Bincangperempuan.com- Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap pencemaran lingkungan akibat industri fashion, Dini Mudrika, founder Souvenir by MI atau dikenal juga dengan Souvenir by Mallna Indonesia, hadir membawa solusi kreatif. Bersama sang ibu yang tengah menikmati masa pensiunnya, Dini berhasil mengubah limbah fashion menjadi produk souvenir yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi.
Apa yang menginspirasi perjalanan ini? Bagaimana tantangan yang dihadapinya? Berikut kisahnya.
Terinspirasi dari Tradisi Keluarga dan Keprihatinan Lingkungan
Ide untuk mengolah limbah fashion ini berakar dari kebiasaan keluarga Dini yang sudah terbiasa mengolah sampah menjadi barang bermanfaat. Entah itu jadi kompos dari sampah dapur, jadi tas atau kantong serbaguna dari sampah bekas bungkusan sabun cuci, tatakan panci dan sejenisnya dari pakaian bekas, dan beberapa hal lain. Ditambah pula, dengan kebiasaan sang ibu mengisi waktu senggangnya dengan menjahit sebagai hobi.
“Mama saya yang pensiun mengisi waktu senggang dengan menjahit, dan keluarga kami sudah terbiasa membuat kompos dari sampah dapur atau tas dari bungkus sabun cuci,” kata Dini.
Selain itu sebagai pemilik Mallna Indonesia, sebuah usaha di bidang industri fashion, Dini merasa memiliki tanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan. Data menunjukkan bahwa pencemaran lingkungan akibat industri fashion telah naik dari peringkat tiga menjadi peringkat dua dunia dalam lima tahun terakhir.
“Jika tidak ditanggulangi, ini hanya soal waktu sebelum menjadi peringkat pertama,” imbuhnya.
Proses Kreatif yang Tidak Mudah
Limbah fashion yang digunakan Souvenir by MI sebagian besar berasal dari sisa potongan bahan di Mallna Indonesia serta sumbangan dari para penjahit di Bengkulu.
Setelah dikumpulkan, bahan-bahan tersebut disortir berdasarkan jenis, ukuran, dan warna, kemudian dicuci dan dikeringkan. Proses ini memakan waktu yang tidak sebentar, tetapi menjadi langkah awal untuk menentukan jenis produk yang akan dibuat.
“Potongan bahan sering kali berbentuk abstrak. Kami harus menyesuaikan dengan pola standar yang ada atau menggabungkannya dengan bahan lain. Jika tidak memungkinkan, bahan tersebut digunakan sebagai isi bantal jarum pentul,” jelas Dini.
Setelah melalui proses jahit, lanjut Dini, beberapa produk diberi sentuhan detail payet untuk meningkatkan daya tariknya. Disini proses penyortiran awal hingga bahan siap dipotong menjadi tantangan terbesar.
“Bisa memakan waktu berhari-hari hanya untuk membersihkan bahan,” ujar Dini.
Selain itu lanjut Dini, semua bahan seperti renda, brokat, dan satin yang lembut tidak dapat dicuci dengan mesin cuci. Semua dilakukan secara manual untuk menjaga kualitas bahan.
“Tidak ada teknik khusus karena semuanya dikerjakan secara manual. Seperti kita mencuci baju biasa. Namun dengan tangan, bukan mesin,” katanya.
Baca juga: Dini Mudrika, Inisiasi Bengkulu Begerak, Kumpulkan Donasi untuk Bantu Sesama
Produk Unggulan dan Tanggapan Positif
Dini mengatakan saat ini, rompi atau vest menjadi produk unggulan yang diharapkan dapat menarik perhatian pasar, khususnya bagi mereka yang peduli terhadap pelestarian alam.
“Tanggapan masyarakat sangat positif. Bahkan, beberapa pelanggan menyumbangkan ide untuk pengembangan produk kami,” lanjutnya.
Dalam mengembangkan usahanya, Dini terus belajar tentang pemasaran produk, sebuah bidang yang baru baginya. Souvenir by MI juga membuka diri untuk kolaborasi dengan seniman, pelestari lingkungan, dan profesional lainnya.
“Kami berharap produk kami bisa diterima lebih luas, sehingga lebih banyak limbah industri fashion yang dapat diolah,” tambahnya.
Saat ini untuk memperkenalkan produknya, Souvenir by MI aktif memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.
“Kami membranding produk dengan menonjolkan perbedaan dan keunikannya. Artikel dari teman-teman jurnalis seperti Bincang Perempuan ini juga sangat membantu memperluas jangkauan kami,” ujar Dini.
Baca juga: Wenni, Asanya untuk Komunitas Adat di Bengkulu
Komitmen terhadap Keberlanjutan
Bagi Dini, keberlanjutan adalah inti dari Souvenir by MI. “Kami merasa bersalah ketika ingin membuang sisa bahan jahitan. Souvenir by MI adalah cara kami meminta maaf dan bersyukur kepada alam,” katanya.
Ia berharap produk-produk yang dihasilkan dapat menjadi pengingat bahwa langkah kecil pun dapat membawa perubahan besar untuk lingkungan.
Untuk generasi muda yang ingin berkecimpung di bidang ini, Dini memberikan pesan inspiratif.
“Bisnis artistik dengan konsep idealisme seperti maraton. Jika sudah punya tujuan, lakukan dan konsistenlah. Langkah kecil bisa menjadi bagian dari langkah besar untuk lingkungan yang lebih baik,” kata Dini.
Dengan komitmen kuat terhadap keberlanjutan dan kreativitas tanpa batas, Souvenir by MI menunjukkan bahwa limbah fashion dapat diubah menjadi produk bernilai tinggi. Perjuangan Dini Mudrika dan ibunya adalah bukti bahwa langkah kecil dapat membawa perubahan besar bagi lingkungan dan masyarakat.