Bincangperempuan.com- Beberapa bulan terakhir, jagad sosial media TikTok diramaikan dengan tren girl math alias “matematika perempuan”. Ini merupakan lelucon mengenai kebiasaan belanja para perempuan. Tren ini sebenarnya membahas tentang logika para perempuan ketika berbelanja. Meskipun dianggap sebagai sebuah lelucon, girl math menjadi salah satu upaya untuk mematahkan stereotipe boros atau ketidakmampuan mengelola uang yang dilekatkan pada perempuan.
Tren ini mendapatkan banyak protes dari pengguna media sosial karena dianggap membenarkan pengeluaran dalam jumlah besar. Dalam dunia girl math, uang tunai bukanlah uang sesungguhan karena tidak keluar langsung dari rekening bank. Bentuk lainnya adalah belanja makan siang atau kopi menggunakan saldo e-wallet yang dianggap gratis. Selain itu membeli barang obral adalah bentuk penghematan, dan prosedur kosmetik adalah “investasi untuk masa depan.”
Sebenarnya, sejak kapan tren ini dimulai? Tren girl math pertama kali dikenalkan melalui acara pagi “Fletch, Vaughan & Hayley” yang dibawakan oleh stasiun radio ZM yang berbasis di Selandia Baru. Kala itu, mereka membuka segmen yang membahas tentang rincian pembelian yang dilakukan oleh pendengar radio. Pada segmen ini, Hayley Sproull dan produser lainnya bekerja sama untuk mendukung pengeluaran tersebut karena dianggap gratis.
Rincian pengeluaran sang pendengar radio mulai dari uang senilai $5.600 selama empat malam untuk menonton konser Era Tour Taylor Swift di Sydney, Australia. Hayley Sproull mewajarkan pengeluaran itu karena dinilai dapat menghemat sejumlah uang bila pendengar radio itu dapat menyewakan apartemennya selama pergi beberapa hari atau menonton ulang video konser di Youtube sebanyak ribuan kali.
Baca juga: Narges Mohammadi, Jurnalis Perempuan Peraih Penghargaan Nobel Perdamaian
Pakar Keuangan melihat tren girl math
Mantan editor eksekutif di Fortune dan Penulis bulletin The Purse, Lindsey Stanberry mengatakan bahwa tren girl math telah membodohi perempuan karena kebiasaan berbelanja tanpa memikirkan pengeluarannya. Akan tetapi, ia melihat bahwa tren ini membuat para perempuan merasa lebih nyaman dan terbuka terhadap keuangan mereka.
Sementara itu, Kelly Ann Winget, seorang pakar keuangan dan founder dari solo-female private equality fund mengatakan bahwa tren girl math tidak seburuk yang dibayangkan. Sebaliknya, tren ini melatih perempuan untuk mengambil keputusan dalam hal-hal kecil hingga besar yang dapat dijadikan sebagai investasi di masa depan.
Menurutnya, kebanyakan perempuan yang ikut dalam tren ini hanya membelanjakan pendapatan tambahan mereka. Sebenarnya, tren girl math membantu untuk memberdayakan perempuan dalam mengambil keputusan dibidang keuangan. Ia juga menyarankan para perempuan agar berhenti mengeluarkan untuk hal-hal yang tidak penting.
Hal yang perlu digaris bawahi adalah perempuan harus menyadari bahwa tren girl math mengajarkan perempuan agar mengeluarkan uangnya untuk barang-barang yang layak. Girl math adalah cari lain untuk menantang rasionalitas keuangan dan memberikan persepektif tentang nilai pengeluaran. Ini akan membantu perempuan yang bekerja mendapatkan metode pengelolaan uang yang tepat.
Girl math dapat memberikan dampak positif bagi pedagang dan perempuan itu sendiri karena daya beli perempuan yang sangat tinggi. Girl math membantu perempuan mendapatkan kesejahteraan finansialnya selama pengeluaran dihitung dengan benar. Pada akhirnya, girl math menunjukkan tanggung jawab perempuan dibidang finasial untuk memikirkan dampak dari aktivitas belanja yang dilakukan.
Meskipun demikian, Kelly mengatakan bahwa lebih baik menyimpan penghasilan daripada berfokus pada tren girl math. Hal ini karena perempuan usia 20-an masih harus menjamin bahwa mereka memiliki pendapatan tetap yang terus meningkat seiring waktu. Perempuan tetap harus menyadari bahwa tren girl math dapat menjadi jebakan pengeluaran yang tidak disadari.
Baca juga: Pelaksanaan UU TPKS di Perguruan Tinggi Perlu Dukungan Banyak Pihak
Jebakan pengeluaran
Girl math memang memberikan kenyamanan bagi perempuan sehingga mereka dapat lebih terbuka dengan keuangannya. Akan tetapi, tren girl math telah mengajak perempuan untuk membelajakan barang-barang yang diinginkan tanpa memikirkan dampak di masa mendatang. Hal ini membuat perempuan menjalani kesehariannya dengan gaya hidup yang sangat konsumtif. Beberapa hal yang menunjukkan bahwa girl math justru jebakan pengeluaran bagi perempuan, seperti:
Membeli barang tanpa mengenali manfaatnya
Tren girl math berprinsip bahwa manfaat dari barang akan didapat ketika barang sudah dibeli atau dimiliki. Kondisi ini seolah menjadi pembenaran bahwa perempuan dapat membeli barang dengan harga tinggi untuk digunakan berulang kali. Padahal, pemikiran ini tidak sepenuhnya benar dan harus disingkirkan bila barang tidak terlalu dibutuhkan.
Pengeluaran dalam jumlah besar tidak menjadi permasalahan
Pemikiran girl math memandang bahwa barang mahal yang dapat digunakan beberapa kali dinilai tidak menjadi permasalahan. Hal ini karena pemikiran girl math memandang bahwa barang mahal yang dibeli sebanding dengan pengeluaran dalam satu hari.
Sebagai contoh, seorang perempuan membeli sepatu seharga Rp4.000.000 yang dianggap tidak mahal. Hal ini karena pemikiran girl math menilai jika mereka menggunakan sepatu tersebut sebanyak 10 kali dalam enam bulan dengan membayar Rp800.000 disetiap pemakaiannya. Padahal, mereka dapat membeli sepatu dengan harga murah dan kualitas yang sama.
Menghemat pengeluaran tidak menjamin dapat membeli barang mahal
Seorang perempuan dengan pemikiran girl math memandang bahwa membeli barang mahal akan menguntungkan mereka setiap hari. Hal ini karena mereka memandang bahwa menghemat pengeluaran tidak menjamin dapat memberi barang mahal.
Pemikiran ini harus diluruskan terutama bagi para perempuan yang memiliki penghasilan minim. Perempuan harus cerdas dalam mengelola keuangan daripada mengoleksi barang mewah dari pendapat yang minimum. Kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah mengajukan pinjaman uang untuk membeli barang mewah.(**)
Sumber:
- Esther Sun, 2023. “What is ‘girl math’? Here’s what personal finance experts think of the TikTok trend”, dalam Today
- Jennifer Streaks, 2023. “A millennial private equity founder explains how the ‘girl math’ taking over social media can help more than it hurts”, dalam Personal Finance
- Rusti Dian, 2023. “Mengenal Girl Math yang Viral di TikTok, Logika Pembenaran Atas Perilaku Belanja Berlebihan”, dalam narasi