Home » News » Dilema Ketika Anak Menjadi Pelaku

Dilema Ketika Anak Menjadi Pelaku

Ais Fahira

News

Bincangperempuan.com- Belum lama ini, masyarakat dikejutkan oleh kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 14 tahun terhadap ayah dan neneknya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sebelumnya, empat orang anak di bawah umur di Palembang menjadi pelaku pemerkosaan dan pembunuhan AA (14).

Rentetan kasus ini mengundang pertanyaan besar: apa yang sebenarnya salah dalam pola asuh dan lingkungan sehingga seorang anak bisa bertindak demikian?

Pola Asuh Orang Tua

Pada banyak kasus, anak-anak yang terlibat dalam perilaku kriminal sering kali mengalami kekurangan dalam pengasuhan yang penuh kasih sayang atau malah terlalu terkekang. Hal ini sejalan dengan teori psikologi yang menyatakan bahwa pola asuh yang tidak seimbang dapat memengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak.

Menurut pakar psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr. Eko Hardi Ansyah, Psi, M.Psi, Psikolog, pentingnya kasih sayang dalam keluarga tidak bisa diabaikan. Ketika komunikasi antara orang tua dan anak tidak berjalan dengan baik, anak mungkin mencari pelampiasan emosinya di luar lingkungan keluarga. Dalam beberapa kasus ekstrem, ketidakmampuan mengelola emosi ini dapat memicu perilaku kekerasan.

Senada dengan hal tersebut, Psikolog Anastasia Satriyo juga mengatakan hal serupa. Menurutnya pengelolaan emosi merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam perkembangan anak. Orang tua harus membantu mengelola emosi anak, karena pada masa anak-anak dan remaja, otak masih mengalami co-regulation. Jadi untuk mengembangkan manusia yang sehat mental, seseorang perlu ditenangkan dan masalahnya dibereskan. 

Merangkum dari situs Republika, Anastasia juga menegaskan bahwa sebelum membantu mengelola emosi anak, orang tua harus memiliki kesiapan mental yang baik terlebih dahulu. Namun, hal ini membutuhkan kesiapan mental yang matang dari orang tua itu sendiri. Jika orang tua tidak memiliki keterampilan pengelolaan emosi yang baik, mereka mungkin akan kesulitan dalam memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak-anak mereka.

Pola asuh yang baik tidak hanya melibatkan memberikan batasan yang jelas tetapi juga mengajarkan anak untuk mengelola perasaan mereka dengan cara yang sehat. Orang tua perlu menciptakan ruang aman bagi anak-anak untuk berbicara, mendengarkan kekhawatiran mereka, dan memberi contoh bagaimana cara mengatasi masalah dengan cara yang positif. Dalam konteks ini, edukasi tentang mental health dan parenting menjadi hal yang sangat penting bagi orang tua untuk dipelajari secara lebih mendalam.

Baca juga: Belajar Pengasuhan dari Konflik Ibu-Anak, NM dan Lolly…

Paparan Media

Pada kasus yang terjadi di Palembang, Pengamat Hukum dari Universitas Taman Siswa Palembang, Dr Azwar Agus menyampaikan turut prihatin dengan kejadian pembunuhan remaja putri yang dilakukan oleh remaja laki-laki yang usianya sebaya dengan korban.

Merangkum dari Detik.com,  Dr Azwar melihat kasus tersebut disebabkan oleh paparan media terutama film porno. Menurutnya, konten-konten negatif seperti seksual tidak bisa dihindari dan ini menjadi pemicu kejahatan karena terbukti anak tersebut bisa mengakses konten-konten pornografi dan memicu tindak pidana.

Paparan media berupa kekerasan juga dapat memengaruhi perilaku anak. Anak yang sering terpapar adegan kekerasan di media cenderung menganggap kekerasan sebagai cara yang wajar untuk menyelesaikan konflik. Hal ini dapat meningkatkan risiko anak melakukan tindakan agresif atau kriminal.

Baca juga: Ulas Konten Anak Lewat Screen Score

Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial tempat anak berkembang juga memainkan peran yang tak kalah penting dalam membentuk perilaku mereka. Jika dalam suatu komunitas atau lingkungan, kekerasan dianggap sebagai hal yang wajar untuk mendisiplinkan anak, maka anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut berisiko untuk memandang kekerasan sebagai tindakan yang sah. Entah itu kekekarasan fisik mau pun verbal. Kondisi ini akan memperburuk perilaku kekerasan di kalangan anak, karena mereka tumbuh dengan persepsi bahwa kekerasan adalah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah atau mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Psikolog Anastasya, juga menambahkan lingkungan yang tidak memberikan dukungan sosial juga berpotensi memperburuk kondisi mental anak. Misalnya, anak-anak yang mengalami hidup di lingkungan yang penuh dengan tekanan sosial atau tuntutan, mereka lebih rentan untuk terlibat dalam perilaku kekerasan. Karena secara emosional anak belum matang, jika dihadapkan pada tuntutan maka akan mengganggu pertumbuhan emosionalnya. Oleh karena itu orang tua perlu menjadi mediator yang membantu anak memahami bahwa kegagalan atau ketidaksempurnaan adalah hal yang wajar dan manusiawi.

Pada akhirnya, peran komunitas dan masyarakat menjadi sangat penting dalam menciptakan ruang yang aman dan mendukung bagi anak-anak untuk berkembang dengan cara yang sehat dan positif. Pendidikan moral, kesadaran akan mental healthe dan nilai-nilai sosial yang mengutamakan kasih sayang, saling menghormati, dan pengelolaan konflik secara damai perlu diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Program-program pendidikan sosial yang mengajarkan anak-anak untuk memahami dan menghormati perasaan orang lain dapat membantu mencegah terjadinya perilaku kekerasan atau kriminal.

Untuk menciptakan generasi yang lebih sehat secara emosional dan jauh dari perilaku kekerasan, dibutuhkan usaha bersama dalam memperbaiki pola asuh, mengontrol paparan media, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung perkembangan positif anak. Dengan demikian, kita dapat memberikan anak-anak kesempatan untuk tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat dan konstruktif.

Referensi:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Bertanam Pinang, Upaya Perempuan Adat Serawai Menyelamatkan Desa (1)

Bertanam Pinang, Cara Perempuan Serawai Menyelamatkan Desa

Anggrek Merah Yuni Daud, Hadir dalam Rima Rupa

Perempuan Papua Merawat tradisi memakan pinang

Perempuan Papua Merawat Tradisi Memakan Pinang

Leave a Comment