempuan serta anak perempuan.