Home » Invisible Hopes, Anak-anak yang Lahir, Hidup dan Menjadi Korban Terselubung Dibalik Jeruji

Invisible Hopes, Anak-anak yang Lahir, Hidup dan Menjadi Korban Terselubung Dibalik Jeruji

Bincang Perempuan

News

INVISIBLE HOPES, sukses menggelar Gala Premier Sabtu (3/4) di XXI Plaza Senayan, Jakarta. Film dokumenter yang bercerita tentang kehidupan nyata anak- anak yang lahir dari ibu narapidana yang terpaksa hidup dan menjadi korban terselubung dibalik jeruji penjara.  Film ini diproduksi Lam Horas Film. Rencananya tayang di bioskop bulan Mei 2021 mendatang.

Sutradara sekaligus produser Invisible Hopes,  Lamtiar Simorangkir, mengatakan film ini dibuat untuk memberikan informasi baru, merangkai isu, serta mengagitasi penonton,  membuka diskusi dan merekonstruksi solusi baru yang lebih berpihak kepada perempuan hamil. Sehingga dapat membawa harapan baru bagi anak-anak yang menjadi korban terselubung dalam penjara orang dewasa.

“Kami membuat film ini atas dasar keterpanggilan untuk melakukan sesuatu bagi ibu hamil dan anak yang lahir dalam penjara, bukan untuk agenda lain apalagi untuk menyalahkan dan mempermalukan pihak-pihak tertentu” ungkap Lamtiar.

Duta Besar Switzerland H.E Kurt Kunz yang turut hadir dalam premier Invisible Hopes, mengaku merasakan kesan yang kuat dari film tersebut. 

“Apa yang terjadi di penjara biasanya tertutup untuk masyarakat. Sebagian besar dari kita mungkin tidak menyadari bahwa wanita melahirkan di penjara dan beberapa anak menghabiskan tahun-tahun pertama kehidupan mereka di balik jeruji besi. Menunjukkan kepada kita kenyataan ini adalah salah satu pencapaian Invisible Hopes,” katanya.

Duta Besar Switzerland H.E Kurt Kunz

Ia berharap, Invisible Hopes dapat membuka mata para pengambil keputusan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.  

“Kami berharap ini akan membantu kami lebih memahami realitas kompleks dan kontradiktif dari sistem penjara kami. Apa yang ingin kita capai dengan menempatkan saudara dan saudari kita di balik jeruji besi, apa pengaruhnya bagi kepedulian orang-orang dan untuk anak-anak, keluarga mereka dan masyarakat kita,” imbuhnya.

Tak ketinggalan, perwakilan Duta Besar Norwegia, MR. Bjørnar Dahl Hotvedt menyampaikan pujiannya terhadap Invisible Hopes dan tim Lam Horas Film.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lamtiar Simorangkir dan tim di Lam Horas Film yang telah membuat film ini dan belas kasih Anda kepada mereka yang beruntung benar-benar menginspirasi kita semua. Dan film semacam ini yang tidak meninggalkan Anda sendirian dalam arti memaksa Anda untuk menghadapi beberapa kenyataan pahit yang mungkin tidak menyenangkan dan kenyataan yang tidak Anda lihat dalam kehidupan sehari-hari Anda. Ini adalah fakta bahwa beberapa wanita dan anak-anak hidup bersama setiap hari di penjara,” katanya.

Ia juga mengharapkan Invisible Hopes dapat digunakan sebagai alat bersama untuk memperbaiki kondisi ibu dan anak dalam penjara

“Menurut saya kita harus berhati-hati agar tidak menggunakan film sebagai dasar untuk menamai dan mempermalukan individu lembaga tertentu, melainkan kita harus bekerja sama dengan lembaga terkait untuk meningkatkan kondisi kehidupan para narapidana dan anak-anak. Bagaimanapun film ini dalam pandangan saya mengandung beberapa pesan kunci yang tidak dapat diabaikan, kita perlu memastikan bahwa ibu hamil, ibu dan anak di penjara memiliki akses ke makanan bergizi, layanan kesehatan dan kondisi hidup yang layak,” sambungnya.

Turut hadir dalam Gala Premier Invisible Hopes perwakilan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta perwakilan Pemda Tapanuli Utara. Invisible Hopes mendapatkan dukungan funding dari Kedutaan Besar Switzerland dan Kedutaan Besar Norwegia. Setelah pemutaran film, keempat perwakilan lembaga yang diundang beserta sutradara film menandatangani poster film Invisible Hopes sebagai simbol mereka siap bekerjasama untuk melakukan sesuatu demi perubahan yang lebih baik bagi ibu hamil terutama anak yang lahir dan dibesarkan di dalam jeruji penjara. (rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Artikel Lainnya

Komi Kendy, Ketua AMSI Wilayah Perempuan Pertama di Indonesia

Keterlibatan Perempuan Gen Z dalam Perekonomian Nasional

Pernyataan Sikap : Menteri Sosial Tri Rismaharini Telah Lakukan Audisme dan Harus Minta Maaf Pada Masyarakat Tuli di Indonesia

Leave a Comment