Home » News » Cadar Garis Lucu, Suara Perempuan untuk Perdamaian 

Cadar Garis Lucu, Suara Perempuan untuk Perdamaian 

Ais Fahira

News

Cadar Garis Lucu, Suara Perempuan untuk Perdamaian

Bincangperempuan.com- Cadar Garis Lucu menjadi salah satu angin segar dalam pergerakan perdamaian di Indonesia. Siapa sangka akun Instagram tersebut ternyata diinisiasi dan digerakkan secara kolektif oleh perempuan. Sejak 2021, Cadar Garis Lucu aktif mengampanyekan perdamaian melalui media sosial dengan mendobrak stigma terhadap perempuan bercadar sekaligus membahas isu perdamaian, moderasi beragama yang nir-kekerasan hingga isu perempuan.

Salah satu nilai utama yang diusung gerakan ini adalah “Keberagaman Pakaian Perempuan itu Valid.” Ainun Jamilah, salah satu penggerak Cadar Garis Lucu, menegaskan bahwa apa pun pilihan pakaian perempuan, selama tidak ada unsur paksaan, itu adalah hak yang tidak boleh diganggu gugat. 

“Inilah nilai yang terus kami perjuangkan di Cadar Garis Lucu,” ujar Ainun.

Baca juga: Perempuan di Garis Depan Perdamaian

Berawal dari Forum Jaringan Gusdurian

Komunitas ini lahir dari diskusi-diskusi di forum pasca kegiatan jaringan Gusdurian. Awalnya, Ainun merasa nyaman berdiskusi dengan sesama perempuan, baik yang bercadar maupun tidak. Dari kenyamanan itulah, muncul ide untuk membentuk gerakan ini.

“Kenapa nggak dibuat aja forum atau gerakan?” cerita Ainun tentang awal mula gagasan itu muncul.

Pada Februari 2021, ide tersebut akhirnya terwujud. Ainun menegaskan bahwa gerakan ini bukan untuk berdakwah atau mengajak perempuan mengenakan cadar, tetapi untuk menciptakan ruang aman dan saling mendukung bagi perempuan dari berbagai latar belakang. 

Berbeda dari “Garis Lucu” Lainnya

Meski nama Cadar Garis Lucu serupa dengan akun-akun “Garis Lucu” lainnya, seperti Islam Garis Lucu, Kristen Garis Lucu, atau NU Garis Lucu, pendekatan mereka berbeda. 

“Kalau Garis Lucu lain sifatnya anonim, kami tidak. Ada admin anonim di media sosial, tapi ada juga figur nyata, seperti saya, yang berbicara langsung di publik,” jelas Ainun.

Cadar Garis Lucu juga tidak mengandalkan meme sebagai media utamanya. Relawan di balik gerakan ini adalah perempuan dengan dari berbagai latar belakang, dengan pendekatan yang fleksibel dan nonformal.

“Kalau komunitas lain biasanya ada surat komitmen, target, atau keharusan tertentu, di sini semuanya relawan tanpa beban administratif. Malah kalau disebut komunitas pun, rasanya agak kurang cocok, justru di situ letak lucunya,” katanya sambil berkelakar.

Selain itu, Cadar Garis Lucu berfungsi sebagai “rumah aman” bagi perempuan. “Pilihan perempuan seringkali terbatas, dan kami tidak ingin menghakimi itu. Di sini, kami saling mendukung tanpa menghakimi,” tegas Ainun.

Baca juga: Perempuan, Perdamaian dan Keamanan

Tantangan: Keamanan Digital dan Beban Ganda

Seperti gerakan lainnya, Cadar Garis Lucu menghadapi tantangan, terutama dalam hal keamanan digital. Ainun mengungkapkan bahwa akun mereka pernah mengalami backlash atau serangan siber.

Selain itu, jarak juga menjadi kendala. Relawan komunitas ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia, sehingga sulit untuk berdiskusi secara tatap muka atau mengadakan agenda offline.

“Kami tersebar di seluruh Indonesia, jadi susah untuk berkumpul secara tatap muka. Dan untuk membuat agenda offline juga cukup sulit,” tambahnya.

Tantangan lain datang dari kenyataan bahwa banyak perempuan penggerak perdamaian harus menghadapi beban ganda.

“Beberapa dari kami juga harus menjalankan tanggung jawab rumah tangga sambil terus mengelola gerakan ini,” katanya.

Refleksi tentang Gerakan Perempuan Hari Ini

Menurut Ainun, meskipun gerakan perempuan saat ini berkembang cukup pesat, dukungan antar perempuan masih dirasakannya sangat rapuh.

Women support women itu masih sangat rapuh. Kenapa? Karena sulit untuk benar-benar solid. Salah satu penyebabnya adalah perebutan ruang publik. Panggung yang tersedia untuk perempuan itu sangat sedikit dan terbatas,” jelasnya.

Namun, Ainun menekankan bahwa fenomena ini bukan kesalahan perempuan. Ia melihatnya sebagai dampak dari sistem dan struktur sosial yang telah lama membatasi akses perempuan ke ruang publik. Ruang-ruang tersebut sering kali didominasi oleh hierarki yang mengutamakan suara laki-laki, sehingga perempuan harus berjuang lebih keras untuk mendapat tempat.

Kurangnya ruang atau panggung ini juga berdampak pada terjebaknya perdebatan gerakan perempuan di ranah pilihan individu. 

“Kita masih memperdebatkan hal-hal seperti mana yang lebih baik, perempuan bekerja atau jadi ibu rumah tangga? Padahal, itu adalah pilihan pribadi yang seharusnya kita dukung, bukan dijadikan ajang perbandingan,” tambah Ainun.

Ia berharap ke depan gerakan perempuan dapat menjadi lebih solid dan saling mendukung. Menurutnya, tantangan besar yang dihadapi saat ini hanya dapat diatasi dengan konsistensi. “Konsistensi itu hanya bisa datang dari mereka yang benar-benar mau bertahan dan terus bergerak, meskipun ruang dan panggungnya terbatas,” pungkasnya.

Menuju Perdamaian yang Inklusif

Cadar Garis Lucu adalah bukti bahwa perempuan memiliki peran penting dalam memperjuangkan perdamaian dan keberagaman. Gerakan ini tidak hanya menjadi wadah untuk mendobrak stigma terhadap perempuan bercadar, tetapi juga ruang aman bagi perempuan untuk saling mendukung tanpa menghakimi. Langkah-langkah kecil yang dilakukan oleh gerakan ini mengingatkan kita bahwa perdamaian dimulai dari hal-hal sederhana yaitu saling memahami, menerima, dan menghormati perbedaan.

B-pers yang ingin melihat bagaimana keberagaman bisa dirayakan dengan cara yang inklusif dan penuh semangat, Cadar Garis Lucu bisa jadi sumber inspirasi yang patut dilirik. Melalui Cadar Garis Lucu, kita tidak hanya belajar tentang pentingnya moderasi beragama, tetapi juga menyaksikan bagaimana perempuan mampu menjadi motor penggerak perubahan menuju dunia yang lebih damai. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Bagaimana Jurnalis Menghadapi Kekacauan Informasi?

Cerita Twineester Melawan Stigma Penari Hip Hop di Aceh

Jurnalis Asia Merespon Krisis Kemanusiaan di Ukraina

Leave a Comment