Home » News » Edukasi Anak Laki-laki, Sebelum Kekerasan Seksual Terjadi!

Edukasi Anak Laki-laki, Sebelum Kekerasan Seksual Terjadi!

Zefanya Preticia

News

Bincangperempuan.com– Kekerasan seksual merupakan masalah serius yang berdampak negatif pada individu dan masyarakat secara keseluruhan. Meski sering kali perhatian lebih terarah kepada korban perempuan, penting juga untuk memahami bahwa anak laki-laki harus dididik secara tepat untuk mencegah mereka menjadi pelaku di masa depan, ataupun korban.

Anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk menyerap nilai-nilai yang diajarkan sejak usia dini. Melalui edukasi tentang perilaku yang benar, empati, dan pengertian terhadap orang lain, orang tua dapat menanamkan dasar yang kuat untuk hubungan interpersonal yang sehat. Hal ini penting agar anak laki-laki memahami batasan dan menghormati tubuh serta perasaan orang lain.

Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pada tahun 2022 terdapat 2.338 kasus kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia. Dari angka tersebut, perempuan adalah korban yang paling banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan seksual bukan hanya merupakan masalah perempuan, tetapi juga melibatkan laki-laki dalam bentuk pelaku atau korban. Sehingga edukasi dengan melibatkan laki-laki menjadi penting untuk mengubah paradigma dan perilaku yang berkontribusi pada kekerasan seksual tersebut.

Baca juga: Sindrom Menyalahkan Perempuan: Menyoroti Beban Tidak Adil

Edukasi sejak dini

Orang tua dapat memulai dengan mengajarkan anak tentang bagian tubuh yang bersifat pribadi dan mengenalkan konsep kekerasan seksual. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang santai dan tidak menakut-nakuti. Misalnya, dengan memperkenalkan bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain dan menjelaskan bahwa setiap orang memiliki hak untuk tidak disentuh tanpa izin.

Selain itu, orang tua juga perlu mengajarkan anak cara untuk menghindari kekerasan seksual. Anak perlu diberi pemahaman bahwa tidak ada alasan yang dibenarkan untuk melakukan kekerasan seksual dan bahwa korban tidak pernah bersalah. Orang tua dapat mengajarkan anak untuk bilang “tidak” jika mereka merasa tidak nyaman dengan tindakan orang lain dan untuk mencari bantuan jika mereka mengalami kekerasan seksual.

Komunikasikan secara terbuka dengan pendekatan yang lebih sederhana, mulai sedini mungkin, ajarkan anak laki-laki untuk menghargai semua orang. Hindari stereotip gender yang membatasi atau pandangan bahwa laki-laki harus selalu kuat.

Salah satu aspek penting dalam edukasi seksual adalah pengenalan konsep persetujuan. Anak laki-laki harus diajari bahwa setiap individu memiliki hak untuk berkata “tidak” dan bahwa keputusan tersebut harus dihormati. Memahami persetujuan bukan hanya dalam konteks seksual, tetapi dalam berbagai interaksi sehari-hari, membantu membangun kesadaran akan pentingnya menghargai pilihan orang lain. Ajak mereka berdiskusi tentang isu-isu terkini yang berkaitan dengan seks dan kekerasan seksual. Saat mereka remaja, bicarakan tentang hubungan yang sehat, cinta, dan seksualitas dengan cara yang terbuka dan jujur.

Baca juga: Perempuan Pembela HAM Minim Akses Jamsos

Saat anak mulai beranjak dewasa, ajarkan mereka tentang pentingnya meminta izin sebelum melakukan sesuatu pada orang lain, baik itu sentuhan fisik maupun tindakan lainnya. Latihlah mereka untuk berpikir kritis tentang pesan-pesan yang mereka terima terkait seks dan kekerasan seksual. Diskusikan dampak negatif dari pornografi dan pentingnya membangun hubungan yang sehat dan saling menghormati.

Poin keberhasilan dari tips-tips diatas adalah orang tua harus menjadi contoh, menunjukkan perilaku yang baik dan positif dan dapat dilihat oleh anak laki-laki maupun perempuan. Tetaplah berkomunikasi tentang pendidikan seks dengan proses yang berkelanjutan.

Memberikan edukasi sejak dini dan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, orang tua dapat membantu anak laki-laki tumbuh menjadi individu yang menghargai diri sendiri dan orang lain, serta mampu melindungi diri dari kekerasan seksual. Pengalaman dari beberapa organisasi pendidikan menunjukkan bahwa edukasi yang efektif harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah. Melalui kerja sama yang baik, anak dapat menerima informasi yang konsisten dan mendukung. Misalnya, guru di sekolah dapat memantau perilaku anak dan memberikan edukasi tambahan tentang kekerasan seksual.

Sumber:

  • Ekua Hagan, 2021. “Teaching our sons to prevent sexual abuse, Ten Guidelines for Parents”, Psychology Today.
  • Nora listiawati, 2023. Edukasi Anak Agar Terhindar dari Pelecehan Seksual, dalam Kepri Polri Website.
  • Jesica Deviana, 2023. “Pencegahan Kekerasan Seksual”, Kemenkeu.
  • Ady Thea DA, 2023. “Sepanjang 2022 Kementerian PPPA Mencatat 2.338 Perempuan Korban Kekerasan”, Hukumonline.
  • IBCWE, 2024. “Pencegahan Kekerasan Seksual Dimulai Dengan Mengedukasi Anak Laki-Laki”, dalam IBCWE Website.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Dini Mudrika, Inisiasi Bengkulu Begerak, Kumpulkan Donasi untuk Bantu Sesama

Bincang Perempuan Terpilih Jadi Finalis AMSI Awards 2024

Mengapa Perempuan Menjadi Korban Terbanyak Kekerasan dalam Rumah Tangga?

Leave a Comment