Bincangperempuan.com- Ketegangan antara Israel dan Hamas kembali memuncak usai Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023. Perang ini menewaskan banyak warga sipil terutama anak-anak dan perempuan.
Konflik antara Palestina dan Israel telah berlangsung selama beberapa dekade. Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi rencana pembagian Palestina yang membagi wilayah tersebut menjadi dua negara, yaitu negara Yahudi dan negara Arab. Rencana pembagian ini tidak diterima dengan baik oleh semua pihak hingga terjadilah konflik bersenjata. Berbagai upaya perdamaian dan perundingan yang belum berhasil mencapai solusi yang berkelanjutan. Seiring berjalannya waktu, konflik ini semakin rumit dan melibatkan banyak faktor politik, sejarah, dan sosial yang sulit dipecahkan.
Perjuangan untuk kemerdekaan Palestina adalah perjuangan yang melibatkan banyak perempuan yang telah berperan penting dalam berbagai peran dan kapasitas. Mereka telah berkontribusi pada berbagai aspek perjuangan Palestina, baik dalam peran sebagai pejuang, pemimpin, aktivis, dan pekerja kemanusiaan. Para perempuan Palestina tak ketinggalan ikut memberikan peran memperjuangkan hak-hak kemerdekaan Palestina seperti intelektual, kesehatan, politik, dan lainnya.
Seperti ketika digelar Konferensi Perempuan Internasional pada Maret 2022 yang mengundang para perempuan dari berbagai negara untuk membahas pembebasan Palestina dan Al-Aqsa dari genosida Israel. Selain itu, pejuang perempuan Palestina secara aktif bergabung dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) untuk mengorganisir seluruh rakyat Palestina yang memperjuangkan hak-hak mereka yang telah dirampas oleh Israel.
Para perempuan Palestina tersebut menginspirasi dan memperjuangkan hak-hak mereka. Mereka menjadi sosok yang diharapkan oleh masyarakat Palestina untuk memberikan kemerdekaan dan kebahagiaan yang telah lama dinantikan. Perjuangan mereka yang mengedepankan rasa kemanusiaan telah diakui oleh dunia.
Para Pejuang Perempuan Palestina
Berikut beberapa perempuan Palestina yang berjuang untuk kemerdekaan.
1. Fadwa Tuqan
Fadwa Tuqan merupakan salah satu penyair asal Palestina yang terkenal memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui syairnya. Fadwa lahir di Nablus pada tahun 1917, sebelum deklarasi Balfour yang menjanjikan tanah Palestina bagi orang-orang Yahudi disana. Fadwa kecil harus putus sekolah karena penyakit yang dideritanya. Meskipun demikian, Fadwa mempelajari syair melalui kakaknya Ibarahim Tuqan yang terkenal dengan syair Mawtini.
Fadwa tumbuh dalam keluarga yang konservatif yang tidak dikenal oleh publik. Akan tetapi, syair indah yang dituliskan oleh Fadwa berhasil mengantarkannya sebagai ikon feminis Arab yang mengangkat banyak isu perempuan dan perjuangan rakyat Palestina. Meskipun syairnya hanya ditujukkan pada perjuangan rakyat Palestina, sebagian besar rakyat di Timur Tengah menggunakannya untuk memperjuangkan pembebasan serupa di wilayah konflik lainnya.
Fadwan merangkai syair yang menggambarkan perjuangan perempuan Arab yang didominasi oleh budaya patriarki. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Hamzah. Salah satu syairnya yang menggambarkan perjuangan perempuan Palestina berbunyi:
‘Adikku, negeri kami mempunyai jantung yang berdebar-debar,
Ia tidak berhenti berdetak, dan ia bertahan,
Yang tak tertahankan. Itu menyimpan rahasia,
Dari bukit dan rahim. Tanah ini bertunas,
Dengan paku dan palem juga merupakan tanah,
Yang melahirkan seorang pejuang kemerdekaan,
Negeri ini, adikku, adalah seorang wanita.’
Dalam syair ini, Fadwa mengibaratkan tanah yang diperjuangkan rakyat palestina dengan kekuatan seorang perempuan. Pertumpahan darah dan kehancuran di tanah Palestina diwakili oleh kekuatan yang dimiliki seorang perempuan melalui melahirkan anak dan membesarkan pejuang kemerdekaan Palestina selanjutnya.
Baca juga: Girlhood, Upaya Mendapatkan Hak Perempuan Seutuhnya
Syair yang dirangkai oleh Fadwa menjadi sebuah harapan dan semangat bagi rakyat Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Fadwa tutup usia pada tahun 2003 di usia yang ke 86 tahun. Meskipun demikian, syair-syair yang dituliskan oleh Fadwa terus digemakan oleh rakyat Palestina.
2. Hanan Ashrawi
Hanan Ashrawi merupakan seorang politisi, aktivis, dan cendekiawan Palestina yang lahir di Ramallah pada tahun 1946. Hanan merupakan putri bungsu dari pendiri Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Ia melakukan studi di Amerika Serikat untuk menyelsaikan gelar masternya dan tidak dapat kembali lagi ke Palestina karena pendudukan Israel di tepi barat Palestina di tahun 1967.
Hanan sempat ditunjuk sebagai juru bicara Palestina untuk perdamaian Israel-Palestina diawal tahun 1990-an. Ia pernah menjabat sebagai komisaris pertama Liga Arab ditahun 2001. Selanjutnya, ia bergabung dengan mantan Menteri keuangan Salam Fayyad untuk membentuk Third Way yang menjadi alternatif bagi Hamas.
Hanan dikenal oleh publik karena keberaniannya dalam menyerukan hak-hak penduduk Palestina yang dirampas oleh Israel. Baru-baru ini, ia mengkritik pemerintah Amerika Serikat yang dianggap tidak konsisten atas slogannya sebagai ‘perantara perdamaian dunia’. Hanan mengatakan bahwa Amerika Serikat telaha mencoreng namanya sendiri karena menjadi mitra kejahatan Israel yang terus mendanai dan menyediakan bantuan militer kepada Israel sehingga Gaza terus dihujani oleh pertumpahan darah dan kehancuran.
Hanan turut menulis memoir tentang perjuangannya dalam proses perdamaian Israel dan Palestina berjudul ‘This side of Peace’(1995). Ia juga menerima banyak penghargaan seperti Sydney Peace Prize (2003) dan Mahatma Gandhi International Award for Peace and Reconciliation (2005).
3. Leila Khaled
Leila Khaled merupakan seorang aktivis dan mantan militan perempuan di Palestina yang tergabung dalam the Popular Front for the Liberation of Palestine (FPLP). Ia lahir di Haifa, 9 April 1944. Leila menjadi aktivis perempuan yang berhasil membajak TWA penerbangan 840 di tahun 1969 yang terbang dari Roma ke Tel Aviv.
Pembajakan yang dilakukan oleh Leila menunjukkan keberanian dan ketenarannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Aksinya ini mengubah pandangan dunia terhadap kelompok perjuangan Palestina sayap kiri yang berperan besar dalam diskusi mengenai taktik perjuangan dalam membebaskan tanah Palestina dari Israel. Meskipun demikian, ia dipandang sebagai teroris oleh negara-negara barat atas aksi beraninya.
Orang-orang barat menyalahkan Leila atas tuduhan teroris yang dilekatkan pada penduduk Palestina. Faktanya, julukan ini telah dilekatkan pada warga Palestina jauh sebelum kehadiran Leila Khaled. Leila menanggapi tuduhan tersebut dengan pernyataan bahwa negara barat yang menjadi teroris di dunia. Menurutnya, negara-negara barat justru mencuri tanah rakyat Palestina untuk mendirikan sebuah negara baru yang berarti menginginkan kematian rakyat Palestina untuk nyawa sekelompok Zionis.
Perjuangan Leila kerap digambarkan sebagai objek yang radikal bagi laki-laki di internet. Ia dianggap sebagai seorang aktivis dan feminis yang menonjol di ‘dunia laki-laki’ karena perjuangannya dalam memerdekakan Palestina dengan menggunakan kekuatan bersenjata.
Profesor Eileen Kuttab dari Universitas Birzeit menganggap bahwa perjuangan Leila telah ‘mengikat pejuangan yang mengupayakan pembebasan nasional dengan perjuangan mereka untuk pembebasan sosial’. Leila menjadi sosok perempuan yang dikagumi karena kegigihannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina yang dijajah sejak dahulu.
Baca juga: Perempuan Papua Merawat Tradisi Memakan Pinang
4. Muna El Kurd
Muna El Kurd merupakan aktivis Palestina yang berhasil masuk dalam 100 orang berpengaruh di dunia versi majalah Time. Ia dan kembarannya aktif melakukan kampanye untuk melawan penjajahan Israel untuk mengusir rakyat Palestina dari Sheikh Jarrah.
Sebagai pejuang perempuan Palestina, Muna dan kembarannya terus melakukan kampanye untuk membela rakyat Palestina dalam sengketa tanah di Sheikh Jarrah. Melalui #SheikhJarrah dan #SaveSheikhJarrah di media sosial, ia mengajak seluruh dunia untuk membuka mata atas penjajahan Israel yang memaksa rakyat Palestina di Sheikh Jarrah untuk menyerahkan tanah mereka kepada zionis selama lebih dari satu dekade.
Selama melakukan aksinya, Muna dan kembarannya pernah ditahan dan diinterogasi oleh pasukan Israel karena kampanye yang dilakukannya. Melalui rekaman yang beredar, Muna telah diborgol dan dibawa keluar dari rumahnya oleh pasukan Israel. Selain itu, mereka juga menentang pemberitaan dari otoritas Israel yang mengatakan bahwa kekerasan sebagian besar dilakukan oleh rakyat Palestina melalui wawancara yang viral pada pertengahan 2021.
Sumber:
- Adam Zeidan, 2021. “Hanan Ashrawi”, dalam Britannica
- Democracy Now Team, 2023. “Palestinian Diplomat Hanan Ashrawi: The U.S. Is Israel’s “Partner in Crime” in Deadly Assault on Gaza”, dalam Democracy Now
- Lawrence Joffe, 2003. “Fadwa Tuqan”, dalam The Guardian
- Muna Khalidi, 2022. “’This Land, My sister, is a Woman’: Fadwa Tuqan’s Legacy as a Feminist Icon”, dalam Institute for Palestine Studies
- Peoples Dispatch, 2023. “Leila Khaled: “When people rise, the occupants begin to shiver””, dalam peoples discpatch
- Sanya Mansoor, 2021. “Muna El-Kurd and Mohammed El-Kurd”, dalam Time
- Sarah Irving, -. “Leila Khaled: The Poster Girl of Palestinian Militancy”, dalam Pluto Press
🍉Hidup Palestina🇵🇸