Home » Kesehatan » Ibu dan Anak » Gentle Parenting, Gaya Asuh Anak yang Populer di Indonesia

Gentle Parenting, Gaya Asuh Anak yang Populer di Indonesia

Yuni Camelia Putri

Ibu dan Anak

Gentle Parenting

Bincangperempuan.com- Pernahkah kamu mendengar tentang gentle parenting? Istilah ini mulai berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan. Gentle parenting atau gaya asuh ala barat yang menekankan kelembutan dan kasih sayang orang tua untuk menjalin kedekatan batin dengan anak. Pola asuh ini menyarankan para orang tua untuk tidak mengancam atau memberikan penghargaan berlebihan kepada anak.

Dalam penerapkan gentle parenting, orang tua harus membimbing anaknya saat proses pengambilan keputusan sehingga anak dapat lebih percaya diri dan mandiri.  Pola asuh ini membutuhkan kerja sama antara orang tua dan anak untuk mendukung tumbuh kembang anak yang berkualitas. Pada dasarnya, filosofi dari gentle parenting adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya dalam memahami perilaku dan perasaan anak sehari-hari.

Di zaman dahulu, “gaya asuh harimau” banyak digunakan oleh orang tua. Gaya asuh ini mendorong anak untuk memenuhi ekspektasi orang tua dan harus sangat disiplin sehingga terkesan otoriter. Lantas, mengapa “gaya asuh harimau” pada zaman dahulu telah banyak ditinggalkan? 

Sebenarnya, masih ada beberapa orang tua yang menerapkan gaya “gaya asuh harimau” untuk membuat anak memahami kerja keras sejak dini. Akan tetapi, gaya asuh ini ditinggalkan karena telah meningkatkan stress dan mengabaikan tumbuh kembang anak. Bagi sebagian besar orang tua di zaman modern, “gaya asuh harimau” yang diterapkan oleh orang tua di zaman dahulu dapat memberikan batasan yang membuat anak tidak terbuka dan merasa rendah diri.

Baca juga: KPU Harus Koreksi 267 DCT Pemilu Anggota DPR Tahun 2024

Prinsip gentle parenting

Ada 4 prinsip utama dari gentle parenting. Prinsip ini digunakan untuk membangun komunikasi terbuka di antara orang tua dan anak dengan memperhatikan kebutuhan psikologis anak selama tumbuh kembangnya. Prinsip ini terdiri atas empati, saling menghormati, pengertian, dan batasan. Untuk lebih lengkapnya, simak penjelasan berikut:

Empati

Mencoba untuk memahami kebutuhan dan perasaan anak. Para orang tua dapat menunjukkan kepeduliannya dengan menanyakan suasana hati atau keinginan mereka. Cara ini mempermudah para orang tua untuk mengetahui alasan dari tingkah laku anak. Selain itu, berusahalah untuk terus mendampingi anak setiap saat.

Saling Hormat

Sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak juga memiliki rasa ingin dihormati. Sayangnya, hal ini sering diabaikan oleh kebanyakan orang tua karena beranggapan bahwa “anak hanya perlu mendengarkan orang tua”. Hal ini menjadikan anak bersikap tidak sopan atau mengabaikan orang tuanya.

Untuk menciptakan rasa saling hormat, perlakukan anak sebagaimana orang tua ingin diperlakukan. Mulailah dengan mendengarkan anak ketika berbicara dan tidak menyela di tengah obrolan.

Pengertian

Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa otak anak berkembang dengan pesat di 18 bulan pertama kehidupan. Kondisi ini menjadikan anak tidak dapat mengendalikan perilaku selayaknya orang dewasa. Disinilah para orang tua harus lebih pengertian dan tidak menaruh ekspektasi tinggi terhadap anak.

Hal yang harus selalu diingat bahwa anak yang berusia 0-18 bulan masih sulit mengekspresikan keinginannya dengan cara yang benar. Jika mendapati anak mengamuk atau menangis karena menginginkan sesuatu, cobalah untuk menjelaskan dengan lembut agar mereka lebih memahami.

Batasan

Meskipun gentle parenting berfokus pada kerja sama antara orang tua dan anak, orang tua tetap harus memberikan batasan kepada anaknya. Hal ini bukan berarti orang tua terus melarang anak dalam melakukan sesuatu. Batasan yang diberikan kepada anak ditujukkan untuk menciptakan kebiasaan positif pada anak.

Salah satu batasan yang dapat diterapkan seperti menetapkan jam tidur, meminta anak untuk membersihkan mainan, dan membatasi waktu penggunaan gadget. Batasan ini akan meningkatkan sikap disiplin dan menciptakan rasa aman pada anak.

Baca juga: Sistem Matrilineal: Pewarisan Budaya yang Unik

Manfaat menerapkan gentle parenting

Gentle parenting memungkinkan anak lebih terbuka dan percaya diri dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Selain dua hal tersebut, gentle parenting menawarkan beberapa manfaat lainnya bagi orang tua dan anak, yaitu:

Meningkatkan hubungan orang tua dan anak.

Gentle parenting berfokus pada empati, saling hormat, pengertian dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Keterikatan ini mendorong perkembangan emosi yang sehat dan rasa aman pada anak.

Mengurangi potensi anak bersikap buruk

Gaya asuh yang hangat dan responsif dapat mengurangi potensi anak bersikap buruk. Gaya asuh ini membantu anak dalam mengontrol diri, memecahkan masalah dan berperilaku sopan sehingga mengurangi kemungkinan mereka bersikap buruk terhadap orang disekitarnya.

Meningkatkan kecerdasan emosional

Secara emosional, empati dan batasan yang ditetapkan oleh orang tua membantu anak-anal dalam mengembangkan emosinya dan emosi orang lain. Hal ini meningkatkan kecerdasan emosional anak yang bermanfaat bagi masa depannya.

Dapat bertahan dalam berbagai kondisi

Anak-anak yang tumbuh dengan gaya asuh yang lembut cenderung lebih tangguh dan mudah beradaptasi. Mereka akan lebih mudah mengendalikan stres dan mengatasi masalah yang dihadapi.

Sukses menerapkan gentle parenting

Manfaat yang ditawarkan oleh gentle parenting telah menarik banyak perhatian banyak orang tua di Indonesia. Akan tetapi, masih muncul keraguan untuk menerapkan gentle parenting yang benar. Berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan agar sukses menerapkan gentle parenting.

  • Mulailah untuk aktif mendengarkan anak.
  • Berhentilah menuntut anak secara berlebihan.
  • Cobalah untuk menenangkan diri ketika frustrasi dengan perilaku anak. Orang tua dapat melakukan meditasi atau melakukan kegiatan yang disukai.
  • Berikan contoh kebiasaan positif kepada anak seperti mengucapkan terima kasih, bersikap sopan, dan merapikan barang yang telah digunakan.
  • Biarkan anak mengalami konsekuensi atas kesalahan ringan yang dilakukannya. Hal ini akan membantu anak untuk memahami konsekuensi atas tindakan atau pilihannya.
  • Jika anak tantrum, biarkan anak mengekspresikan dirinya hingga ia tenang. Setelah itu, tanyakan kepada anak tentang penyebab dari sikap tantrum tersebut.
  • Tetaplah konsisten dalam menerapkan batasan dan gaya asuh tersebut.

Sumber:

  • Ellen Diamond, 2023. “Embracing Gentle Parenting: The Key to Nurturing a Stronger Parent-Child Connection”, dalam Psychreg
  • Rhona Lewis, 2021. “What Is Gentle Parenting?”, dalam healthline
  • Rosie Colosi, 2023. “What is gentle parenting?”, dalam TODAY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Parenting

Artikel Lainnya

Mengandung dan melahirkan

Mengandung dan Melahirkan: Dua Gambaran Kekuatan Perempuan

toxic positivity

Mengenal Toxic Positivity yang Berbahaya bagi Anak

Media Sosial Bagi Anak di Bawah Umur, Bagaimana Peran Orang Tua?

Leave a Comment