ANAK muda, kerap kali diidentikan dengan pribadi yang apatis. Tak peduli dengan lingkungan sekitar. Malas bergerak. Namun hal tersebut tidak berlaku lagi. Anak muda saat ini sudah menunjukan kepedulian, mulai dari hal yang paling kecil hingga persoalan yang cukup pelik. Bahkan, tak jarang anak muda juga memberikan solusi, berkolaborasi untuk satu aksi perubahan. Ini disampaikan Koordinator Koalisi Golongan Hutan, Edo Rakhman, atau yang kerap disapa Bang Edo dalam Blogger Gathering Golongan Hutan x Blogger Perempuan, Jumat (8/1) lalu.
“Jangan mengabaikan suara anak muda”.
Koordinator Koalisi Golongan Hutan, Edo Rakhman
Survey daring yang dilakukan Yayasan Indonesia Cerah dan Change.org Indonesia bertepatan dengan aksi Global Climate Strike, pada 25 September 2020 menunjukan besarnya kepedulian anak muda terhadap kondisi lingkungan. Mulai dari krisis air, krisis pangan dan penyebaran penyakit adalah dampak yang paling dikhawatirkan dari krisis iklim.
Survei yang diikuti 8.374 anak muda di rentang usia 20-30 tahun yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, menunjukan sekitar 89 persen warga muda aktif merasa khawatir atau sangat khawatir tentang dampak krisis iklim.
Ada 97 persen diantaranya berpendapat bahwa dampak krisis iklim setidaknya sama atau lebih parah dari dampak pandemi Covid-19.
Survey daring Yayasan Indonesia Cerah dan Change.org Indonesia
Dampak lain yang paling dikhawatirkan meliputi krisis air bersih sebanyak 15 persen, krisis pangan sebanyak 13 persen, dan penyebaran penyakit atau wabah sebanyak 10 persen. Bahkan 19 dari 20 orang responden percaya bahwa manusia memiliki andil dalam menyebabkan krisis iklim.
“Anak muda hari ini jangan lagi dianggap apatis. Mereka harus didengarkan. Tidak hanya untuk isu lingkungan, bahkan untuk isu Pilkada hingga persoalan korupsi anak muda saat ini sangat peduli,” lanjut Bang Edo.
Lantas Bagaimana Memulainya ?
Melakukan hal-hal yang paling sederhana dan dimulai dari diri sendiri seperti disampaikan Anindya Kusuma Putri, aktris sekaligus sport & tourism influencer. Ia mengatakan, masyarakat Indonesia masih perlu diedukasi bagaimana menjaga lingkungan. Pasalnya tidak sedikit, kerap dijumpai sampah-sampah yang masih berserakan di lokasi wisata.
“Belajar dari kebiasaan traveling, mulai melakukan hal-hal kecil yang tidak pernah kita sadari ternyata merusak lingkungan. Sekecil apapun kontribusi kita untuk lingkungan itu tetap akan dihitung, membantu meringankan beban,” pungkasnya.
Anindya Kusuma Putri
Di Bengkulu Ada Komunitas Perempuan Muda
Tak jauh berbeda dengan kehidupan anak muda lainnya, yang disibukkan dengan kegiatan perkuliahan, namun enam perempuan muda yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia (KPPSWD) Rejang Lebong, konsisten menunjukan kepeduliannya dalam mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan. Apa saja yang sudah mereka lakukan. Serta alasan apa yang mendasari mereka membuat komunitas ini? Berikut wawancara singkat bersama Ketua KPPSWD, Wahyuni Saputri
Sebenarnya KPPSWD itu apa ?
KPPSWD adalah kelompok perempuan yang memiliki kesadaran untuk memperjuangkan hak-hak perempuan atas lingkungan hidup/TNKS/Hutan Warisan Dunia, khususnya hak untuk terlibat mengelola TNKS karena TNKS sangat penting bagi kehidupan dan kesejahteraan perempuan, dengan berkontribusi mengomunikasikan pengetahuan dan aspirasi perempuan desa sekitar TNKS untuk mendapatkan dukungan publik dan mempengaruhi kebijakan.
Setiap perempuan (terkhusus perempuan muda) memiliki peluang untuk bergabung menjadi bagian dari KPPSWD, asal mau belajar dan memperjuangkan hak-hak perempuan atas lingkungan hidup/TNKS/Situs Warisan Dunia. Saat ini kepengurusan KPPSDW meliputi Ketua Wahyuni Saputri, Sekretaris Rika Nofrianti S, Bendahara Rike Vevri Dwiyani serta anggota Intan Yones Astika, Yunita dan Yuni Karlina.
Bagaimana dengan visi dan misi KPPSWD ?
KPPSWD memiliki visi memperjuangkan hak-hak perempuan atas lingkungan hidup dan hutan (Taman Nasional Kerinci Seblat, red). Misinya mengkomunikasikan aspirasi dan pengetahuan perempuan desa di sekitar TNKS agar mendapatkan dukungan publik dan mempengaruhi kebijakan.
Bisa diceritakan sejarah berdirinya KPPSWD dan kenapa KPPSWD perlu ada ?
Mengetahui sangat pentingnya Lingkungan Hidup/TNKS/Hutan Situs Warisan Dunia bagi kehidupan, penghidupan dan pengetahuan perempuan serta prihatin akan kondisi lingkungan. Sementara itu, perkembangan dunia dan teknologi terkadang disalahgunakan yang mengakibatkan maraknya kenakalan remaja serta pengaruh obat-obat terlarang. Sehingga beberapa perempuan/mahasiswi dari perguruan tinggi di Provinsi Bengkulu berinisiatif membentuk Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia (KPPSWD) pada 20 Oktober 2016.
Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan KPPSWD selama ini ?
Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan diantaranya memperingati International Woman’s Day, Peningkatan kapasitas anggota dilakukan dalam bentuk pelatihan oleh LivE Indonesia yang dilakukan setiap bulannya. Membuat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), membuat Newsletter Jendela Perempuan Desa (JPD), Jendela Perempuan Desa berisi tulisan yang di buat oleh KPPSWD yang berisikan pengetahuan perempuan desa sekitaran TNKS. Pengetahuan yang berisikan tentang keterkaitan perempuan terhadapat lingkungan hidup/TNKS/Hutan Warisan Dunia. Newsletter kemudian di kampanyekan melalui media online maupun ofline. Newsletter yang di cetak mendapat dukungan dari NTFP-EP.
Ada juga kegiatan inventarisasi tumbuhan yang ada di TNKS, kegiatan yang dilakukan melibatkan anak-anak Sekolah Dasar di desa sekitaran TNKS. Termasuk audiensi bersama Wakil Bupati Kabupaten Rejang Lebong, Gubernur Provinsi Bengkulu serta pemerintahan terkait guna mempengaruhi kebijakan untuk memberikan dukungan memperjuangkan hak-hak perempuan atas lingkungan hidup/TNKS/Hutan Warisan Dunia. Serta menyelenggarakan dan berkontribusi dalam pertemuan Jaringan Perempuan Pejuang Keadilan dan Gender (JPPKGE)
KPPSWD juga berkolaborasi dengan bincangperempuan membuat media Jendela Perempuan Desa (JPD) yang menjadi media edukasi dalam program fellowship Jurnalis Perempuan bersama PPMN dan Unesco.
Apa saja yang menjadi harapan KPPSWD ke depan ?
Kami ingin menerbitkan tulisan terkait aspirasi dan pengetahuan Perempuan Desa Penyanggah Situs Warisan Dunia sebulan sekali di media Jendela Perempuan Desa (JPD)/ media yang dibangun oleh KPPSWD. Berkolaborasi membuat projek photovoice secara swadaya dengan Empat Kelompok Perempuan Desa Penyanggah Situs Warisan Dunia (KPPL Maju Bersama, KPPL Karya Mandiri, KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera). Hasil akan disusun dalam bentuk buku dan dipamerkan. Kemudian membangun usaha bersama Kelompok Perempuan Desa Penyanggah Situs Warisan Dunia sekitar TNKS. Membangun usaha kedai kopi ramah lingkungan, membangun sekolah berbasis lingkungan hidup.
Sebenarnya kenapa perempuan perlu peduli dengan lingkungan ?
Karena perempuan tidak bisa dipisahkan dari lingkungan hidup dan hutan yang merupakan ruang hidupnya dan relasinya dengan alam. Relasi perempuan dengan alam merupakan relasi reproduksi yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan alamnya. Perempuan mengalami keresahan atas Kerusakan lingkungan hidup dan hutan dan memperberat beban perempuan yang bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan dasar seperti menyediakan makan dan minum, energi, melakukan pekerjaan rumah tangga, serta menjaga kesehatan keluarga. Kondisi yang dialami mengakibatkan menurunnya kesejateraan perempuan dan keluarga. Termasuk juga generasi yang merupakan penerus bangsa memegang nasib bangsa dan dunia. (**)
*) Baca juga Menguatnya Narasi Konservasi Berbasis Hak Perempuan: Catatan Akhir 2020